OJK Minta Pinjol P2P Lending Fokus Salurkan Pembiayaan UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) meminta perusahaan pinjaman online P2P Lending fokus memberikan pembiayaan kepada para pelaku UMKM. Hal tersebut untuk menghindari utang masyarakat yang berujung pada aktvitas konsumtif belaka.
Plt. Direktur Pengawasan Usaha Pembiayaan Berbasis Teknologi OJK, Mohammad Eka Gonda Sukma menilai pemberian pinjaman uang kepada perorangan yang dilakukan oleh para perusahaan P2P lending berpotensi digunakan untuk kegiatan konsumtif belaka. Akhirnya para peminjam kesulitan untuk mengembalikan uang yang sebelumnya sudah dipinjam.
"Kita optimis bahwa industri ini (P2P Lending) bisa bertumbuh dan berkembangn dengan baik, kita ingin supaya pembiayaan ini tidak hanya digunakan untuk sektor konsumtif, tapi juga sektor produktif seperti UMKM," ujar Eka Gonda dalam acara Fintech Media Toolkit di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Menurutnya pembiayaan kepada UMKM ini bukan hanya menumbuhkan perusahaan P2P, namun juga sekaligus menggerakan perekonomian nasional. Sebab ketika UMKM ini mendapatkan tambahan modal untuk melakukan ekspansi, maka praktis akan meningkatkan belanja di pasar.
"Seorang pedagang bakso, dia menjual bakso, berarti dia akan membeli daging, beli mie, itu rantainya sangat banyak, itu hanya dari satu orang yang berdagang bakso," jelasnya.
Secara makro, Eka menjelaskan outstanding pendanaan per Januari 2024 sebesar Rp60,42 triliun, tapi dana yang disalurkan kepada UMKM baru sebesar 33,65% atau setara Rp20,33 triliun. Porsi tersebut justru tercatat mengalami penurunan jika dengan porsi penyaluran pada Desember 2023 lalu yaitu 34,99%.
"Kita berharap bahwa penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh P2P ini bisa difokuskan ke arah pembiayaan ke sektor UMKM," lanjutnya.
Sulitnya mengakses pembiayaan menjadi tantangan bagi segmen akar rumput dalam memulai usaha. Survei Bank Indonesia (BI) 2020 menunjukkan sekitar 69,5% UMKM masih belum memiliki akses kredit perbankan. Padahal, UMKM segmen akar rumput adalah kelompok yang memiliki resiliensi tinggi untuk menopang pertumbuhan perekonomian riil Indonesia.
Plt. Direktur Pengawasan Usaha Pembiayaan Berbasis Teknologi OJK, Mohammad Eka Gonda Sukma menilai pemberian pinjaman uang kepada perorangan yang dilakukan oleh para perusahaan P2P lending berpotensi digunakan untuk kegiatan konsumtif belaka. Akhirnya para peminjam kesulitan untuk mengembalikan uang yang sebelumnya sudah dipinjam.
"Kita optimis bahwa industri ini (P2P Lending) bisa bertumbuh dan berkembangn dengan baik, kita ingin supaya pembiayaan ini tidak hanya digunakan untuk sektor konsumtif, tapi juga sektor produktif seperti UMKM," ujar Eka Gonda dalam acara Fintech Media Toolkit di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Menurutnya pembiayaan kepada UMKM ini bukan hanya menumbuhkan perusahaan P2P, namun juga sekaligus menggerakan perekonomian nasional. Sebab ketika UMKM ini mendapatkan tambahan modal untuk melakukan ekspansi, maka praktis akan meningkatkan belanja di pasar.
"Seorang pedagang bakso, dia menjual bakso, berarti dia akan membeli daging, beli mie, itu rantainya sangat banyak, itu hanya dari satu orang yang berdagang bakso," jelasnya.
Secara makro, Eka menjelaskan outstanding pendanaan per Januari 2024 sebesar Rp60,42 triliun, tapi dana yang disalurkan kepada UMKM baru sebesar 33,65% atau setara Rp20,33 triliun. Porsi tersebut justru tercatat mengalami penurunan jika dengan porsi penyaluran pada Desember 2023 lalu yaitu 34,99%.
"Kita berharap bahwa penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh P2P ini bisa difokuskan ke arah pembiayaan ke sektor UMKM," lanjutnya.
Sulitnya mengakses pembiayaan menjadi tantangan bagi segmen akar rumput dalam memulai usaha. Survei Bank Indonesia (BI) 2020 menunjukkan sekitar 69,5% UMKM masih belum memiliki akses kredit perbankan. Padahal, UMKM segmen akar rumput adalah kelompok yang memiliki resiliensi tinggi untuk menopang pertumbuhan perekonomian riil Indonesia.
(nng)