Negosiasi AS-China untuk Hentikan Perang Dagang Capai Titik Akhir

Senin, 29 April 2019 - 18:43 WIB
Negosiasi AS-China untuk Hentikan Perang Dagang Capai Titik Akhir
Negosiasi AS-China untuk Hentikan Perang Dagang Capai Titik Akhir
A A A
BEIJING - Negosiator Amerika Serikat (AS) menuju ke China pada, Selasa (30/4) besok untuk mencoba mengakhiri perang dagang antara kedua negara. Termasuk di dalamnya membahas bentuk mekanisme penegakan hukum, untuk mencapai tahap akhir negosiasi keduanya dengan kemungkinan keberhasilan atau kegagalan yang bakal dicapai untuk berdampak dalam beberapa tahun ke depan.

Seperti dilansir Reuters, Senin (29/4/2019) salah satu anggota Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin bakal terbang ke Beijing untuk memulai pembicaraan yang dimulai pada 30 April, mendatang. Diikuti oleh kunjungan Wakil Perdana Menteri (PM) China Liu He ke Washington untuk diskusi lebih lanjut mulai 8 Mei.

Kedua belah pihak mengklaim telah mencapai kemajuan dalam beberapa isu-isu, termasuk di antaranya kekayaan intelektual dan transfer teknologi untuk membantu mengakhiri konflik yang ditandai dengan penerapan tarif tinggi yang membuat kedua ekonomi terbesar dunia tersebut kehilangan hingga miliaran dolar, mengganggu rantai pasokan dan mengguncang pasar keuangan.

Masalah-masalah tersebut menurut Gedung Putih masih menjadi pembahasan, tetapi para pejabat AS mengatakan secara pribadi bahwa mekanisme mencapai kesepakatan dan jadwal untuk kenaikan tarif (bea impor) merupakan poin yang sulit. Menyetujui cara untuk menegakkan kesepakatan adalah satu hal. Memastikannya bertahan di bawah ikatan yang tegang oleh ketidakpercayaan yang semakin besar dan ketegangan geopolitik akan menjadi hal lain, kata pengamat.

"Mekanisme penegakan hukum yang efektif akan menentukan kesepakatan. Kesepakatan itu tidak perlu mengubah ekonomi China. Tapi itu perlu memberikan metodologi baru untuk menghadapi perbedaan-perbedaan kita," ujar Tim Stratford, ketua Kamar Dagang Amerika di China (AmCham), yang mengatakannya kepada Reuters.

Stratford sendiri merupakan seorang pengacara dan mantan asisten Perwakilan Dagang AS yang telah bekerja di China selama lebih dari tiga dekade. Lebih lanjut, Ia meramalkan masih ada peluang dan banyak hal di masa depan hubungan perdagangan AS dan China bergantu pada pertemuan titik akhir antara dua ekonomi terbesar dunia sebagai upaya menghapus perang dagang.

Awal bulan ini, Mnuchin mengatakan kedua belah pihak telah sepakat untuk mendirikan "kantor-kantor penegakan hukum" baru sebagai pengawas kesepakatan, meskipun Ia tidak menjelaskan secara spesifik. Pada hari Minggu kemarin, Mnuchin juga mengungkapkan kepada New York Times, perundingan sedang memasuki titik kritis: "Kami masuk ke putaran terakhir," paparnya.

Persimpangan

Presiden AS Donald Trump mengutarakan pada awal April lalu, bahwa kedua pihak dapat membuat kesepakatan dalam waktu sekitar empat minggu. Dan kemarin, Ia mengaku akan segera menjadi tuan rumah bagi Presiden China Xi Jinping di Gedung Putih, sebuah pertemuan yang dianggap perlu untuk memperkuat kesepakatan. Meskipun tanggal terakhir untuk sebuah kesepakatan masih belum jelas.

Pembicaraan telah membawa China dan Amerika Serikat ke persimpangan jalan dalam hubungan mereka yang penuh dengan lika liku. China telah lama mendefinisikan perdagangan sebagai pemberat dalam hubungan. Beberapa memperingatkan bahwa keduanya sedang menuju tipe baru "Perang Dingin", saat Beijing menegaskan kekuatan militernya yang semakin besar di Asia dan Washington meningkatkan pengawasan perusahaan teknologi China.

Tapi bertahun-tahun hanya reformasi ekonomi sedikit demi sedikit di China dan kebijakan industri yang terus-menerus dikeluhkan perusahaan AS telah mengikis daya saing yang melemahkan dukungan sektor bisnis utama AS untuk China. AmCham mengatakan bulan ini bahwa bisnis AS tidak lagi dapat diandalkan sebagai "jangkar positif" dalam hubungan bilateral.

Para pejabat AS selama bertahun-tahun telah mencemaskan terkait taktik terhadap China dalam dialog ekonomi tahunan, dan bersikukuh bahwa kesepakatan perdagangan harus memiliki tekanan. Lighthizer telah menyarankan bahwa beberapa bentuk tarif Trump yang diberlakukan tahun lalu pada barang-barang China sebagai leverage dalam perselisihan.

Setiap mekanisme semacam itu akan rapuh, kata pakar perdagangan. Untuk itu berarti ketidakpastian berlanjut terhadap bisnis dan pasar yang sudah lelah berperang. . Jika Washington menetapkan kembali tarif tinggi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, itu dapat menyebabkan pembalasan dan runtuhnya kesepakatan. Dalam kasus seperti ini, kedua belah pihak akan kembali ke titik awal, kali ini tanpa negosiasi sebagai cara yang layak untuk mengurai sengketa.

Karena itu, seorang konsultan perdagangan Amerika mengatakan, "Dibutuhkan imajinasi dan optimisme yang besar untuk berpikir bahwa kita dapat menghasilkan mekanisme penegakan hukum yang efektif di luar jangka pendek."
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4262 seconds (0.1#10.140)