ESDM Paparkan Aspek Geologi Pascagempa Palu

Jum'at, 12 Oktober 2018 - 13:59 WIB
ESDM Paparkan Aspek...
ESDM Paparkan Aspek Geologi Pascagempa Palu
A A A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan data terbaru tentang kondisi Palu dan sekitarnya dari aspek Geologi dalam Geoseminar yang mengusung tema 'Informasi Geologi Sebagai Dasar untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Terjadinya Gempa Bumi Palu'. Lewat seminar ini, ESDM ingin menyampaikan bahwa daerah Palu secara geologi masih dapat dibangun kembali, namun dengan memenuhi beberapa persyaratan tertentu.

"Semua penyelidikan ini masih berlangsung dan kami berharap dalam 1 bulan rekomendasi teknis dari Badan Geologi akan dikeluarkan dan diharapkan dapat digunakan untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksn Palu dan sekitarnya," ujar Menteri ESDM Ignasius Jonan yang membuka seminar di Jakarta, Jumat (12/10/2018).

lndonesia yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif utama dunia (Indo Australia, Pasifik dan Eurasia) membuat rentan terkena bencana geologi, salah satunya yakni gempa bumi yang dalam beberapa kasus disertai dengan kejadian tsunami. Sebagaimana kita ketahui telah terjadi gempabumi dengan kekuatan magnitudo 7,4 pada tanggal 28 September 2018, pukul 17:02 WIB, dengan episenter pada koordinat 119,85 BT; 0,18 LS, (27 km timur laut Donggala) pada kedalaman 10 km, dan diikuti oleh serangkaian kejadian gempabumi susulan lainnya.

Rangkaian gempa bumi ini mengikuti pola patahan Palu-Koro yang merupakan salah satu patahan paling aktif di Indonesia yang memotong wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan/Tenggara, dengan jenis patahan mendatar mengiri. Goncangan gempabumi melanda daerah Kabupaten Donggala, Palu, Parigi dan Sigi. Wilayah di sekitar pusat gempabumi pada umumnya disusun oleh batuan tua dari umur pra Tersier, Tersier dan batuan yang lebih muda dari masa Kuarter.

Batuan berumur pra Tersier dan Tersier tersebut sebagian telah mengalami pelapukan. Sedangkan batuan endapan Kuarter (kurang dari 2 juta tahun lalu) pada umumnya bersifat urai, Iepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek goncangan gempabumi.

Selain menyebabkan korban jiwa serta merusak bangunan vital, gempa juga diikuti oleh tsunami dengan ketinggian gelombang 0,5 hingga 3 meter yang melanda pantai Talise di Kota Palu dan pantai di Kabupaten Donggala, serta diikuti fenomena likuifaksi yang telah merusak perumnas Balaroa, Petobo, Jono Oge, dan Sidera.

Diterangkan harapan pemerintah, Kota Palu yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah yang didesain sebagai pusat logistik terpadu dan industri pengolahan pertambangan di wilayah Sulawesi, dapat tumbuh dan dikembangkan kembali setelah gempa bumi ini.

Badan Geologi Kementerian ESDM senantiasa melakukan upaya mitigasi bencana dengan memetakan daerah yang pernah terjadi gempabumi dan tsunami yang disajikan dalam peta rawan gempa bumi dan tsunami, serta ada juga potensi likuifaksi yang merupakan kajian di masa lalu (sebelum dan sesudah 2012).

"Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa bumi dan Tsunami secara rutin disampaikan kepada seluruh pemerintah daerah. Dimanapun, wilayahnya harus melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami," paparnya.

Badan Geologi, Kementerian ESDM telah mengirimkan Tim Tanggap Darurat yang sudah masuk pada tanggal 29 Oktober 2018 (sehari sesudah gempa) untuk memeriksa dampak gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi, serta mengumpulkan data-data teknis untuk rekomendasi langkah selanjutnya pembangunan Palu berkoordinasi dengan Kementerian ATR/BPN, Kementerian PUPR, BNPB, BMKG, dan Pemerintah Daerah.

"Selanjutnya, Tim Badan Geologi akan diberangkatkan untuk melakukan penyelidikan geologi dan memetakan kembali daerah yang aman untuk ditinggali, dalam rangka menyiapkan rekomendasi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pasca terjadinya gempabumi Palu dan sekitarnya," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7126 seconds (0.1#10.140)