Masih Sabar, China Ajak UE Bicarakan Lagi Tarif Kendaraan Listrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - China kembali mendesak Uni Eropa (UE) menunjukkan ketulusan dan memajukan konsultasi mengenai tarif kendaraan listrik (electric vehicle/EV) untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Seperti diketahui, mulai hari ini UE resmi memberlakukan tarif impor tinggi untuk kendaraan listrik asal China.
Pengenaan tarif impor sementara itu mendongkrak bea impor kendaraan listrik China ke kisaran 17,4% hingga 37,6% dari 10% saat ini. Kebijakan ini bakal membuat harga kendaraan listrik China menjadi lebih mahal bagi konsumen di seluruh daratan Eropa yang merupakan pasar luar negeri terbesar untuk idustri EV china.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China (MOFCOM) He Yadong menyampaikan pernyataan tersebut pada konferensi pers rutin pada Kamis (4/7). Pernyataan tersebut muncul ketika Komisi Eropa (EC), yang merupakan badan eksekutif UE, mengonfirmasi tarif impor sementara terhadap produsen kendaraan listrik utama China meskipun ada penolakan keras dari pejabat pemerintah dan pemain industri besar di blok tersebut.
"Berbagai putaran konsultasi diadakan di tingkat teknis antara China dan UE. Masih ada waktu empat bulan sebelum arbitrase. Kami berharap UE dapat bekerja sama dengan China dalam arah yang sama, menunjukkan ketulusan, memajukan konsultasi, dan mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak berdasarkan fakta dan aturan sesegera mungkin," kata Yadong seperti dilansir Global Times.
China telah berulang kali menyatakan penolakan keras terhadap penyelidikan anti-subsidi UE terhadap kendaraan listrik negara tersebut. "China percaya bahwa perselisihan ekonomi dan perdagangan harus ditangani dengan baik melalui dialog dan konsultasi," kata juru bicara tersebut.
Komisi Eropa memutuskan pada hari Kamis bahwa bea masuk individu yang diterapkan pada tiga sampel produsen China adalah 17,4% untuk BYD; 19,9% untuk Geely, dan 37,6% untuk SAIC. Produsen kendaraan listrik lainnya di China, yang bekerja sama dalam penyelidikan namun tidak dijadikan sampel, akan dikenakan bea rata-rata tertimbang sebesar 20,8%. Bea masuk bagi perusahaan lain yang tidak bekerja sama ditetapkan sebesar 37,6%.
Bea masuk sementara ini akan berlaku mulai 5 Juli untuk jangka waktu maksimum empat bulan. Dalam jangka waktu tersebut, keputusan akhir mengenai tarif definitif akan diambil melalui pemungutan suara oleh negara-negara anggota UE. Ketika diadopsi, keputusan ini akan menjadikan tarif tersebut bersifat definitif untuk jangka waktu lima tahun.
"Langkah UE, meskipun memasuki tahap negosiasi, sudah diperkirakan. Dengan tidak adanya perubahan signifikan dalam sikap UE dalam waktu singkat, hasil positif tampaknya tidak mungkin terjadi," kata Cui Hongjian, seorang profesor di Akademi Regional dan Global Universitas Kajian Asing Beijing Tata Kelola, kepada Global Times.
"Setelah memberlakukan tarif sementara dan melanjutkan penerapannya, kedua belah pihak akan memasuki putaran perundingan berikutnya," tambah Cui. Para ahli memperingatkan bahwa jika UE menerapkan tarif permanen, maka hal ini akan memicu perang dagang dengan China. "UE sekarang harus membenarkan tindakannya secara internal dan eksternal," kata Cui. "Apakah jalur ini mengarah pada potensi perang dagang tergantung pada negosiasi mulai sekarang hingga November."
Sementara, Wang Yiwei, seorang profesor di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Renmin mengatakan bahwa keputusan UE ini mencerminkan proteksionisme dan perjuangannya untuk mempertahankan daya saing di bidang ini.
Sementara itu, pejabat tinggi perdagangan UE Valdis Dombrovskis menepis kekhawatiran akan langkah pembalasan dan perang dagang dari Beijing terhadap bisnis Eropa. Dia mengatakan bahwa pembicaraan dengan China masih berlangsung. "Kami tidak melihat dasar untuk (China) melakukan pembalasan, karena apa yang kami lakukan memang sejalan dengan aturan WTO," kata Wakil Presiden Komisi Eropa Dombrovskis seperti dilansir The Guardian.
Di bagian lain, industri otomotif Eropa justru menentang pemberlakuan tarif sementara tersebut. Produsen mobil terbesar di Eropa, Volkswagen, menyampaikan kritiknya terhadap usulan tarif komisi terhadap kendaraan listrik buatan China, dengan alasan bahwa tarif tersebut tidak akan memperkuat industri mobil Eropa dalam jangka panjang.
Volkswagen, yang bergulat dengan penurunan pangsa pasar di China, sebelumnya telah memperingatkan akan adanya pembalasan dari Beijing. "Waktu pengambilan keputusan Komisi UE merugikan lemahnya permintaan saat ini di Jerman dan Eropa," kata perusahaan tersebut. Sementara, Stellantis, pemilik merek otomotif termasuk Citroen, Fiat dan Vauxhall, mengatakan pihaknya tidak akan mengambil sikap defensif dalam persaingan penjualan mobil listrik dan lebih memilih untuk berjuang untuk tetap kompetitif.
Global Times mengutip CEO BMW Oliver Zipse yang mengatakan bahwa pemberlakuan tarif tambahan akan mengarah pada jalan buntu dan tidak akan memperkuat produsen mobil Eropa. China juga menyuarakan pernyataan publik Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) yang menyatakan keprihatinannya dan menilai tarif ini merugikan konsumen dan perusahaan Eropa serta tidak mewakili kepentingan UE.
"Kami dengan tegas menyambut baik dialog bersama yang telah dilakukan antara Brussel dan Beijing. Sangat penting bahwa dialog ini juga dilakukan dengan serius. Para pengambil keputusan di pihak Eropa dan China memenuhi tanggung jawab mereka dan menciptakan kondisi persaingan yang adil untuk kedua belah pihak. seluruh pelaku ekonomi yang mendukung tujuan transformasi," kata VDA.
Pengenaan tarif impor sementara itu mendongkrak bea impor kendaraan listrik China ke kisaran 17,4% hingga 37,6% dari 10% saat ini. Kebijakan ini bakal membuat harga kendaraan listrik China menjadi lebih mahal bagi konsumen di seluruh daratan Eropa yang merupakan pasar luar negeri terbesar untuk idustri EV china.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China (MOFCOM) He Yadong menyampaikan pernyataan tersebut pada konferensi pers rutin pada Kamis (4/7). Pernyataan tersebut muncul ketika Komisi Eropa (EC), yang merupakan badan eksekutif UE, mengonfirmasi tarif impor sementara terhadap produsen kendaraan listrik utama China meskipun ada penolakan keras dari pejabat pemerintah dan pemain industri besar di blok tersebut.
"Berbagai putaran konsultasi diadakan di tingkat teknis antara China dan UE. Masih ada waktu empat bulan sebelum arbitrase. Kami berharap UE dapat bekerja sama dengan China dalam arah yang sama, menunjukkan ketulusan, memajukan konsultasi, dan mencapai solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak berdasarkan fakta dan aturan sesegera mungkin," kata Yadong seperti dilansir Global Times.
China telah berulang kali menyatakan penolakan keras terhadap penyelidikan anti-subsidi UE terhadap kendaraan listrik negara tersebut. "China percaya bahwa perselisihan ekonomi dan perdagangan harus ditangani dengan baik melalui dialog dan konsultasi," kata juru bicara tersebut.
Komisi Eropa memutuskan pada hari Kamis bahwa bea masuk individu yang diterapkan pada tiga sampel produsen China adalah 17,4% untuk BYD; 19,9% untuk Geely, dan 37,6% untuk SAIC. Produsen kendaraan listrik lainnya di China, yang bekerja sama dalam penyelidikan namun tidak dijadikan sampel, akan dikenakan bea rata-rata tertimbang sebesar 20,8%. Bea masuk bagi perusahaan lain yang tidak bekerja sama ditetapkan sebesar 37,6%.
Bea masuk sementara ini akan berlaku mulai 5 Juli untuk jangka waktu maksimum empat bulan. Dalam jangka waktu tersebut, keputusan akhir mengenai tarif definitif akan diambil melalui pemungutan suara oleh negara-negara anggota UE. Ketika diadopsi, keputusan ini akan menjadikan tarif tersebut bersifat definitif untuk jangka waktu lima tahun.
"Langkah UE, meskipun memasuki tahap negosiasi, sudah diperkirakan. Dengan tidak adanya perubahan signifikan dalam sikap UE dalam waktu singkat, hasil positif tampaknya tidak mungkin terjadi," kata Cui Hongjian, seorang profesor di Akademi Regional dan Global Universitas Kajian Asing Beijing Tata Kelola, kepada Global Times.
"Setelah memberlakukan tarif sementara dan melanjutkan penerapannya, kedua belah pihak akan memasuki putaran perundingan berikutnya," tambah Cui. Para ahli memperingatkan bahwa jika UE menerapkan tarif permanen, maka hal ini akan memicu perang dagang dengan China. "UE sekarang harus membenarkan tindakannya secara internal dan eksternal," kata Cui. "Apakah jalur ini mengarah pada potensi perang dagang tergantung pada negosiasi mulai sekarang hingga November."
Sementara, Wang Yiwei, seorang profesor di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Renmin mengatakan bahwa keputusan UE ini mencerminkan proteksionisme dan perjuangannya untuk mempertahankan daya saing di bidang ini.
Sementara itu, pejabat tinggi perdagangan UE Valdis Dombrovskis menepis kekhawatiran akan langkah pembalasan dan perang dagang dari Beijing terhadap bisnis Eropa. Dia mengatakan bahwa pembicaraan dengan China masih berlangsung. "Kami tidak melihat dasar untuk (China) melakukan pembalasan, karena apa yang kami lakukan memang sejalan dengan aturan WTO," kata Wakil Presiden Komisi Eropa Dombrovskis seperti dilansir The Guardian.
Di bagian lain, industri otomotif Eropa justru menentang pemberlakuan tarif sementara tersebut. Produsen mobil terbesar di Eropa, Volkswagen, menyampaikan kritiknya terhadap usulan tarif komisi terhadap kendaraan listrik buatan China, dengan alasan bahwa tarif tersebut tidak akan memperkuat industri mobil Eropa dalam jangka panjang.
Volkswagen, yang bergulat dengan penurunan pangsa pasar di China, sebelumnya telah memperingatkan akan adanya pembalasan dari Beijing. "Waktu pengambilan keputusan Komisi UE merugikan lemahnya permintaan saat ini di Jerman dan Eropa," kata perusahaan tersebut. Sementara, Stellantis, pemilik merek otomotif termasuk Citroen, Fiat dan Vauxhall, mengatakan pihaknya tidak akan mengambil sikap defensif dalam persaingan penjualan mobil listrik dan lebih memilih untuk berjuang untuk tetap kompetitif.
Global Times mengutip CEO BMW Oliver Zipse yang mengatakan bahwa pemberlakuan tarif tambahan akan mengarah pada jalan buntu dan tidak akan memperkuat produsen mobil Eropa. China juga menyuarakan pernyataan publik Asosiasi Industri Otomotif Jerman (VDA) yang menyatakan keprihatinannya dan menilai tarif ini merugikan konsumen dan perusahaan Eropa serta tidak mewakili kepentingan UE.
"Kami dengan tegas menyambut baik dialog bersama yang telah dilakukan antara Brussel dan Beijing. Sangat penting bahwa dialog ini juga dilakukan dengan serius. Para pengambil keputusan di pihak Eropa dan China memenuhi tanggung jawab mereka dan menciptakan kondisi persaingan yang adil untuk kedua belah pihak. seluruh pelaku ekonomi yang mendukung tujuan transformasi," kata VDA.
(fjo)