Kenaikan Cukai Rokok Berpotensi Matikan Industri Rokok Kecil
loading...
A
A
A
JAKARTA - DKN Gerbang Tani kembali menggelar Istighosah Koalisi Tembakau di Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, Selasa (21/9/2021). Istighosah kali ini kerja sama dengan DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Barat dan Koalisi Tembakau.
Dalam kegiatan ini menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan seperti Dewan Syura PKB KH Maman Imanulhaq, Ketua DPW PKB Jabar Syaiful Huda, Anggota DPRD Jabar Asep Suherman, Ketua Gerbang Tani Jabar Jaenal Murtado, Akademisi IPB Prima Gandhi, dan Sekjen Garda Bangsa Billy Ariez.
Billy Ariez mengatakan diskusi keempat ini sebagai kelanjutan dari diskusi pertama sampai ketiga yang diselenggarakan di Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Surabaya, Sumenep, Jember), NTB (Lombok Timur), bersama Petani Tembakau, Asosiasi Petani Tembakau dan Anggota Legislatif Jawa Tengah.
(Baca juga:Elemen IHT Ramai-ramai Tolak Rencana Kenaikan Cukai Rokok)
“Dalam diskusi ini dibahas rencana pemerintah menaikkan cukai rokok . Selain itu juga dibahas Peta Jalan Petani Tembakau, bagaimana menciptakan inovasi budidaya tembakau, agar petani tembakau berdaya,” kata Billy Ariez dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/9/2021).
Billy mengatakan, jika Pemerintah tetap menaikan cukai rokok maka yang diuntungkan adalah industri rokok besar. Sementara industri rokok kecil dan rumahan berpotensi gulung tikar.
“Industri rokok rumahan tidak mampu dengan ongkos produksi. Yang paling bisa dilakukan adalah pengurangan biaya produksi. Akhirnya akan terjadi banyak pengurangan karyawan/pekerja,” katanya.
(Baca juga:Cukai Rokok Naik Terus, Nasib Buruh dan Petani Tembakau Kian Merana)
Sementara itu, akademi IPB Prima Gandhi menyampaikan, Indonesia tercatat sebagai 10 besar produsen tembakau dunia. Sentra produksi tembakau terbesar di Indonesia, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Jawa Barat. Menurutnya, alasan pemerintah untuk menaikan cukai rokok tidak tepat apalagi di tengah ketidakpastian cuaca.
“Di tengah ketidakpastian cuaca seperti ini semestinya Pemerintah tidak menaikkan cukai rokok, karena terjadinya penurunan produksi rokok. Alasan penerimaan negara atas cukai rokok tidak tepat,” kata Prima Gandhi.
Dalam kegiatan ini menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan seperti Dewan Syura PKB KH Maman Imanulhaq, Ketua DPW PKB Jabar Syaiful Huda, Anggota DPRD Jabar Asep Suherman, Ketua Gerbang Tani Jabar Jaenal Murtado, Akademisi IPB Prima Gandhi, dan Sekjen Garda Bangsa Billy Ariez.
Billy Ariez mengatakan diskusi keempat ini sebagai kelanjutan dari diskusi pertama sampai ketiga yang diselenggarakan di Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Surabaya, Sumenep, Jember), NTB (Lombok Timur), bersama Petani Tembakau, Asosiasi Petani Tembakau dan Anggota Legislatif Jawa Tengah.
(Baca juga:Elemen IHT Ramai-ramai Tolak Rencana Kenaikan Cukai Rokok)
“Dalam diskusi ini dibahas rencana pemerintah menaikkan cukai rokok . Selain itu juga dibahas Peta Jalan Petani Tembakau, bagaimana menciptakan inovasi budidaya tembakau, agar petani tembakau berdaya,” kata Billy Ariez dalam keterangan tertulisnya, Selasa (21/9/2021).
Billy mengatakan, jika Pemerintah tetap menaikan cukai rokok maka yang diuntungkan adalah industri rokok besar. Sementara industri rokok kecil dan rumahan berpotensi gulung tikar.
“Industri rokok rumahan tidak mampu dengan ongkos produksi. Yang paling bisa dilakukan adalah pengurangan biaya produksi. Akhirnya akan terjadi banyak pengurangan karyawan/pekerja,” katanya.
(Baca juga:Cukai Rokok Naik Terus, Nasib Buruh dan Petani Tembakau Kian Merana)
Sementara itu, akademi IPB Prima Gandhi menyampaikan, Indonesia tercatat sebagai 10 besar produsen tembakau dunia. Sentra produksi tembakau terbesar di Indonesia, yakni di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Jawa Barat. Menurutnya, alasan pemerintah untuk menaikan cukai rokok tidak tepat apalagi di tengah ketidakpastian cuaca.
“Di tengah ketidakpastian cuaca seperti ini semestinya Pemerintah tidak menaikkan cukai rokok, karena terjadinya penurunan produksi rokok. Alasan penerimaan negara atas cukai rokok tidak tepat,” kata Prima Gandhi.