Kinerja Industri Kehutanan Membaik, Pertumbuhan Ekspor Rebound 8,3%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kinerja ekspor hasil hutan Indonesia menunjukkan tren perbaikan memasuki awal 2024. Tren positif ini mesti dijaga karena kondisi pasar saat ini yang penuh ketidakpastian akibat kondisi geopolitik dan ekonomi global.
"Kalau tren ini bisa ditingkatkan, kami berharap kinerja ekspor produk hasil hutan setidaknya menyamai capaian tahun 2023 lalu," kata Plt Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) Agus Justianto, Jumat (5/4/2024).
Data KLHK mencatat, ekspor hasil hutan Indonesia pada tiga bulan pertama tahun 2024 mencapai USD3,5 miliar dolar. Produk pulp, kertas dan panel kayu menjadi kontributor terbesar dengan nilai masing-masing USD798,05 juta dolar, USD1,1 miliar dolar, dan USD582,7 juta dolar.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, catatan ekspor sampai Maret menunjukkan pertumbuhan 8,3%. Ini menunjukkan kinerja ekspor yang rebound setelah hampir sepanjang tahun 2023 pertumbuhan tercatat negatif. Sebagai gambaran pada September 2023, pertumbuhan tercatat negatif sebesar minus 10,4%.
Pada 2023 lalu, total ekspor produk hasil hutan Indonesia tercatat sebesar 13,16 miliar dolar AS. KLHK mencanangkan target ekspor yang moderat pada tahun ini sebesar USD10 miliar dolar.
Agus menjelaskan, beberapa hal yang perlu diantisipasi dalam pencapaian kinerja ekspor adalah kondisi geopolitik global seperti ketegangan Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina. Selain itu, beberapa negara pasar juga masih dalam pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Prof Indroyono Soesilo mengatakan, perlu terus membuka pasar baru guna mendorong kinerja ekspor. "Pembukaan pasar baru efektif untuk menopang pasar tradisional yang sudah dikuasai Indonesia," katanya.
Salah satu pasar yang terus berkembang adalah India. Di negara itu. ekspor Indonesia pada dua bulan pertama tahun 2024 tercatat sebesar USD103,8 juta dolar atau naik 14% yoy.
Indroyono juga optimistis pasar tradisional Indonesia bisa terus tumbuh dengan baik. Apalagi Indonesia memiliki Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK) yang kini telah dilengkapi dengan ketentuan tentang geolokasi yang bisa melacak asal usul kayu hingga ke lokasi hutan.
"Kalau tren ini bisa ditingkatkan, kami berharap kinerja ekspor produk hasil hutan setidaknya menyamai capaian tahun 2023 lalu," kata Plt Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ( KLHK ) Agus Justianto, Jumat (5/4/2024).
Data KLHK mencatat, ekspor hasil hutan Indonesia pada tiga bulan pertama tahun 2024 mencapai USD3,5 miliar dolar. Produk pulp, kertas dan panel kayu menjadi kontributor terbesar dengan nilai masing-masing USD798,05 juta dolar, USD1,1 miliar dolar, dan USD582,7 juta dolar.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, catatan ekspor sampai Maret menunjukkan pertumbuhan 8,3%. Ini menunjukkan kinerja ekspor yang rebound setelah hampir sepanjang tahun 2023 pertumbuhan tercatat negatif. Sebagai gambaran pada September 2023, pertumbuhan tercatat negatif sebesar minus 10,4%.
Pada 2023 lalu, total ekspor produk hasil hutan Indonesia tercatat sebesar 13,16 miliar dolar AS. KLHK mencanangkan target ekspor yang moderat pada tahun ini sebesar USD10 miliar dolar.
Agus menjelaskan, beberapa hal yang perlu diantisipasi dalam pencapaian kinerja ekspor adalah kondisi geopolitik global seperti ketegangan Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina. Selain itu, beberapa negara pasar juga masih dalam pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Prof Indroyono Soesilo mengatakan, perlu terus membuka pasar baru guna mendorong kinerja ekspor. "Pembukaan pasar baru efektif untuk menopang pasar tradisional yang sudah dikuasai Indonesia," katanya.
Salah satu pasar yang terus berkembang adalah India. Di negara itu. ekspor Indonesia pada dua bulan pertama tahun 2024 tercatat sebesar USD103,8 juta dolar atau naik 14% yoy.
Indroyono juga optimistis pasar tradisional Indonesia bisa terus tumbuh dengan baik. Apalagi Indonesia memiliki Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK) yang kini telah dilengkapi dengan ketentuan tentang geolokasi yang bisa melacak asal usul kayu hingga ke lokasi hutan.
(poe)