Peran Aktif Tata Metal Lestari dalam Peningkatan Ekspor Non-Migas
loading...
A
A
A
Head of Government & Public Relations PT Tata Metal Lestari, Maharany Putri menjelaskan, IA-CEPA berdampak signifikan pada industri baja tanah air dan Australia dengan meningkatkan peluang perdagangan barang dan jasa, investasi dan kerjasama ekonomi (economic cooperation) kedua negara.
Menurutnya, dengan dibukanya akses bea masuk dari 15% menjadi 0% untuk Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) sebanyak 250.000 ton di tahun pertama dan meningkat 5% setiap tahunnya, maka daya saing harga akan produk akhir di kedua negara bahkan di negara ketiga akan tercipta.
Inovasi, knowledge transfer serta penelitian dan pengembangan dalam industri baja lapis hingga konstruksi baja ringan pun teraktivasi sebagai manifestasi dari elemen kerjasama ekonomi yang pasti berujung kepada investasi.
"Perjanjian ini terbukti mampu meningkatkan akses pasar dengan mengurangi hambatan dan biaya bagi pelaku usaha yang melakukan ekspor ke Australia. Di sisi lain perjanjian ini juga membuka potensi sumber daya bagi industri baja hilir Indonesia dengan menunjukkan efisiensi biaya dan keadilan harga yang lebih baik. Produk akhirnya juga bisa dikirim ke negara ketiga," terang Maharany saat mendampingi Suhanto di Kota Melbourne, Jumat 12 Juli.
Ia menambahkan, hingga saat ini PT Tata Metal Lestari telah mengekspor baja lapis sebagai bahan baku produk baja ringan struktural dan genteng metal untuk pembangunan rumah di Australia yang cukup pesat peningkatan permintaannya.
Maharany berharap, dengan adanya Rakornis Perwadag 2024 dan kunjungan ke mitra strategis PT Tata Metal Lestari ini, dapat menjadi bukti kehebatan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha Indonesia yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global. Dan tentu termasuk pemantauan dan evaluasi yang mampu mengukur efektivitas dari masa ke masa.
Menurutnya, dengan dibukanya akses bea masuk dari 15% menjadi 0% untuk Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) sebanyak 250.000 ton di tahun pertama dan meningkat 5% setiap tahunnya, maka daya saing harga akan produk akhir di kedua negara bahkan di negara ketiga akan tercipta.
Inovasi, knowledge transfer serta penelitian dan pengembangan dalam industri baja lapis hingga konstruksi baja ringan pun teraktivasi sebagai manifestasi dari elemen kerjasama ekonomi yang pasti berujung kepada investasi.
"Perjanjian ini terbukti mampu meningkatkan akses pasar dengan mengurangi hambatan dan biaya bagi pelaku usaha yang melakukan ekspor ke Australia. Di sisi lain perjanjian ini juga membuka potensi sumber daya bagi industri baja hilir Indonesia dengan menunjukkan efisiensi biaya dan keadilan harga yang lebih baik. Produk akhirnya juga bisa dikirim ke negara ketiga," terang Maharany saat mendampingi Suhanto di Kota Melbourne, Jumat 12 Juli.
Ia menambahkan, hingga saat ini PT Tata Metal Lestari telah mengekspor baja lapis sebagai bahan baku produk baja ringan struktural dan genteng metal untuk pembangunan rumah di Australia yang cukup pesat peningkatan permintaannya.
Maharany berharap, dengan adanya Rakornis Perwadag 2024 dan kunjungan ke mitra strategis PT Tata Metal Lestari ini, dapat menjadi bukti kehebatan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha Indonesia yang bertujuan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global. Dan tentu termasuk pemantauan dan evaluasi yang mampu mengukur efektivitas dari masa ke masa.
(akr)