Rebutan Transfer Minyak, China dan AS Diam-diam Perang Dingin di Irak
loading...
A
A
A
JAKARTA - China mendorong yuan untuk transfer perdagangan dengan Irak tapi justru anggota BRICS ini menerima tamparan balik. Irak telah memutuskan untuk menghentikan semua transaksi keuangan dalam yuan China yang diikuti oleh arahan dari Federal Reserve AS.
Adapun arahan tersebut menyoroti kekhawatiran mengenai potensi manipulasi beberapa transfer minyak dan gas yang menuduh adanya ketidakberesan dan masalah keuangan. Perkembangan ini membuat upaya anggota BRICS mendorong yuan dalam perdagangan di Irak tertunda. Bagi yang belum tahu, Federal Reserve AS membuat banyak keputusan atas nama Bank Sentral Irak.
Baca Juga: TV Kremlin Ungkap Rusia Targetkan 5 Kota NATO: Hanya 3 Rudal, Peradaban Runtuh!
Pendapatan minyak Irak disimpan di Federal Reserve AS. Dana tersebut kemudian ditransfer oleh FBI ke Bank Sentral Irak setelah melalui suatu proses. Oleh karena itu, The Fed memiliki pengaruh dan kekuatan pengambilan keputusan bersama dengan pemerintah Irak dan pejabat Bank Sentral Irak.
Sejak 2023, Bank Sentral Irak telah mengambil beberapa langkah untuk menstabilkan mata uang lokal dan ekonomi negara tersebut.
"Federal Reserve AS telah memberikan mandat kepada Irak untuk berhenti bertransaksi dengan yuan China, dengan tuduhan adanya ketidakberesan dan masalah-masalah tertentu dalam transaksi," ujar anggota Dewan Provinsi Baghdad, Moeen Al-Kadhimi, dalam sebuah pernyataan pers ketika mendiskusikan tentang anggota BRICS, China, dilansir dari Watcher Guru, Jumat (19/7/2024).
"Banyak keputusan-keputusan Bank Sentral Irak yang dipaksakan oleh Federal Reserve AS," tambahnya.
China telah mendorong yuan untuk transaksi minyak dengan negara-negara berkembang. Negara komunis ini telah mengulurkan tangannya melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Jalur Sutra Baru.
Negara-negara di Asia dan Afrika telah menerima pinjaman miliaran dolar untuk membangun infrastruktur dan pelabuhan dari China. Oleh karena itu, China merasa lebih mudah untuk mendorong yuan melakukan transaksi dan memperkuat mata uang bersama dengan ekonominya.
Adapun arahan tersebut menyoroti kekhawatiran mengenai potensi manipulasi beberapa transfer minyak dan gas yang menuduh adanya ketidakberesan dan masalah keuangan. Perkembangan ini membuat upaya anggota BRICS mendorong yuan dalam perdagangan di Irak tertunda. Bagi yang belum tahu, Federal Reserve AS membuat banyak keputusan atas nama Bank Sentral Irak.
Baca Juga: TV Kremlin Ungkap Rusia Targetkan 5 Kota NATO: Hanya 3 Rudal, Peradaban Runtuh!
Pendapatan minyak Irak disimpan di Federal Reserve AS. Dana tersebut kemudian ditransfer oleh FBI ke Bank Sentral Irak setelah melalui suatu proses. Oleh karena itu, The Fed memiliki pengaruh dan kekuatan pengambilan keputusan bersama dengan pemerintah Irak dan pejabat Bank Sentral Irak.
Sejak 2023, Bank Sentral Irak telah mengambil beberapa langkah untuk menstabilkan mata uang lokal dan ekonomi negara tersebut.
"Federal Reserve AS telah memberikan mandat kepada Irak untuk berhenti bertransaksi dengan yuan China, dengan tuduhan adanya ketidakberesan dan masalah-masalah tertentu dalam transaksi," ujar anggota Dewan Provinsi Baghdad, Moeen Al-Kadhimi, dalam sebuah pernyataan pers ketika mendiskusikan tentang anggota BRICS, China, dilansir dari Watcher Guru, Jumat (19/7/2024).
"Banyak keputusan-keputusan Bank Sentral Irak yang dipaksakan oleh Federal Reserve AS," tambahnya.
China telah mendorong yuan untuk transaksi minyak dengan negara-negara berkembang. Negara komunis ini telah mengulurkan tangannya melalui Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Jalur Sutra Baru.
Negara-negara di Asia dan Afrika telah menerima pinjaman miliaran dolar untuk membangun infrastruktur dan pelabuhan dari China. Oleh karena itu, China merasa lebih mudah untuk mendorong yuan melakukan transaksi dan memperkuat mata uang bersama dengan ekonominya.
(nng)