Awas, Sikap Cuek Bisa Bikin Gagal Reaktivasi Pariwisata Bali
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebijakan reaktivasi pariwisata Bali menjadi pertaruhan. Pemerintah harus menunjukkan bukti protokol kesehatan telah dilakukan karena itu adalah kunci keberhasilan.
Pengamat Kebijakan Publik Wijayanto Samirin mengatakan, sukses tidaknya reaktivasi pariwisata Bali sangat tergantung pada kedisplinan protokol kesehatan. Risikonya sangat besar bila terdapat kelalaian yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
"Kuncinya protokol kesehatan dari ujung ke ujung. Semua harus disiplin menjalankan. Jangan ada satu pun yang cuek Karena kerugiannya bisa lebih besar lagi. Khususnya, kepercayaan wisatawan internasional yang sedang dipertaruhkan," ujar Wijayanto, dalam diskusi di IDX Channel Rabu (12/8/2020).
Menurutnya, kebijakan reaktivasi pariwisata Bali sudah tepat. Ini karena perekonomian Bali terpukul paling keras di kuartal dua tahun ini. Perekonomian Bali bergantung sektor jasa, sama seperti Jakarta. Karena itu menurut dia, dalam protokol kesehatan kebijakan yang paling utama harus dijaga adalah social distancing.
"Kapasitas tidak boleh diisi lebih dari 50%. Aturan ini harus terapkan sejak naik pesawat atau kapal bagi turis lokal. Disiplin membatasi penting karena animo berwisata pasti sangat tinggi akibat bosan di rumah," ujarnya. ( Baca juga:Bawaslu: Pilkada 2020 Berpotensi Kurangi Kampanye di Luar Jadwal )
Dia juga menambahkan, reaktivasi sektor pariwisata sangat baik untuk melakukan efek jump start pada perekonomian yang sedang tiarap. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat harus terjalin untuk melaksanakan protokol kesehatan di area wisata.
"Kuncinya pemerintah harus meyakinkan wisata dengan disiplin protokol itu aman dilakukan. Menurut saya, antispasinya cukup dengan pakai masker, jaga kesehatan, rajin cuci tangan, dan jaga jarak. Pemerintah harus memastikan itu sudah berjalan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Junaedi mengatakan sangat sulit memprediksi kapan pariwisata Indonesia akan pulih seperti sebelumnya. Karena semua akan tergantung pada ketersediaan vaksin dan angka penularan di Indonesia.
"Saat ini sulit untuk memprediksi pariwisata akan optimistis hingga akhir tahun ini. Selama angka positif masih tinggi, tentu fokusnya pada hal tersebut," ujar Didin menambahkan.
Saat ini melihat tren pariwisata Bali, khususnya masyarakat domestik, lebih memilih lokasi alternatif Bali ke pegunungan dan kintamani. Mereka sekarang menghindari kunjungan ke pantai.
"Harus terus fokus mendorong kunjungan dari turis lokal. Diperkirakan izin turis asing baru dibuka Desember.
Menurutnya juga potensi lain untuk reaktivasi Bali dengan mendorong penikmat hobi seperti biker motor besar dari Bandung. Para biker bisa mengarahkan kunjungan mereka ke Bali.
Tidak cukup itu, dia juga mengingatkan para pelaku pariwisata Bali sangat butuh dana talangan. Tujuannya untuk bridging sehingga bisa memiliki cash flow atau modal berusaha kembali.
"Bali harus jadi ikon kebangkitan reaktivasi. Garap turis lokal Bali dulu. Berikutnya baru dari Jawa. Sementara masih sulit mengandalkan turis internasional kemungkinannya baru Desember," ujarnya.
Pengamat Kebijakan Publik Wijayanto Samirin mengatakan, sukses tidaknya reaktivasi pariwisata Bali sangat tergantung pada kedisplinan protokol kesehatan. Risikonya sangat besar bila terdapat kelalaian yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
"Kuncinya protokol kesehatan dari ujung ke ujung. Semua harus disiplin menjalankan. Jangan ada satu pun yang cuek Karena kerugiannya bisa lebih besar lagi. Khususnya, kepercayaan wisatawan internasional yang sedang dipertaruhkan," ujar Wijayanto, dalam diskusi di IDX Channel Rabu (12/8/2020).
Menurutnya, kebijakan reaktivasi pariwisata Bali sudah tepat. Ini karena perekonomian Bali terpukul paling keras di kuartal dua tahun ini. Perekonomian Bali bergantung sektor jasa, sama seperti Jakarta. Karena itu menurut dia, dalam protokol kesehatan kebijakan yang paling utama harus dijaga adalah social distancing.
"Kapasitas tidak boleh diisi lebih dari 50%. Aturan ini harus terapkan sejak naik pesawat atau kapal bagi turis lokal. Disiplin membatasi penting karena animo berwisata pasti sangat tinggi akibat bosan di rumah," ujarnya. ( Baca juga:Bawaslu: Pilkada 2020 Berpotensi Kurangi Kampanye di Luar Jadwal )
Dia juga menambahkan, reaktivasi sektor pariwisata sangat baik untuk melakukan efek jump start pada perekonomian yang sedang tiarap. Kerja sama antara pemerintah dan masyarakat harus terjalin untuk melaksanakan protokol kesehatan di area wisata.
"Kuncinya pemerintah harus meyakinkan wisata dengan disiplin protokol itu aman dilakukan. Menurut saya, antispasinya cukup dengan pakai masker, jaga kesehatan, rajin cuci tangan, dan jaga jarak. Pemerintah harus memastikan itu sudah berjalan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didin Junaedi mengatakan sangat sulit memprediksi kapan pariwisata Indonesia akan pulih seperti sebelumnya. Karena semua akan tergantung pada ketersediaan vaksin dan angka penularan di Indonesia.
"Saat ini sulit untuk memprediksi pariwisata akan optimistis hingga akhir tahun ini. Selama angka positif masih tinggi, tentu fokusnya pada hal tersebut," ujar Didin menambahkan.
Saat ini melihat tren pariwisata Bali, khususnya masyarakat domestik, lebih memilih lokasi alternatif Bali ke pegunungan dan kintamani. Mereka sekarang menghindari kunjungan ke pantai.
"Harus terus fokus mendorong kunjungan dari turis lokal. Diperkirakan izin turis asing baru dibuka Desember.
Menurutnya juga potensi lain untuk reaktivasi Bali dengan mendorong penikmat hobi seperti biker motor besar dari Bandung. Para biker bisa mengarahkan kunjungan mereka ke Bali.
Tidak cukup itu, dia juga mengingatkan para pelaku pariwisata Bali sangat butuh dana talangan. Tujuannya untuk bridging sehingga bisa memiliki cash flow atau modal berusaha kembali.
"Bali harus jadi ikon kebangkitan reaktivasi. Garap turis lokal Bali dulu. Berikutnya baru dari Jawa. Sementara masih sulit mengandalkan turis internasional kemungkinannya baru Desember," ujarnya.
(uka)