BI Beberkan Alasan Suku Bunga Acuan Terus Ditahan
Selasa, 18 Juni 2019 - 04:12 WIB

BI Beberkan Alasan Suku Bunga Acuan Terus Ditahan
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) membeberkan alasan pemerintah menahan suku bunga acuan tetap di level 6% yang sudah dilakukan sejak tujuh bulan lalu. Gubernur BI Perry Warjiyo mengutarakan, keputusan menahan suku bunga ini dikarenakan mencermati kondisi pasar keuangan global dan neraca pembayaran Indonesia. Hal ini untuk mempertimbangkan ruang kebijakan moneter yang akomodatif, sejalan dengan rendahnya inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.
"BI masih mencermati kondisi global dan mempertimbangkan inflasi yang rendah dan adanya ruang untuk mendorong menurunkan suku bunga. Cuma kita harus melihat kondisi keuangan global dan neraca pembayaran," ujar Perry di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6).
Menurutnya, pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastiaan seiring masih bergulirnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) versus China, Brexit alias keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE) yang sewaktu-waktu bisa membalikan arus modal asing masuk dan ini memberikan risiko bagi defisit transaksi berjalan. "Ini kenapa kami masih mencermati ketidakpastiaan global," jelasnya
Lebih lanjut Ia mengatakan, secara pola musiman defisit transaksi berjalan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Namun, BI meyakini ketidakasptian global bakal menguntungkan Indonesia dengan masuknya arus modal asing yang meningkat.
"Ini ketidakpastian global, arus modal asing akan terus masuk dan akan mendukung stabilitas eksternal ekonomi. Kami terus berkoordinasi dengan OJK dalam konteks pelonggaran," paparnya.
Pekan ini, para pelaku pasar menanti kebijakan bank sentral soal suku bunga dalam rapat The Federal Reserve dan Bank Indonesia. Selain pasar domestik, The Fed juga menjadi sorotan apakah masih akan mempertahankan Fed found rate yang diyakini bakal memangkasnya.
"BI masih mencermati kondisi global dan mempertimbangkan inflasi yang rendah dan adanya ruang untuk mendorong menurunkan suku bunga. Cuma kita harus melihat kondisi keuangan global dan neraca pembayaran," ujar Perry di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/6).
Menurutnya, pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastiaan seiring masih bergulirnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) versus China, Brexit alias keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE) yang sewaktu-waktu bisa membalikan arus modal asing masuk dan ini memberikan risiko bagi defisit transaksi berjalan. "Ini kenapa kami masih mencermati ketidakpastiaan global," jelasnya
Lebih lanjut Ia mengatakan, secara pola musiman defisit transaksi berjalan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Namun, BI meyakini ketidakasptian global bakal menguntungkan Indonesia dengan masuknya arus modal asing yang meningkat.
"Ini ketidakpastian global, arus modal asing akan terus masuk dan akan mendukung stabilitas eksternal ekonomi. Kami terus berkoordinasi dengan OJK dalam konteks pelonggaran," paparnya.
Pekan ini, para pelaku pasar menanti kebijakan bank sentral soal suku bunga dalam rapat The Federal Reserve dan Bank Indonesia. Selain pasar domestik, The Fed juga menjadi sorotan apakah masih akan mempertahankan Fed found rate yang diyakini bakal memangkasnya.
(akr)