Modal dari Usaha Nasi Ayam, Arif Maulana Kembangkan Perumahan Bersubsidi
loading...
A
A
A
SERANG - Berawal dari berjualan nasi ayam, Arif Maulana Nurbani (37) kini merambah bisnis di sektor properti . Bukan perumahan komersil, Bani - sapaan akrabnya- justru memutuskan melirik perumahan subsidi untuk sektor pekerja informal .
Dari hasil usaha nasi ayam dan kepercayaan dari pihak perbankan, Sarjana bidang teknologi informasi jebolan Binus University itu perlahan memberanikan diri menjadi seorang pengembang perumahan.
Ia menyadari, jika para pekerja informal selalu kesulitan untuk memiliki rumah impiannya. Apalagi dengan skema Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Para pekerja informal yang tak punya slip gaji bulanan tentu akan dipandang sebelah mata dengan metode pembayaran itu.
Berangkat dari permasalahan sulitnya para pekerja informal mendapatkan rumah, Bani akhirnya menyediakan lahan seluas lima hektar untuk proyek rumah bersubsidi. Pada tahap awal, Bani menargetkan 25-50 rumah bersubsidi bisa terbangun.
“Kami melihat di area Banten dan sekitarnya, di sana industri pabrik kurang. Kalau daerah Cikande, Bekasi, Karawang tak masalah karena orang punya slip gaji, ada PT yang menjamin punya pendapatan tetap. Kalau daerah Serang itu agak sedikit yang punya slip gaji,” ungkap Bani.
Hingga saat ini, 100 rumah bersubsidi di perumahan yang Bani kembangkan sudah terisi. Mereka adalah para pekerja informal yang berpenghasilan rendah. Mereka menempati rumah dengan luas tanah 60 meter persegi dan luas bangunan 30 meter persegi.
“Rumah begitu bangun pasti sudah terisi. Setiap keluarga itu impiannya punya rumah sendiri. Sandang, pangan, papan. Setiap orang kan ingin punya rumah sendiri dibandingkan mengontrak,” tambah pria yang juga menyandang gelar master teknologi informasi dari Universitas Indonesia tersebut.
Edukasi Finansial untuk Pedagang Pasar dan Lulusan Pesantren
Dari hasil usaha nasi ayam dan kepercayaan dari pihak perbankan, Sarjana bidang teknologi informasi jebolan Binus University itu perlahan memberanikan diri menjadi seorang pengembang perumahan.
Ia menyadari, jika para pekerja informal selalu kesulitan untuk memiliki rumah impiannya. Apalagi dengan skema Kredit Perumahan Rakyat (KPR). Para pekerja informal yang tak punya slip gaji bulanan tentu akan dipandang sebelah mata dengan metode pembayaran itu.
Berangkat dari permasalahan sulitnya para pekerja informal mendapatkan rumah, Bani akhirnya menyediakan lahan seluas lima hektar untuk proyek rumah bersubsidi. Pada tahap awal, Bani menargetkan 25-50 rumah bersubsidi bisa terbangun.
“Kami melihat di area Banten dan sekitarnya, di sana industri pabrik kurang. Kalau daerah Cikande, Bekasi, Karawang tak masalah karena orang punya slip gaji, ada PT yang menjamin punya pendapatan tetap. Kalau daerah Serang itu agak sedikit yang punya slip gaji,” ungkap Bani.
Hingga saat ini, 100 rumah bersubsidi di perumahan yang Bani kembangkan sudah terisi. Mereka adalah para pekerja informal yang berpenghasilan rendah. Mereka menempati rumah dengan luas tanah 60 meter persegi dan luas bangunan 30 meter persegi.
“Rumah begitu bangun pasti sudah terisi. Setiap keluarga itu impiannya punya rumah sendiri. Sandang, pangan, papan. Setiap orang kan ingin punya rumah sendiri dibandingkan mengontrak,” tambah pria yang juga menyandang gelar master teknologi informasi dari Universitas Indonesia tersebut.
Edukasi Finansial untuk Pedagang Pasar dan Lulusan Pesantren