Awan Hitam Olimpiade, Menyisakan Lilitan Utang bagi Tuan Rumah

Senin, 12 Agustus 2024 - 02:25 WIB
loading...
A A A
Stadion "Sarang Burung" Beijing yang terkenal dengan investasi USD460 juta untuk pembangunan, membutuhkan USD10 juta per tahun untuk memeliharanya. Sebagian besar fasilitas tidak digunakan setelah Olimpiade 2008, sampai kota itu menggunakannya lagi saat menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.

Hampir semua fasilitas yang dibangun untuk Olimpiade Athena 2004, yang biayanya berkontribusi pada krisis utang Yunani, sekarang terbengkalai. Di Montreal, stadion Olimpiade yang dikenal sebagai Big O karena biayanya yang sangat besar pada tahun 2024, pemerintah Quebec mengatakan menghabiskan USD870 juta untuk mengganti atap stadion yang jarang digunakan untuk ketiga kalinya, membuat para kritikus mendorong dilakukan pembongkaran.

Membayar utang setelah menjadi tuan rumah dapat membebani anggaran publik selama beberapa dekade. Montreal membutuhkan waktu hingga 2006 untuk melunasi utang terakhirnya dari Olimpiade 1976. Sementara miliaran utang Olimpiade Yunani membantu berkontribusi membuat negara itu bangkrut.

Berapa Pendapatan dari Gelaran Olimpiade?


Ketika biaya menjadi tuan rumah terus meroket, pendapatan tidak sebanding dengan besarnya pengeluaran. Olimpiade Beijing 2008 menghasilkan pendapatan USD3,6 miliar, jauh dibandingkan dengan biaya lebih dari USD40 miliar.

Lalu Olimpiade Tokyo yang tertunda menghasilkan pendapatan USD5,8 miliar, masih belum sebanding dengan biaya yang dikeluarkan USD13 miliar. Terlebih lagi, sebagian besar pendapatan tidak masuk kepada tuan ruman —IOC menyimpan lebih dari setengah dari semua pendapatan televisi,- biasanya menjadi satu-satunya uang terbesar yang dihasilkan dari pertandingan.

Olimpiade dalam beberapa kasus membawa keuntungan dan kerugian bagi tuan rumah. Negara-negara dan kota-kota berharap dengan menjadi tuan rumah bisa memberikan dorongan terhadap ekonomi, merangsang pembangunan infrastruktur, menarik dana pariwisata, dan menciptakan lapangan kerja.

Namun dalam banyak kasus, Olimpiade gagal memberikan keuntungan ekonomi yang diharapkan, sehingga menyebabkan kota-kota tuan rumah terlilit hutang dan fasilitas-fasilitas yang tidak berfungsi.

Dalam sebuah studi tentang Olimpiade Salt Lake City 2002, misalnya, Matheson, bersama dengan ekonom Robert Baumann dan Bryan Engelhardt, menemukan tidak ada peningkatan lapangan kerja jangka panjang.

Seperti yang dijelaskan oleh Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan, pekerjaan yang diciptakan oleh pembangunan Olimpiade seringkali bersifat sementara. Kecuali wilayah tuan rumah memang memiliki angka pengangguran yang tinggi, pekerjaan sebagian besar diberikan kepada mereka yang sudah bekerja, menumpulkan dampaknya pada ekonomi secara lebih luas.

Berapa Biaya Olimpiade Paris 2024?

Lalu apakah Olimpiade Paris 2024 akan berbeda?. CEO panitia penyelenggara Olimpiade mengindikasikan bahwa Olimpiade Paris berada pada jalur yang tepat untuk mencapai sasaran biayanya. Diungkap dalam sebuah wawancara, tujuannya agar 95% infrastruktur memakai yang sudah ada atau bersifat sementara, sehingga biaya pembangunan dan pemeliharaan tetap rendah.

Paris menganggarkan sekitar USD8 miliar untuk Olimpiade 2024 ketika memenangkan tawaran pada 2017. Sejak saat itu, Paris terus meningkatkan anggarannya beberapa miliar dolar.

Biaya dibagi relatif merata antara operasional dan infrastruktur baru, menurut analisis S&P Global Ratings. Jika biaya akhir tetap pada angka tersebut, Paris akan menjadi tuan rumah Olimpiade termurah dalam beberapa dekade.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0788 seconds (0.1#10.140)