Amerika Disebut Sudah Jatuh ke Dalam Resesi, Begini Penjelasannya

Selasa, 06 Agustus 2024 - 10:19 WIB
loading...
Amerika Disebut Sudah...
Amerika Serikat (AS) diperkirakan saat ini sudah jatuh ke dalam resesi, yang disebut oleh mantan penasihat Federal Reserve Bank of Dallas, Danielle DiMartino Booth yakni Plain vanilla resesi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) diperkirakan saat ini sudah jatuh ke dalam resesi , yang disebut oleh mantan penasihat Federal Reserve Bank of Dallas, Danielle DiMartino Booth yakni 'Plain vanilla resesi'. Pernyataan ini disampaikan saat pasar saham dunia merosot imbas kekhawatiran pelemahan ekonomi AS .



Resesi Plain vanilla adalah salah satu dari dua jenis resesi yang didorong oleh permintaan. Kondisi ini biasanya mengikuti periode pengetatan kebijakan yang bertujuan untuk menahan kelebihan permintaan atau masalah inflasi.

CEO dan kepala strategi untuk Quill Intelligence, DiMartino Booth mengatakan, resesi dimulai sekitar Oktober lalu. Dia menunjuk, pada pasar tenaga kerja yang melemah dan meningkatnya pengajuan kebangkrutan. Selain itu, dia mengatakan, penurunan harga perumahan dan peningkatan pasokan apartemen menunjukkan tren ini dapat berlanjut.



Ekonomi AS mengalami kemunduran tak terduga pada bulan Juli saat perekrutan turun tajam dan tingkat pengangguran naik untuk bulan keempat secara berturut-turut. Ditambah dengan kenaikan suku bunga yang bakal berdampak pada bisnis dan rumah tangga.

Dilaporkan Biro Statistik Tenaga Kerja bahwa tingkat pengangguran di AS melonjak menjadi 4,3%, naik dari 4,1% pada bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak dimulainya pandemi Covid pada tahun 2020.

Jumlah pengangguran di seluruh AS naik 352.000 menjadi 7,2 juta, naik signifikan dari 5,9 juta yang tercatat setahun sebelumnya, ketika tingkat pengangguran adalah 3,5%.

Laporan hari Jumat semakin menyulut kekhawatiran bahwa Federal Reserve menunggu terlalu lama untuk memangkas suku bunga. Kekhawatiran resesi AS mengguncang pasar global pada hari Senin.

The Fed sebelunya pada tengah pekan kemarin memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan AS di kisaran 5,25%-5,50%, di mana sudah lebih dari setahun tidak berubah. Ketua Fed, Jay Powell mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga pertama dari era pasca-pandemi bisa muncul pada bulan September 2024, mendatang.

DiMartino Booth mengatakan kepada CNBC, bahwa The Fed tidak sepenuhnya harus disalahkan atas tingkat inflasi yang tinggi. Ia mengklaim bahwa "kebijakan suku bunga adalah instrumen yang tumpul."

Mantan orang dalam Fed itu juga menunjuk pada kecerdasan buatan (AI) sebagai alat utama bagi pemberi kerja yang ingin memangkas biaya. Ia memperkirakan, "selama enam hingga 18 bulan ke depan, AI akan... akan menjadi senjata pemusnah massal" dalam hal PHK.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1603 seconds (0.1#10.140)