Industri Rokok Bertakhta di Atas Garis Kemiskinan

Senin, 30 Juli 2018 - 18:33 WIB
Industri Rokok Bertakhta di Atas Garis Kemiskinan
Industri Rokok Bertakhta di Atas Garis Kemiskinan
A A A
JAKARTA - Industri rokok dinilai masih dapat bertakhta di atas isu garis kemiskinan yang dicetuskan pemerintah. Masih besarnya permintaan masyarakat terhadap rokok menjadikan kinerja perusahaan di bidang ini belum akan goyah.

Pengamat Pasar Modal Reza Priyambada mengatakan, rokok dianggap semacam makanan maupun kuliner yang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan gaya hidup. Sehingga perusahaan rokok, khususnya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa terus mempertahankan kinerjanya.

"Harapannya (masih bertakhta). Apalagi mereka juga berinovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan gaya hidup," ujarnya kepada SINDOnews di Jakarta, Senin (30/7/2018).

Sementara, terkait dampaknya ke garis kemiskinan, Reza menjelaskan, tergantung bagaimana cara pemerintah melakukan sosialisasi ke masyarakat kelas bawah bahwa harga sembako itu murah. Kalau masih dianggap mahal justru menyebabkan pelarian ke rokok yang lebih terjangkau.

"Kalau mereka (masyarakat miskin) masih punya pemikiran buat beli beras dan lain-lain masih mahal. Belum lagi menghadapi tekanan hidup di kampungnya yang pada akhirnya rokok jadi pelarian," katanya.

Reza mengungkapkan, semua kabar tentang kemiskinan tersebut selama ini cuma dianggap selentingan oleh investor. Pada kenyataannya, kinerja emiten seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) masih bagus.

"Kalau ke emiten rokok, selama ini hanya pengaruh ke sentimen saham. Ke kinerja emiten enggak banyak pengaruh karena masih ada permintaan dari masyarakat itu sendiri," tutur dia.

Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi pun menyampaikan hal yang sama, yakni upaya pemerintah untuk menghentikan konsumsi rokok sudah banyak dicoba, seperti menaikkan pajak hingga memberi kewajiban produsen rokok menampilkan gambar seram. Berkali-kali dicoba pun menurutnya selalu gagal dalam menahan permintaan rokok di indonesia.

"Jadi tidak begitu berpengaruh ke produsen rokok itu sendiri. Saya masih optimis dengan saham rokok ke depannya," pungkasnya.

Lanjar memprediksi, saham HMSP berada di level Rp4.300 dan GGRM di level Rp84.700 pada tahun ini. Pada penutupan hari ini, HMSP ditutup naik Rp20 atau 0,51% ke level Rp3.940 per lembar saham dan GGRM naik Rp1.850 atau 2,55% ke level Rp74.400 per lembar saham.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4066 seconds (0.1#10.140)