Utang Pemerintah Masih Akan Menumpuk hingga Akhir Tahun, Apa Penyebabnya

Jum'at, 14 Agustus 2020 - 17:12 WIB
loading...
Utang Pemerintah Masih...
Peningkatan utang luar negeri pemerintah hingga akhir tahun diyakini masih akan menumpuk. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Peningkatan utang luar negeri pemerintah hingga akhir tahun diyakini masih akan menumpuk, yang akan digunakan untuk menutupi defisit APBN yang melebar. Total Utang Luar Negeri (ULN) per kuartal II 2020 cenderung meningkat menjadi 5,0%yoy bila dibandingkan dari kuartal I 2020 yang tercatat 0,6%yoy. Pertumbuhan ULN pemerintah dan swasta per kuartal II 2020 cenderung meningkat dibandingkan laju pertumbuhan ULN pada Kuartal I 2020.

Laju pertumbuhan ULN pemerintah meningkat menjadi 1,9%yoy dari kuartal sebelumnya -3,5%yoy. Sementara, laju pertumbuhan ULN swasta meningkat menjadi 8,2%yoy dari kuartal I 2020 yang tercatat 4,7%yoy.

"Peningkatan pertumbuhan ULN pemerintah didorong oleh penerbitan global bond pemerintah untuk menutupi defisit APBN," kata Pengamat Ekonomi Josua Pardede di Jakarta, Jumat (14/8/2020).

(Baca Juga: Sri Mulyani: Semua Punya Utang, Negara Islam Juga )

Sementara itu dari sisi ULN swasta, laju pertumbuhan cenderung meningkat mengingat kebutuhan permodalan dari sektor usaha swasta. Namun jika dilihat detail berdasarkan kelompok peminjam, ULN perusahaan BUMN cenderung meningkat 16,2% ytd.

Berdasarkan tujuan penggunaan, peningkatan ULN swasta cenderung didorong oleh penambahan pada penggunaan investasi. Sementara berdasarkan sektornya, untuk ULN swasta yang mengalami peningkatan signifikan adalah sektor pertambangan dan juga kelistrikan, dengan masing-masing sektor bertumbuh sebanyak 25,11% dan 23,69%.

"Dengan adanya rencana pemerintah untuk menerbitkan setidaknya 1 lagi obligasi berdenominasi valas, diperkirakan hingga akhir tahun ULN Indonesia akan mengalami peningkatan," ungkap dia.

(Baca Juga: Luhut Tantang Pengkritik Utang Negara untuk Diskusi )

Hal ini juga kemudian ditambah lagi apabila sektor perekonomian mulai bergerak di kuartal IV 2020. "DSR tier-1 pada 2Q20 terlihat mengalami peningkatan, dari sebelumnya 27,71 menjadi 29,50 seiring dengan peningkatan utang secara umum," ungkap dia.

Peningkatan DSR ini dapat berarti bahwa meskipun transaksi berjalan mencatatkan defisit yang rendah pada kuartal I 2020, namun pertumbuhan utang yang tinggi menggerus dampak dari defisit transaksi berjalan.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1736 seconds (0.1#10.140)