Harga Minyak Dunia Dekati Level Terendah, Brent Jatuh ke USD83 per Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah dunia jatuh mendekati level terendah sejak pertengahan Maret 2024, ketika laporan stok minyak Amerika Serikat (AS) agak bearish. Sementara itu sentimen ketegangan Timur Tengah masih menjadi sorotan para pelaku pasar.
Dilansir Reuters hari ini, Rabu (8/5/2024) tercatat Brent merosot di bawah USD83 per barel setelah turun ke level terendah sejak 13 Maret. Sedangkan untuk minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate turun menuju posisi USD77/barel.
Stok minyak mentah di Cushing naik lebih dari 1 juta barel pekan lalu, berdasarkan perkiraan industri, menurut orang-orang yang mengetahui angka-angka tersebut. Di sisi lain situasi Timur Tengah, saat militer Israel bergerak ke kota Rafah di Gaza masih sulit dipahami.
Minyak mentah dunia sudah berada dalam tren penurunan sejak awal April, dimana membukukan kerugian dalam tiga dari empat minggu terakhir, dengan indikator dari rentang waktu hingga margin pemrosesan menunjukkan prospek yang lebih lemah.
Penguatan dolar AS menjadi tekanan tambahan, lantaran membuat harga komoditas menjadi lebih mahal bagi banyak investor.
"Meskipun ada kelemahan di tengah meningkatnya stok dan memudarnya ancaman geopolitik, ada dukungan yang datang dari risiko sisi penawaran yang sedang berlangsung," kata Han Zhong Liang, ahli strategi investasi di Standard Chartered Plc.
Diterangkan ada beberapa faktor yang mendasari, termasuk pertemuan OPEC + pada bulan Juni, mendatang dan pembatasan baru pada minyak Iran dan Venezuela. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dijadwalkan bakal bertemu bulan depan untuk menilai kebijakan pasokan setelah pengurangan produksi selama paruh pertama tahun ini untuk mendukung harga minyak.
Sebagian besar pedagang berharap bahwa pembatasan akan diperpanjang, mungkin hingga akhir tahun, menurut survei Bloomberg.
Dilansir Reuters hari ini, Rabu (8/5/2024) tercatat Brent merosot di bawah USD83 per barel setelah turun ke level terendah sejak 13 Maret. Sedangkan untuk minyak mentah berjangka AS yakni West Texas Intermediate turun menuju posisi USD77/barel.
Stok minyak mentah di Cushing naik lebih dari 1 juta barel pekan lalu, berdasarkan perkiraan industri, menurut orang-orang yang mengetahui angka-angka tersebut. Di sisi lain situasi Timur Tengah, saat militer Israel bergerak ke kota Rafah di Gaza masih sulit dipahami.
Minyak mentah dunia sudah berada dalam tren penurunan sejak awal April, dimana membukukan kerugian dalam tiga dari empat minggu terakhir, dengan indikator dari rentang waktu hingga margin pemrosesan menunjukkan prospek yang lebih lemah.
Penguatan dolar AS menjadi tekanan tambahan, lantaran membuat harga komoditas menjadi lebih mahal bagi banyak investor.
"Meskipun ada kelemahan di tengah meningkatnya stok dan memudarnya ancaman geopolitik, ada dukungan yang datang dari risiko sisi penawaran yang sedang berlangsung," kata Han Zhong Liang, ahli strategi investasi di Standard Chartered Plc.
Diterangkan ada beberapa faktor yang mendasari, termasuk pertemuan OPEC + pada bulan Juni, mendatang dan pembatasan baru pada minyak Iran dan Venezuela. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dijadwalkan bakal bertemu bulan depan untuk menilai kebijakan pasokan setelah pengurangan produksi selama paruh pertama tahun ini untuk mendukung harga minyak.
Sebagian besar pedagang berharap bahwa pembatasan akan diperpanjang, mungkin hingga akhir tahun, menurut survei Bloomberg.
(akr)