Harga Turun, Pengamat dan Pelaku Usaha Sambut Positif OP Telur Kementan

Minggu, 22 Juli 2018 - 13:23 WIB
Harga Turun, Pengamat dan Pelaku Usaha Sambut Positif OP Telur Kementan
Harga Turun, Pengamat dan Pelaku Usaha Sambut Positif OP Telur Kementan
A A A
JAKARTA - Terhitung sejak dimulainya operasi pasar telur murah yang digelar Kementerian Pertanian (Kementan) sebanyak 100 ton di 50 titik Jabodetabek, harga telur di sejumlah pasar saat ini mengalami penurunan. Operasi pasar telur telah diluncurkan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pada Jumat (20/7/2018).

Dari hasil pantauan, diantaranya harga telur di pasar Kebayoran Lama, turun dari Rp29 ribu menjadi Rp27 ribu per kilogram dan beberapa pasar tradisional di Depok (Pasar Kemiri Muka, Pasar Agung, Pasar Sukatani, Pasar Cisalak) turun dari Rp30 ribu menjadi Rp28 ribu per kg.

Begitu pun di sejumlah pasar tradisional Jakarta Barat, harga telur ayam turun Rp1.000 per kg sehingga kini menjadi Rp27 ribu per kg, dibanding sebelum digelarnya OP. Penurunan harga ini disebabkan pasokan telur masuk ke pasar cukup banyak dan harga di tingkat peternak turun sehingga pengepul pun ikut menurunkan harga.

Terkait hal ini, kalangan pengusaha ritel menyambut positif langkah pemerintah melalui Kementerian Pertanian menggelar operasi pasar (OP). Karena para pengusaha ritel menilai sebagian harga makanan sangat bergantung dengan harga telur yang belakangan naik di pasaran. Sehingga bila tidak segera dilakukan upaya stabilisasi, akan memengaruhi biaya produksi dan ini sangat memberatkan.

"Bagus, pemerintah melakukan tugasnya untuk mengendalikan harga bahan pangan pokok di pasar," ujar Santoso, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pemasok Pasar Modern Indonesia, Minggu (22/7/2018).

Menurut Santoso dalam kondisi seperti ini, operasi pasar adalah langkah yang tepat. Karena berdasarkan data Kementerian Pertanian tidak ada masalah dengan stok telur. "Berarti masalah ada di jalur distribusi, harus dibenahi. Mungkin di lapangan ada yang ngerjain, mungkin juga ada mafia, kita nggak tahu," sambung Santoso.

Senada dengan hal ini, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Petelur Nasional Yudianto Yosgiarso mengungkapkan, saat ini harga telur di tingkat peternak sudah menurun. Kenaikan harga telur tidak serta merta membuat peternak tradisional untung karena peternak dibebankan pada pengeluaran yang cukup tinggi akibat kegagalan produksi.

"Sekarang harga telur di tingkat peternak telah turun. Kemarin itu di tingkat peternak bisa sampai Rp25 ribu per kg. Tapi sekarang sudah turun antara Rp21 ribu hingga Rp22 ribu per kg," kata Yudianto.

Dugaan adanya persoalan di jalur distribusi, juga dikemukakan pengamat ekonomi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Pheni Chalid. Menurut Pheni, OP sebagai langkah politis taktis sudah tepat untuk meredam pasar.

"Sudah tepat, pemerintah menunjukkan merespon, perlu intervensi dengan operasi pasar," kata Pheni. Karena itu, Pheni menduga ada praktik spekulasi untuk menaikkan harga. Hal ini mengingat telur adalah kebutuhan pangan strategis.

"Semua orang kan butuh telur, sangat dekat dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Harus ditelusuri di mana masalahnya," terangnya.

Ia pun berharap pemerintah melakukan fungsi intelijen untuk pemantauan. "Terganjal di mana. Berapa truk yang biasa masuk, sekarang berapa. Dengan begitu akan mudah teridentifikasi, kemudian bisa diambil langkah-langkah strategis berikutnya," pintanya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5718 seconds (0.1#10.140)