Mulai Gatal Bepergian, Konsumsi BBM Meningkat Saat Libur Panjang
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region III, mencatatkan kenaikan konsumsi BBM hingga pertengahan Agustus 2020. Berdasarkan realisasi, konsumsi BBM pada masa transisi tatanan baru tahap II di wilayah MOR III, yakni Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat ini telah mencapai 91% dari konsumsi pada masa normal, yakni periode Januari – Februari 2020 sebelum pandemi Covid-19.
(Baca Juga: Penjualan BBM Mulai Ngebul, Permintaan Bahan Bakar Naik 17% Sejak Juli )
Sementara itu, pada momen libur panjang dan cuti bersama Tahun Baru Islam 1442 H, Pertamina memastikan kesiapan BBM dan LPG cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Unit Manager Communication Relations & CSR MOR III Eko Kristiawan mengungkapkan, untuk wilayah MOR III, BBM jenis Gasoline (Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo), konsumsi masyarakat hingga pertengahan Agustus 2020 konsumsi rata-rata harian telah mencapai 23.808 Kilo Liter (Kl) per hari.
Ini mencerminkan konsumsi BBM masyarakat mulai mendekati kondisi normal, yakni sekitar 91% dari normal 26 ribu Kl per hari. Kondisi normal adalah konsumsi rata-rata harian pada periode Januari-Februari 2020 yakni kondisi sebelum pandemi Covid-19 diumumkan di Indonesia dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengharuskan masyarakat beraktivitas dari rumah.
(Baca Juga: Baru Satu Bulan PSBB, Sri Mulyani: Orang-orang Sudah 'Gatal' Keluar Rumah )
Sedangkan, konsumsi BBM jenis Gasoil (Biosolar, Dexlite dan Pertamina Dex) telah mencapai 8.281 KL per hari, atau telah mencapai 85% dari konsumsi harian rata-rata pada kondisi normal periode Januari-Februari sekitar 9.811 Kl.
“Sejak Pemerintah memberlakukan masa transisi tatanan baru tahap I pada Juni 2020, terutama untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, konsumsi BBM baik gasoline maupun gasoil berangsur meningkat,” ujar Eko di Jakarta, Jumat (21/8/2020).
Di antara wilayah MOR III, konsumsi BBM sudah mulai menggeliat di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), dimana konsumsi rata-rata hariannya terhadap BBM jenis Gasoline pada bulan Agustus sudah mencapai 109% dari konsumsi normal. Yakni, konsumsi normal sekitar 1.700 KL, sementara pada Agustus sudah mencapai 1.900 KL. Sementara untuk BBM jenis Gasoil, kenaikan konsumsi di Ciayumajakuning sudah mencapai 93% dari konsumsi kondisi normal.
(Baca Juga: Pengamat Puji Ketahanan Energi Indonesia di Tengah Pandemi )
Serupa, geliat masyarakat di wilayah Sukabumi dan Cianjur juga tinggi. Hal ini tercermin dari konsumsi BBM jenis Gasoline yakni Premium dan Pertamax Series mencapai 1.200 KL atau sekitar 106% dari kondisi normal. Sedangkan Gasoil hampir mencapai 300 KL, atau 90% dari kondisi normal.
Sementara itu di wilayah Ibu Kota dan Bogor Depok (Jabode), konsumsi BBM jenis Gasoline telah mencapai lebih dari 7 ribu KL, atau sebesar 81% dari konsumsi normal. Sedangkan Gasoil, mencapai 79% dari konsumsi sebelum Pandemi, atau masih berkisar 2.000 KL per hari.
“Dalam kondisi pandemi saat ini, kami mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan. Salah satunya, dengan menggunakan bahan bakar berkualitas yang memiliki kandungan oktan tinggi, sehingga memiliki kandungan zat buang lebih sedikit dan lebih bersih untuk lingkungan,” jelas Eko.
(Baca Juga: Penjualan BBM Mulai Ngebul, Permintaan Bahan Bakar Naik 17% Sejak Juli )
Sementara itu, pada momen libur panjang dan cuti bersama Tahun Baru Islam 1442 H, Pertamina memastikan kesiapan BBM dan LPG cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Unit Manager Communication Relations & CSR MOR III Eko Kristiawan mengungkapkan, untuk wilayah MOR III, BBM jenis Gasoline (Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo), konsumsi masyarakat hingga pertengahan Agustus 2020 konsumsi rata-rata harian telah mencapai 23.808 Kilo Liter (Kl) per hari.
Ini mencerminkan konsumsi BBM masyarakat mulai mendekati kondisi normal, yakni sekitar 91% dari normal 26 ribu Kl per hari. Kondisi normal adalah konsumsi rata-rata harian pada periode Januari-Februari 2020 yakni kondisi sebelum pandemi Covid-19 diumumkan di Indonesia dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang mengharuskan masyarakat beraktivitas dari rumah.
(Baca Juga: Baru Satu Bulan PSBB, Sri Mulyani: Orang-orang Sudah 'Gatal' Keluar Rumah )
Sedangkan, konsumsi BBM jenis Gasoil (Biosolar, Dexlite dan Pertamina Dex) telah mencapai 8.281 KL per hari, atau telah mencapai 85% dari konsumsi harian rata-rata pada kondisi normal periode Januari-Februari sekitar 9.811 Kl.
“Sejak Pemerintah memberlakukan masa transisi tatanan baru tahap I pada Juni 2020, terutama untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, konsumsi BBM baik gasoline maupun gasoil berangsur meningkat,” ujar Eko di Jakarta, Jumat (21/8/2020).
Di antara wilayah MOR III, konsumsi BBM sudah mulai menggeliat di wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan), dimana konsumsi rata-rata hariannya terhadap BBM jenis Gasoline pada bulan Agustus sudah mencapai 109% dari konsumsi normal. Yakni, konsumsi normal sekitar 1.700 KL, sementara pada Agustus sudah mencapai 1.900 KL. Sementara untuk BBM jenis Gasoil, kenaikan konsumsi di Ciayumajakuning sudah mencapai 93% dari konsumsi kondisi normal.
(Baca Juga: Pengamat Puji Ketahanan Energi Indonesia di Tengah Pandemi )
Serupa, geliat masyarakat di wilayah Sukabumi dan Cianjur juga tinggi. Hal ini tercermin dari konsumsi BBM jenis Gasoline yakni Premium dan Pertamax Series mencapai 1.200 KL atau sekitar 106% dari kondisi normal. Sedangkan Gasoil hampir mencapai 300 KL, atau 90% dari kondisi normal.
Sementara itu di wilayah Ibu Kota dan Bogor Depok (Jabode), konsumsi BBM jenis Gasoline telah mencapai lebih dari 7 ribu KL, atau sebesar 81% dari konsumsi normal. Sedangkan Gasoil, mencapai 79% dari konsumsi sebelum Pandemi, atau masih berkisar 2.000 KL per hari.
“Dalam kondisi pandemi saat ini, kami mengajak masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan. Salah satunya, dengan menggunakan bahan bakar berkualitas yang memiliki kandungan oktan tinggi, sehingga memiliki kandungan zat buang lebih sedikit dan lebih bersih untuk lingkungan,” jelas Eko.
(akr)