Perhimpunan Filantropi Indonesia Luncurkan Indonesia Philanthropy Outlook 2024
loading...
A
A
A
Outlook 2024 juga dilengkapi dengan perspektif masyarakat terhadap lembaga filantropi. ”Di mana data menunjukkan bahwa lebih dari 70% responden publik melihat lembaga filantropi sudah bekerja dengan baik dalam membantu pelaksanaan program pemerintah,” tuturnya.
Rizal menambahkan, rekomendasi dalam outlook 2024 mencakup lima elemen penting dalam penguatan ekosistem filantropi di Indonesia. Meliputi memperkuat jaringan dan kolaborasi multi-pihak untuk pencapaian SDGs dan agenda perubahan iklim, pengembangan kapasitas lembaga (termasuk kapasitas pengumpulan dana), perbaikan terhadap peraturan yang terkait filantropi, memastikan semakin lengkapnya data terkait lembaga filantropi, dan memperkuat pencatatan hasil dan dampak program.
PFI melihat pentingnya bersama-sama membangun transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas lembaga filantropi dalam menjalankan aktivitasnya. “Kami berharap Indonesia Philanthropy Outlook 2024 ini dapat bermanfaat serta menjadi panduan berharga bagi semua pemangku kepentingan filantropi,” tandasnya.
Salah satu narasumber PLF ke-63, Direktur Yayasan Tahija dan Anggota Badan Pengawas PFI Trihadi Saptohadi mengatakan, budaya memberi (culture giving) kita membawa Indonesia menjadi negara paling dermawan berdasarkan World Giving Index 2022. Sebuah pencapaian yang baik namun di satu sisi budaya ini harus didukung oleh tata kelola, akuntabilitas, dan transparansi yang kuat agar dapat memberikan sebuah dampak yang terukur.
“Gotong royong multi-sektor, seperti elemen masyarakat, sektor swasta dan filantropi sangat penting guna membangun kemitraan dan tata kelola bagi pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain melalui komunikasi dan informasi, koordinasi kebijakan dan program, kolaborasi dan integrasi program serta blended financing dan program management untuk memastikan program keberlanjutan serta scale up impact,” ujarnya.
Rizal menambahkan, rekomendasi dalam outlook 2024 mencakup lima elemen penting dalam penguatan ekosistem filantropi di Indonesia. Meliputi memperkuat jaringan dan kolaborasi multi-pihak untuk pencapaian SDGs dan agenda perubahan iklim, pengembangan kapasitas lembaga (termasuk kapasitas pengumpulan dana), perbaikan terhadap peraturan yang terkait filantropi, memastikan semakin lengkapnya data terkait lembaga filantropi, dan memperkuat pencatatan hasil dan dampak program.
PFI melihat pentingnya bersama-sama membangun transparansi, akuntabilitas, dan kredibilitas lembaga filantropi dalam menjalankan aktivitasnya. “Kami berharap Indonesia Philanthropy Outlook 2024 ini dapat bermanfaat serta menjadi panduan berharga bagi semua pemangku kepentingan filantropi,” tandasnya.
Salah satu narasumber PLF ke-63, Direktur Yayasan Tahija dan Anggota Badan Pengawas PFI Trihadi Saptohadi mengatakan, budaya memberi (culture giving) kita membawa Indonesia menjadi negara paling dermawan berdasarkan World Giving Index 2022. Sebuah pencapaian yang baik namun di satu sisi budaya ini harus didukung oleh tata kelola, akuntabilitas, dan transparansi yang kuat agar dapat memberikan sebuah dampak yang terukur.
“Gotong royong multi-sektor, seperti elemen masyarakat, sektor swasta dan filantropi sangat penting guna membangun kemitraan dan tata kelola bagi pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain melalui komunikasi dan informasi, koordinasi kebijakan dan program, kolaborasi dan integrasi program serta blended financing dan program management untuk memastikan program keberlanjutan serta scale up impact,” ujarnya.
(poe)