Pendiri Telegram Dicokok Prancis, Harga Toncoin Ambles 17%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penangkapan pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov di Prancis membuat harga Toncoin (TON), token The Open Network yang berafiliasi dengan Telegram, turun tajam 17%. Miliuner berusia 39 tahun itu ditangkap oleh Kantor Antipenipuan Nasional Prancis, dengan berbagai tuduhan yang terkait dengan dugaan perilaku ilegal oleh pengguna Telegram.
Melansir Decrypt, Durov mengumumkan pada bulan Juli lalu bahwa basis pengguna Telegram telah melampaui angka 950 juta. Lonjakan pengguna ini bertepatan dengan munculnya permainan yang menggunakan kripto yang dapat dimainkan pada aplikasi pengiriman pesan melalui "aplikasi mini" yang terintegrasi. Hamster Kombat, yang terbesar di antara semuanya, dilaporkan telah mengumpulkan lebih dari 300 juta pemain selama beberapa bulan terakhir menjelang peluncuran token dan airdrop yang akan datang.
Open Network awalnya dibuat secara internal di Telegram, tetapi perusahaan itu meninggalkan proyek tersebut pada tahun 2020 di tengah pengawasan regulasi. Pengembangan berlanjut secara eksternal melalui komunitas kontributor, dan selama setahun terakhir, Telegram semakin merangkul dan mengintegrasikan jaringan blockchain.
Keterkaitan itu tampaknya telah membantu meningkatkan harga TON lebih dari 300% selama setahun terakhir. Namun, hubungan itu juga tampaknya telah memukul harga TON ketika sang pendiri Telegram ditangkap. TON turun hampir 17% selama 24 jam terakhir, dan turun dari harga USD6,80 sebelum laporan muncul ke harga saat ini USD5,61, menurut CoinGecko.
Durov, yang disebut-sebut sebagai "Mark Zuckerberg dari Rusia" berkat popularitas aplikasi dan layanan Telegram, tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Mengutip Forbes, Durov berada di peringkat 122 orang paling tajir sedunia, dengan kekayaan USD15,5 miliar atau sekitar Rp240,25 triliun (kurs Rp15.500 per USD).
Melansir Decrypt, Durov mengumumkan pada bulan Juli lalu bahwa basis pengguna Telegram telah melampaui angka 950 juta. Lonjakan pengguna ini bertepatan dengan munculnya permainan yang menggunakan kripto yang dapat dimainkan pada aplikasi pengiriman pesan melalui "aplikasi mini" yang terintegrasi. Hamster Kombat, yang terbesar di antara semuanya, dilaporkan telah mengumpulkan lebih dari 300 juta pemain selama beberapa bulan terakhir menjelang peluncuran token dan airdrop yang akan datang.
Open Network awalnya dibuat secara internal di Telegram, tetapi perusahaan itu meninggalkan proyek tersebut pada tahun 2020 di tengah pengawasan regulasi. Pengembangan berlanjut secara eksternal melalui komunitas kontributor, dan selama setahun terakhir, Telegram semakin merangkul dan mengintegrasikan jaringan blockchain.
Keterkaitan itu tampaknya telah membantu meningkatkan harga TON lebih dari 300% selama setahun terakhir. Namun, hubungan itu juga tampaknya telah memukul harga TON ketika sang pendiri Telegram ditangkap. TON turun hampir 17% selama 24 jam terakhir, dan turun dari harga USD6,80 sebelum laporan muncul ke harga saat ini USD5,61, menurut CoinGecko.
Durov, yang disebut-sebut sebagai "Mark Zuckerberg dari Rusia" berkat popularitas aplikasi dan layanan Telegram, tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Mengutip Forbes, Durov berada di peringkat 122 orang paling tajir sedunia, dengan kekayaan USD15,5 miliar atau sekitar Rp240,25 triliun (kurs Rp15.500 per USD).
(fjo)