Nilai Ekosistem Go-Jek Lebih Matang Jamin Kesejahteraan Pengemudi

Rabu, 31 Oktober 2018 - 21:29 WIB
Nilai Ekosistem Go-Jek Lebih Matang Jamin Kesejahteraan Pengemudi
Nilai Ekosistem Go-Jek Lebih Matang Jamin Kesejahteraan Pengemudi
A A A
JAKARTA - Skema tarif yang kerap jadi permasalahan antara penyedia aplikasi transportasi online dengan mitra pengemudi, seharusnya bisa selesai dengan skema bisnis yang lebih matang.

"Saya menilai Go-Jek lebih matang dalam skema bisnis. Mereka sudah mulai shifting, tidak lagi terlalu mengejar akuisisi konsumen baru. Ini membuat penyesuaian tarifnya bisa tetap menjamin kesejahteraan mitra pengemudi," kata pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia Harryadin Mahardhika.

Ia melihat hal tersebut berdasarkan upaya Go-Jek mencapai keseimbangan bisnis. Penerapan tarif dari berbagai layanan yang keuntungannya besar, dialihkan perusahaan untuk menjaga pendapatan mitranya. "Dari tarif yang ada, tidak mengorbankan pendapatan mitra pengemudi dan tetap stabil," dalam penjelasannya pada media, Rabu (31/10/2018).

Kondisi ini sedikit berbeda dengan yang dihadapi oleh bisnis Grab di Indonesia. "Grab bisa dibilang sebagai penantang atau market challenger kalau di Indonesia. Mereka masih memikirkan bagaimana mendapatkan sebanyak mungkin pelanggan atau pengguna baru dengan menerapkan harga kompetitif atau di bawah Go-Jek," kata Harryadin.

Ia berpendapat, tarif murah ini tentu berpengaruh pada pendapatan pengemudi Grab. Karena alokasi subsidi harga lebih banyak dikeluarkan supaya konsumen dapat harga lebih murah, tapi punya kecenderungan mengorbankan pendapatan mitra pengemudi jadi lebih kecil.

Namun, Harryadin juga melihat perlu adanya upaya penyesuaian harga antara perusahaan penyedia aplikasi transportasi dengan konsumen supaya bisnis ini tetap eksis. Skema penerapan harga ini perlu dicari bentuk terbaik supaya mitra pengemudi mendapatkan keuntungan yang sepadan dan perusahaan juga tetap bisa kuat.

"Terutama untuk lini kendaraan roda empat ya. Kita bisa lihat skema menghamburkan banyak promo dengan mengorbankan pendapatan pengemudi malah membuat Uber angkat kaki dari Asia Tenggara," kata Harryadin.

Para mitra pengemudi Grab Indonesia sempat menjalankan demonstrasi di depan kantor Grab Indonesia di Kuningan, Jakarta, Senin 29 Oktober 2018. Dalam demo tersebut, beberapa tuntutan seperti skema penarifan, perjanjian kemitraan yang transparan, serta protes terhadap suspensi pengemudi jadi poin yang disampaikan massa aksi terhadap perusahaan yang berbasis di Singapura itu.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1245 seconds (0.1#10.140)