Menguak Sebab Emiten BUMN Karya Absen Setor Dividen Tahun Ini
loading...
A
A
A
Pencatatan keuangan negatif ini didorong oleh meningkatnya beban keuangan yang terkerek hingga 56,17% menjadi Rp1,09 triliun. Adapun, Waskita Karya mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp2,17 triliun di kuartal I-2024, turun 20,27% secara tahunan dari kuartal I-2023, yaitu Rp2,73 triliun.
Sumber pendapatan Waskita berasal dari segmen jasa konstruksi senilai Rp1,48 triliun, turun 35,31% secara tahunan. Meskipun begitu, penjualan precast tumbuh 250,74% menjadi Rp364,7 miliar. Lalu, pendapatan jalan tol naik 1,75% ke posisi Rp248,66 miliar.
Sekalipun dua perusahaan masih merugi, namun keuangan dua emiten BUMN karya lainnya sudah mulai positif. Keduanya adalah PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PTPP dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, atau ADHI.
Pada kuartal satu tahun ini, PTPP berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp94,60 miliar. Capaian tersebut meroket 176 persen dari periode yang sama 2023 senilai Rp34,22 miliar.
Pembukuan ini didorong oleh pendapatan usaha yang naik 5,7% menjadi Rp4,61 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp4,36 triliun. Harga pokok pendapatan naik menjadi Rp4,08 triliun dari posisi sama 2023 Rp3,80 triliun.
Kendati, PTPP memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2023, karena perusahaan masih fokus pada penguatan struktur permodalan.
Keadaan yang hampir sama juga dialami ADHI, dimana laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp10,15 miliar selama kuartal I-2024. Laba ini naik 20,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp8,45 miliar.
Hanya saja, pendapatan Adhi Karya turun sepanjang kuartal satu tahun ini. Dalam laporan keuangan, perusahaan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,63 triliun atau lebih rendah 1,21% dari kuartal I-2023 yang berada di posisi Rp2,66 triliun.
Pendapatan usaha ADHI ditopang oleh usaha teknik dan konstruksi sebesar Rp2,03 triliun, properti dan pelayanan Rp106,33 miliar, manufaktur Rp379,54 miliar, dan investasi dan konsesi Rp98,58 miliar.
Sumber pendapatan Waskita berasal dari segmen jasa konstruksi senilai Rp1,48 triliun, turun 35,31% secara tahunan. Meskipun begitu, penjualan precast tumbuh 250,74% menjadi Rp364,7 miliar. Lalu, pendapatan jalan tol naik 1,75% ke posisi Rp248,66 miliar.
Sekalipun dua perusahaan masih merugi, namun keuangan dua emiten BUMN karya lainnya sudah mulai positif. Keduanya adalah PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PTPP dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, atau ADHI.
Pada kuartal satu tahun ini, PTPP berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp94,60 miliar. Capaian tersebut meroket 176 persen dari periode yang sama 2023 senilai Rp34,22 miliar.
Pembukuan ini didorong oleh pendapatan usaha yang naik 5,7% menjadi Rp4,61 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp4,36 triliun. Harga pokok pendapatan naik menjadi Rp4,08 triliun dari posisi sama 2023 Rp3,80 triliun.
Kendati, PTPP memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2023, karena perusahaan masih fokus pada penguatan struktur permodalan.
Keadaan yang hampir sama juga dialami ADHI, dimana laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp10,15 miliar selama kuartal I-2024. Laba ini naik 20,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp8,45 miliar.
Hanya saja, pendapatan Adhi Karya turun sepanjang kuartal satu tahun ini. Dalam laporan keuangan, perusahaan membukukan pendapatan usaha sebesar Rp2,63 triliun atau lebih rendah 1,21% dari kuartal I-2023 yang berada di posisi Rp2,66 triliun.
Pendapatan usaha ADHI ditopang oleh usaha teknik dan konstruksi sebesar Rp2,03 triliun, properti dan pelayanan Rp106,33 miliar, manufaktur Rp379,54 miliar, dan investasi dan konsesi Rp98,58 miliar.
(akr)