Jeritan Hati Ibu: Sekarang Hidup Serba Tambah Susah

Jum'at, 23 Februari 2024 - 17:20 WIB
loading...
Jeritan Hati Ibu: Sekarang...
Naiknya harga beras yang tidak wajar disusul harga pangan lainnya dikeluhkan pedagang di pasar tradisional dan ibu rumah tangga. FOTO/Iqbal Dwi Purnama
A A A
JAKARTA - Harga pangan terutama beras terus mengalami kenaikan yang tak terkendali. Harga beras sudah naik lebih Rp16 ribu per kilogram di pasaran. Harga cabai merah di Pasar Kramat Jati mencapai Rp100 ribu per kilogram baik untuk harga cabai merah keriting, maupun harga cabai rawit merah per kilogra,.

Menyikapi fenomena naiknya harga kebutuhan pokok tersebut, MNC Portal melakukan survey terhadap beberapa emak-emak di pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Naiknya harga beras dan cabai membuat mereka harus mengurangi porsi makan.

Eni (57) tahun merupakan pedagangan makan kering di pasar Kramat Jati mengatakan naiknya harga bahan pangan tersebut harus dirasakan pahit olehnya karena tidak seimbang dengan pendapatan berdagang. Menurut dia dengan kenaikan harga pangan yang tidak wajar ini membuat hidup tambah susah.

"Gimana ya, sedih, gimana ya kok bisa naik banget. Pokoknya mohon kepada pemerintah untuk diturunin, lagi dagangan sepi, keadaan lagi naik semua gini, segalanya naik, beras, cabai, gula, pokoknya semua kebutuhan naik," ujar Eni saat ditemui, Jumat (23/2/2024).



Naiknya harga beras yang diikuti bahan pangan pokok lainnya membuat Eni harus mengurangi porsi makan untuk keluarga, hal itu menjadi siasat agar tidak setiap saat membeli bahan pokok yang saat ini harganya tengah mengalami kenaikan.

"Sedikit saja belanja, tidak usah stok lah, 3 hari beli lagi, tidak usah tiap hari (belanja).Saya berharap kepada Pemerintah harga diturunin lah," sambungnya.

Salah seorang pedagang warung makan di Pasar Kramat, Maya (49) juga berpendapat yang tidak jauh berbeda dengan Eni dalam mensiasati naiknya harga bahan pangan yang saat ini tengah terjadi di pasaran. Maya yang sehari hari menggunakan cabai sebagai pelengkap masakan itu kini harus menghadapi pedasnya harga cabai.

Alih-alih menaikan harga barang dagangannya di tengah lonjakan harga bapok, Maya justru menyiasatinya dengan mengurangi porsi makan para pelanggan. Tidak jarang, maya juga terpaksa bersikap bohong kepada pelanggan jika hendak meminta lebih banyak sambal atau cabai.

"Kita kayak orang lagi pelit aja,pura pura cabai habis, padahal mah ada, cuma ya kita kurangin aja, biasa sehari habis sekilo sekarang dikurangi pakai cabainya," kata Maya.

Maya justru lebih khawatir ketika barang dagangannya dinaikan untuk menyikapi tingginya harga bapok itu bisa membuat pelanggannya kabur mencari warung makan lain yang punya harga lebih murah. Sehingga bertahan menjadi satu-satunya Maya demi survive di tengah lonjakan harga pangan saat ini.

"Kalau menaikkan harga, karena kita kan warung bukan satu orang ya, kalau naik sedikit pada pindah," sambungnya.



Salah seorang pedagang sayuran, Zahra (53) menyebutkan harga cabai yang saat ini tembus Rp100 ribu perkilo sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu. Padahal, belum lama Zahra mengaku menjual cabai di harga Rp60 ribu perkilo.

Pengurangan penggunaan cabai atau bahan pokok yang diceritakan oleh Maya dan Eni diatas dirasakan langsung oleh Zahra selaku pedagang. Zahra mengaku belakangan masyarakat mulai mengurangi pembelian cabai sejak harganya terkerek menjadi Rp100 ribu.

"Banyak pembeli yang nurunin pembeliannya, biasanya beli setengah kilogram jadi beli seperempat, biasanya 1/4 kilogram jadi belinya Rp10 ribu," tutupnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1466 seconds (0.1#10.140)