Minyak Mentah Rusia Kehilangan Pembeli, Negara Uni Eropa Ini Hentikan Impor Lebih Cepat

Selasa, 05 Maret 2024 - 06:50 WIB
loading...
Minyak Mentah Rusia Kehilangan Pembeli, Negara Uni Eropa Ini Hentikan Impor Lebih Cepat
Langkah negara Balkan itu untuk sepenuhnya meninggalkan pengiriman minyak mentah dari Rusia yang terkena sanksi mengikuti pengurangan impor pada Januari sebesar 50% dan pemotongan tambahan 25% di Februari. Foto/Dok
A A A
BRUSSELS - Bulgaria menghentikan impor minyak mentah dari Rusia lebih cepat, yang sebenarnya mendapatkan pengecualian embargo Uni Eropa (UE) hingga akhir 2024. Bulgaria setop impor minyak Rusia mulai 1 Maret, seperti dilansir oleh Novinite pada akhir pekan kemarin.



Langkah negara Balkan itu untuk sepenuhnya meninggalkan pengiriman minyak mentah dari Rusia yang terkena sanksi mengikuti pengurangan impor pada Januari sebesar 50% dan pemotongan tambahan 25% di Februari.

Bulgaria awalnya dibebaskan dari larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia dan diizinkan untuk terus membeli minyak dari Moskow hingga akhir 2024. Akan tetapi Sofia mengeluarkan mosi pada pertengahan Desember yang secara prematur membebaskan pengecualian dan membatasi impor minyak Rusia.

Diketahui Bulgaria merupakan salah satu dari sedikit negara Uni Eropa yang dibebaskan dari larangan di seluruh blok, untuk kemudian kini memutuskan mengakhiri impor minyak Rusia dengan alasan bahwa pembebasan dapat mengurangi dampak sanksi Barat.

Minyak Rusia sebelumnya menyumbang 90% dari total konsumsi Bulgaria. Baca Juga:Jual Minyak Rusia di Atas Batas Harga, Perusahaan UEA Kena Sanksi dari Washington

Larangan pembelian minyak Rusia akan mempengaruhi satu-satunya kilang di negara itu, Neftohim yang dimiliki oleh Lukoil, menurut para ahli. Perusahaan minyak Rusia adalah pemasok utama bahan bakar ke Bulgaria, di mana ia juga memiliki jaringan pompa bensin.

Para ahli sebelumnya telah memperingatkan bahwa Bulgaria kemungkinan bakal kesulitan untuk mendapatkan pasokan minyak mentah setelah pembebasan Uni Eropa berakhir, karena kurangnya infrastruktur pelabuhan yang memadai dan kemacetan di Selat Bosphorus.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1620 seconds (0.1#10.140)