2 Faktor Penyebab Naiknya Harga Emas Selagi Perang Israel-Iran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga emas melonjak di tengah konflik militer yang sedang berlangsung antara Iran dan Israel. Tidak hanya itu, pasar keuangan global juga mengalami gejolak.
Setelah serangan besar-besaran Iran terhadap Israel diluncurkan beberapa waktu lalu, yang merupakan respons dari serangan Zionis ke konsulatnya di Suriah rupanya telah menciptakan kegelisahan di kalangan investor. Para investor kini mulai berupaya menjauhi aset-aset berisiko dan berlindung pada emas karena daya tariknya sebagai aset safe-haven.
Dilansir dari Financial Express, harga emas telah melonjak hampir 30% dalam 6 bulan terakhir dan lebih dari 13% tahun ini, mengungguli tolok ukur ekuitas Sensex dan Nifty dengan selisih yang wajar.
Sementara itu, harga emas spot telah naik 2,4% ke rekor tertinggi USD2,431.52 per ounce sebelum kemudian sempat beberapa kali kembali meningkat. Harga emas tercatat naik 4% selama seminggu dan 16% sepanjang tahun ini, melebihi kenaikan 13% yang tercatat sepanjang tahun 2023.
Pakar pasar memperkirakan emas akan menguat lebih lanjut dengan mempertimbangkan situasi geopolitik saat ini.
Anuj Gupta, Kepala Komoditas & Mata Uang di HDFC Securities mengatakan, "Alasan utama meroketnya harga emas dan perak dapat dikaitkan dengan berita perang Iran-Israel".
Gedung Putih telah mengeluarkan pernyataan bahwa Iran telah lakukan serangan ke Israel, yang telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Itulah sebabnya harga emas dan harga logam mulia lainnya meroket meskipun nilai tukar dolar AS dan imbal hasil Treasury AS tidaklah menurun.
Menurut Livemint, desakan penurunan suku bunga Fed AS setelah angka inflasi AS yang kuat beberapa waktu lalu dan pembelian emas fisik secara agresif oleh bank sentral Tiongkok juga mendukung reli harga logam kuning dan putih.
2. Banyak Investor Pilih Aset Safe Haven
Pada 16 April 2024 kemarin, pasar saham India merosot lebih dari 1% pada pembukaan dengan indeks acuan Sensex dan Nifty masing-masing anjlok lebih dari 900 poin dan lebih dari 250 poin, setelah ketegangan militer di Asia Barat.
Investor yang berhati-hati terlibat dalam aksi jual di seluruh sektor ekuitas India lantas membantu emas memperkuat posisinya. Karena statusnya yang aman, logam mulia ini telah menarik investor setelah perang Iran-Israel.
Meskipun demikian, tren emas secara keseluruhan tetap positif, dengan dukungan kuat terlihat di sekitar Rs 70.000. Koreksi kecil dalam jangka pendek mungkin terjadi, namun prospek emas secara luas tetap bullish.
Selain itu, logam mulia telah menguat lebih dari 13% sepanjang tahun ini, melebihi kenaikan 13% yang tercatat sepanjang tahun lalu, menurut broker Nirmal Bang.
Setelah serangan besar-besaran Iran terhadap Israel diluncurkan beberapa waktu lalu, yang merupakan respons dari serangan Zionis ke konsulatnya di Suriah rupanya telah menciptakan kegelisahan di kalangan investor. Para investor kini mulai berupaya menjauhi aset-aset berisiko dan berlindung pada emas karena daya tariknya sebagai aset safe-haven.
Dilansir dari Financial Express, harga emas telah melonjak hampir 30% dalam 6 bulan terakhir dan lebih dari 13% tahun ini, mengungguli tolok ukur ekuitas Sensex dan Nifty dengan selisih yang wajar.
Sementara itu, harga emas spot telah naik 2,4% ke rekor tertinggi USD2,431.52 per ounce sebelum kemudian sempat beberapa kali kembali meningkat. Harga emas tercatat naik 4% selama seminggu dan 16% sepanjang tahun ini, melebihi kenaikan 13% yang tercatat sepanjang tahun 2023.
Pakar pasar memperkirakan emas akan menguat lebih lanjut dengan mempertimbangkan situasi geopolitik saat ini.
Faktor Meningkatnya Harga Emas
1. Ketegangan di Timur Tengah yang Semakin MemanasAnuj Gupta, Kepala Komoditas & Mata Uang di HDFC Securities mengatakan, "Alasan utama meroketnya harga emas dan perak dapat dikaitkan dengan berita perang Iran-Israel".
Gedung Putih telah mengeluarkan pernyataan bahwa Iran telah lakukan serangan ke Israel, yang telah meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Itulah sebabnya harga emas dan harga logam mulia lainnya meroket meskipun nilai tukar dolar AS dan imbal hasil Treasury AS tidaklah menurun.
Menurut Livemint, desakan penurunan suku bunga Fed AS setelah angka inflasi AS yang kuat beberapa waktu lalu dan pembelian emas fisik secara agresif oleh bank sentral Tiongkok juga mendukung reli harga logam kuning dan putih.
2. Banyak Investor Pilih Aset Safe Haven
Pada 16 April 2024 kemarin, pasar saham India merosot lebih dari 1% pada pembukaan dengan indeks acuan Sensex dan Nifty masing-masing anjlok lebih dari 900 poin dan lebih dari 250 poin, setelah ketegangan militer di Asia Barat.
Investor yang berhati-hati terlibat dalam aksi jual di seluruh sektor ekuitas India lantas membantu emas memperkuat posisinya. Karena statusnya yang aman, logam mulia ini telah menarik investor setelah perang Iran-Israel.
Meskipun demikian, tren emas secara keseluruhan tetap positif, dengan dukungan kuat terlihat di sekitar Rs 70.000. Koreksi kecil dalam jangka pendek mungkin terjadi, namun prospek emas secara luas tetap bullish.
Selain itu, logam mulia telah menguat lebih dari 13% sepanjang tahun ini, melebihi kenaikan 13% yang tercatat sepanjang tahun lalu, menurut broker Nirmal Bang.
(fjo)