Ekonom: Dikuasai Asing, Keuntungan Unicorn ke Luar Negeri
A
A
A
JAKARTA - Industri startup di Indonesia kian berkembang, bahkan beberapa di antaranya telah menjelma sebagai unicorn alias perusahaan rintisan yang memiliki kapitalisasi di atas USD1 miliar.
Pengembangan unicorn dalam memajukan ekonomi nasional pun menjadi salah satu materi dalam Debat Calon Presiden edisi kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2) malam. Dalam hal ini, Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebutkan perkembangan unicorn juga perlu diwaspadai untuk menghindari larinya keuntungan dari Indonesia ke luar negeri.
Menanggapi hal ini, Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, startup unicorn memang mengandalkan modal asing yang jumlahnya cukup dominan untuk menjalankan bisnisnya. Ketika masuk modal asing, kata dia, maka kedaulatan data, dan produk yang ada di startup berisiko menjadi tergadaikan.
"Padahal data merupakan privasi sekaligus sumber daya paling penting di era ekonomi digital. Data ini rentan untuk disalahgunakan sehingga profit yang paling besar dinikmati oleh investor asing itu," ujar Ekonom Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (18/2/2019).
Dia juga menyebutkan masifnya produk asal China yang masuk melalui startup unicorn perlu diwaspadai. Hal ini seiring akuisisi saham unicorn lokal oleh investor asal China, semisal Alibaba dan Tencent.
"Data idEA mengungkapkan 93% produk yang dijual melalui e-commerce adalah produk impor. Artinya keuntungan e-commerce yang harusnya bisa mendorong UMKM berkembang justru keluar ke negara asal penyuntik dana itu," cetusnya.
Pengembangan unicorn dalam memajukan ekonomi nasional pun menjadi salah satu materi dalam Debat Calon Presiden edisi kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2) malam. Dalam hal ini, Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebutkan perkembangan unicorn juga perlu diwaspadai untuk menghindari larinya keuntungan dari Indonesia ke luar negeri.
Menanggapi hal ini, Ekonom Indef Bhima Yudisthira mengatakan, startup unicorn memang mengandalkan modal asing yang jumlahnya cukup dominan untuk menjalankan bisnisnya. Ketika masuk modal asing, kata dia, maka kedaulatan data, dan produk yang ada di startup berisiko menjadi tergadaikan.
"Padahal data merupakan privasi sekaligus sumber daya paling penting di era ekonomi digital. Data ini rentan untuk disalahgunakan sehingga profit yang paling besar dinikmati oleh investor asing itu," ujar Ekonom Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (18/2/2019).
Dia juga menyebutkan masifnya produk asal China yang masuk melalui startup unicorn perlu diwaspadai. Hal ini seiring akuisisi saham unicorn lokal oleh investor asal China, semisal Alibaba dan Tencent.
"Data idEA mengungkapkan 93% produk yang dijual melalui e-commerce adalah produk impor. Artinya keuntungan e-commerce yang harusnya bisa mendorong UMKM berkembang justru keluar ke negara asal penyuntik dana itu," cetusnya.
(fjo)