AS Akhiri Keringanan Sanksi Iran, Harga Minyak Memuncak

Selasa, 23 April 2019 - 10:23 WIB
AS Akhiri Keringanan Sanksi Iran, Harga Minyak Memuncak
AS Akhiri Keringanan Sanksi Iran, Harga Minyak Memuncak
A A A
SINGAPURA - Harga minyak bertengger mendekati level tertinggi sepanjang tahun 2019 di awal perdagangan hari ini setelah Washington menegaskan akan mengakhiri semua keringanan sanksi Iran pada bulan Mei dan menekan importir untuk tidak membeli minyak dari Teheran.

Minyak mentah berjangka Brent berada di USD74,33 per barel, naik 0,4% dari penutupan terakhir mereka dan tidak jauh dari level tertinggi 2019 di USD74,52 per barel, Senin (22/4) lalu.

Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di angka USD65,79 per barel, naik 0,4% dari penyelesaian sebelumnya, dan juga hanya bertaut sedikit di bawah level puncak USD65,92 sebelumnya.

Amerika Serikat awal pekan ini menuntut agar pembeli minyak Iran menghentikan pembelian pada 1 Mei atau mendapatkan sanksi, mengakhiri enam bulan keringanan yang memungkinkan delapan pembeli terbesar Iran, kebanyakan dari Asia, untuk terus membeli dalam volume terbatas.

Sebelum penerapan kembali sanksi tahun lalu, Iran adalah produsen terbesar keempat di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan hampir 3 juta barel per hari (bph), meski pada April eskpornya menyusut jauh di bawah 1 juta bph.

Bank Barclay mengatakan dalam sebuah catatan setelah pengumuman bahwa keputusan itu mengejutkan banyak pelaku pasar dan bahwa langkah itu akan mengarah pada pengetatan pasar minyak yang signifikan.

"Target Washington untuk memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol menimbulkan risiko kenaikan terhadap proyeksi harga rata-rata kami di USD70 untuk Brent tahun ini, dibandingkan dengan harga rata-rata year to date sebesar USD65 per barel," ungkap bank asal Inggris tersebut seperti dikutip Reuters, Selasa (23/4/2019).

Bank ANZ mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Selasa bahwa keputusan tersebut kemungkinan akan memperburuk pengetatan pasokan yang sedang berlangsung dengan sanksi Venezuela, pengurangan pasokan OPEC, dan makin intensifnya konflik di Libya.

Langkah untuk memperketat sanksi Iran datang di tengah sanksi lain yang telah ditempatkan Washington pada ekspor minyak Venezuela dan juga pemangkasan produksi oleh OPEC sejak awal tahun dipastikan makin memperketat pasar minyak global dan mendongkrak harga minyak mentah.

Ellen Wald, non-residen senior di Pusat Energi Global Dewan Atlantik, mengatakan Amerika Serikat tampaknya mengharapkan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk menggantikan minyak Iran. Namun, kata dia, hal itu belum tentu sesuai dengan cara Arab Saudi melihat persoalan tersebut.

Arab Saudi adalah pengekspor minyak mentah terbesar di dunia dan pemimpin de-facto OPEC. Kelompok ini dijadwalkan bertemu pada bulan Juni untuk membahas kebijakan keluarannya.

Terlepas dari itu, Dewan Atlantik mengatakan langkah AS akan menyengsarakan warga Iran. "Kita akan melihat mata uang mereka melemah lebih dalam, lebih banyak pengangguran, lebih banyak inflasi," kata Barbara Slavin, direktur untuk Prakarsa Masa Depan Iran di Dewan Atlantik. Dia menambahkan, sanksi AS itu tidak akan membawa Iran kembali ke meja perundingan nuklir dengan Amerika.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5738 seconds (0.1#10.140)