Tertinggi, 31 Bank Perkreditan Rakyat di Jabar Ditutup hingga 2018

BANDUNG - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Jawa Barat paling banyak ditutup karena berbagai persoalan. Selama kurun waktu 2005-2018, tercatat ada 31 BPR yang diberhentikan operasional usahanya.

Sekretaris Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Samsu Adi Nugroho mengatakan, jumlah BPR yang ditutup di Jawa Barat menempati posisi tertinggi di Indonesia. Walaupun dari sisi jumlah, mayoritas BPR ada di Jawa Barat.

"Persoalannya banyak sekali. Mulai dari karena rugi, bank gagal, kredit fiktif, dan lainnya. Dari 2005 sampai 2018 tercatat ada 31 bank, dengan total jaminan simpanan yang kami bayar sekitar Rp247 miliar," beber Samsu di Bandung.

Sekitar 50% BPR yang ditutup karena masalah keuangan, di mana manajemen terus merugi. Sisanya disebabkan fraud atau penipuan. Persoalan itu termasuk kredit fiktif yang sering menjerat BPR. Selain itu ada juga agunan kredit yang dipakai berlapis atau palsu.

Kendati demikian, pihaknya meminta masyarakat tidak khawatir atas simpanan dana di BPR. Karena dari sekitar 1.700 BPR di Indonesia, semua telah tergabung di LPS. Dana pihak ketiga (DPK) masyarakat di BPR senilai Rp120 triliun, seluruhnya telah terjamin LPS.

Dampak penutupan BPR, lanjut dia, tidak sesistemik perbankan umum. BPR biasanya memiliki nasabah khusus dengan coverage setingkat kecamatan. Nilai simpanan dan kredit yang dikucurkan pun cenderung terbatas.

"Walaupun BPR banyak ditutup, tapi trennya terus turun. Bahkan BPR di Jabar dalam dua tahun ini, semakin sedikit yang ditutup. Artinya, sudah ada perbaikan pengelolaan BPR," pungkas dia.

Saat ini, diakui dia, tidak ada BPR atau perbankan yang sedang dalam kategori pengawasan LPS. Tetapi LPS kini masih melakukan proses pencairan dana nasabah atas salah satu BPR di Bekasi yang dilikuidasi awal tahun ini.

Lebih lanjut dia menjelaskan, di Indonesia ada 1.891 bank. Sebanyak 115 bank umum dan sisanya BPR. Saat ini, semua bank sudah terjamin LPS. Angka simpanan di bank sampai sekarang mencapai Rp5.381 triliun.