Akhir Pekan, Rupiah Berotot Lawan Dolar ke level Rp16.200

Jum'at, 02 Agustus 2024 - 16:36 WIB
loading...
Akhir Pekan, Rupiah...
Dolar Loyo, Rupiah Menguat ke level Rp16.200. Foto/ Dok
A A A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 37 poin atau 0,23 persen ke level Rp16.200 setelah sebelumnya di Rp16.237 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.271 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar dipengaruhi oleh indeks manajer pembelian AS yang lemah dan data pasar tenaga kerja meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi terbesar di dunia, dan bahwa pemotongan suku bunga pada bulan September oleh Federal Reserve berpotensi terlambat bagi ekonomi untuk mencapai soft landing.

"Data yang lemah juga muncul setelah Federal Reserve menandai potensi penurunan suku bunga pada bulan September, yang membuat pasar hampir sepenuhnya memperkirakan 25 basis poin pada bulan tersebut," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (2/8/2024).



Fokus sekarang tertuju pada data penggajian nonpertanian yang akan datang, untuk isyarat lebih lanjut tentang ekonomi AS. Pasar tenaga kerja yang mendingin semakin mendorong prospek penurunan suku bunga oleh Fed.

Selain itu, pasar juga berhati-hati mencermati perkembangan di Timur Tengah, di mana pembunuhan para pemimpin senior kelompok militan yang berpihak pada Iran, Hamas dan Hizbullah, memicu kekhawatiran bahwa kawasan itu bisa berada di ambang perang habis-habisan, yang mengancam akan mengganggu pasokan.minyak mentah dan jalur transportasi di selat hormutz.

Sebelumnya, Bank Sentral Jepang menaikkan suku bunga sebesar 15 basis poin dan mengatakan berencana untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, yang menunjukkan akhir yang jelas bagi kebijakan stimulatif yang mendorong pasar Jepang selama setahun terakhir. Lonjakan yen karena permintaan safe haven dan BOJ yang hawkish - juga membebani saham Jepang, terutama yang memiliki eksposur terhadap ekspor.

Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kondisi deflasi atau menurunnya harga barang-barang yang terjadi dalam 3 bulan berturut-turut tidak dapat disimpulkan sebagai penurunan daya beli masyarakat pada pertengahan tahun ini.

Deflasi pada Juli 2024 terjadi karena penurunan harga komoditas pangan, mulai dari bawang merah hingga daging ayam ras, akibat pasokan yang cukup di pasar. Menurut hukum penawaran dan permintaan, ketika suplai melimpah dan permintaan tetap, harga akan turun.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1272 seconds (0.1#10.140)