Perdagangan Bursa Karbon Capai Rp30,9 Miliar hingga Akhir 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) Inarno Djajadi mengatakan nilai perdagangan Bursa Karbon atau IDXCarbon menembus Rp30,91 miliar hingga akhir November 2023.
Inarno menyebut Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara IDXCarbon telah menerima 46 pengguna jasa yang telah mendapat izin, dengan 41 pengguna jasa masih antre mendapatkan izin.
"Total volume perdagangan karbon mencapai 494.254 ton CO2 ekuvalen, dan akumulasi nilai sebesar Rp30,91 miliar," kata Inarno dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK, Selasa (9/1/2024).
Sebagian besar perdagangan karbon atau mewakili 59,79% terjadi di pasar lelang, sementara 30,38% terjadi di pasar reguler. Adapun sebanyak 9,83% masuk di pasar negosiasi.
"Tentunya ke depan potensi perdagangan Bursa Karbon diperkirakan masih akan terus meningkat, mengingat saat ini sudah semakin banyak industri yang memiliki target net zero emission," papar Inarno.
Sebagaimana diketahui, saat ini masih terdapat dua unit proyek karbon berbasis Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melalui proyek Lahendong Unit 5 dan 6, kemudian PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), melalui proyek PT PJB UP Muara Karang.
Inarno menyebut Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara IDXCarbon telah menerima 46 pengguna jasa yang telah mendapat izin, dengan 41 pengguna jasa masih antre mendapatkan izin.
"Total volume perdagangan karbon mencapai 494.254 ton CO2 ekuvalen, dan akumulasi nilai sebesar Rp30,91 miliar," kata Inarno dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK, Selasa (9/1/2024).
Sebagian besar perdagangan karbon atau mewakili 59,79% terjadi di pasar lelang, sementara 30,38% terjadi di pasar reguler. Adapun sebanyak 9,83% masuk di pasar negosiasi.
"Tentunya ke depan potensi perdagangan Bursa Karbon diperkirakan masih akan terus meningkat, mengingat saat ini sudah semakin banyak industri yang memiliki target net zero emission," papar Inarno.
Sebagaimana diketahui, saat ini masih terdapat dua unit proyek karbon berbasis Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melalui proyek Lahendong Unit 5 dan 6, kemudian PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), melalui proyek PT PJB UP Muara Karang.
(nng)