Perang Dagang Makin Panas! Kanada Incar Lebih Banyak Produk China

Kamis, 12 September 2024 - 17:19 WIB
loading...
Perang Dagang Makin...
Ketegangan ekonomi antara Kanada vs China semakin meningkat dikhawatirkan memicu perang dagang. FOTO/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Perseteruan dagang antara China dan Kanada semakin panas. Kanada disinyalir tengah bersiap untuk mengenakan tarif tambahan pada lebih banyak produk China termasuk baterai, semikonduktor, dan mineral penting terlepas dari permintaan konsultasi dari Beijing di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Pengamat China mengecam langkah berisiko Kanada yang mengikuti jejak Amerika Serikat (AS), dengan mengatakan hal itu menunjukkan bahwa kebijakan perdagangannya semakin tidak bersahabat. Eskalasi ketegangan ekonomi antara Ottawa dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu kemungkinan akan menimbulkan tindakan balasan dari China.

Media Kanada The Globe and Mail melaporkan bahwa Menteri Keuangan Kanada Chrystia Freeland mengatakan pada hari Selasa (8/9) bahwa periode konsultasi yang diperlukan untuk mengenakan tarif pada lebih banyak barang energi bersih yang berasal dari China akan dimulai pada hari yang sama.

Menurut laporan tersebut, Freeland mengatakan sekarang tinjauan Undang-Undang Tarif Bea Cukai selama 30 hari akan mulai mempelajari perlunya tarif pada baterai, suku cadang baterai, semikonduktor, mineral dan logam penting, serta produk tenaga surya.



Kementerian Perdagangan China (MOFCOM) pada Rabu (9/9) malam langsung mengecam tindakan Kanada yang dinilai secara membabi buta mengikuti negara tertentu untuk mengambil tindakan penindasan sepihak terhadap China. Hal itu menghambat kerja sama ekonomi dan perdagangan normal antara perusahaan China dan Kanada, berdampak buruk pada hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral, dan secara serius merusak sistem ekonomi global dan aturan perdagangan.

"China akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaan Tiongkok," kata juru bicara MOFCOM seperti dilansir Global Times, Kamis (12/9/2024).

Sementara, Peneliti senior dari Center for China and Globalization He Weiwen menilai tindakan Kanada memperluas tarif pada lebih banyak produk China tidak mengherankan. Dia menilai, Kanada mengikuti jejak AS melarang produk energi baru China sambil membangun rantai industri dan pasokan baru yang mengecualikan negara itu dengan alasan keamanan nasional.

Ia memproyeksikan bahwa Kanada akan mengenakan tarif tambahan pada barang-barang China termasuk baterai, semikonduktor, dan mineral penting setelah peninjauan 30 hari, meskipun tarif pajak mungkin sedikit disesuaikan. Kanada baru-baru ini mengumumkan tarif tambahan 100% pada kendaraan listrik (EV) China dan tarif 25% pada baja dan aluminium, yang berlaku mulai 1 Oktober.

China telah mengajukan permintaan konsultasi kepada Kanada di WTO mengenai rencana tersebut. "Ancaman tarif Kanada terhadap produk-produk China berbahaya dan berisiko, yang menggarisbawahi bahwa kebijakan perdagangannya semakin tidak bersahabat dengan China," kata Li Haidong, profesor di Universitas Urusan Luar Negeri China, kepada Global Times.

Di masa mendatang, kata dia, Kanada kemungkinan akan terus mengikuti jejak AS untuk mengenakan tarif yang lebih tinggi pada sejumlah besar produk China. Namun, dia mengingatkan bahwa tindakan Kanada tersebut kemungkinan akan menimbulkan tindakan balasan dari China.

Di bagian lain, Li menilai langkah Kanada yang mengikuti kemauan AS Washington menunjukkan bahwa negara itu secara bertahap kehilangan otonomi strategisnya. "AS telah dua kali menunda pengumuman penentuan akhir untuk tarif tambahan pada berbagai produk China termasuk kendaraan listrik, tapi Kanada tergesa-gesa dalam penerapan tarif pada kendaraan listrik China dalam upaya untuk menunjukkan kesetiaannya kepada AS," kata Li.

Sehari menjelang pengumuman Kanada tentang tarif tambahan pada kendaraan listrik China dan produk lainnya pada tanggal 26 Agustus, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan melakukan perjalanan ke negara itu, di mana dia bertemu dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan menyampaikan pidato pada pertemuan kabinet tahunan Kanada. Sullivan sebelumnya mengatakan bahwa AS berharap bahwa Kanada dan sekutu-sekutunya yang lain akan mengambil pendekatan terkoordinasi untuk menghentikan penjualan kendaraan listrik China.



Peneliti di Institut Hubungan Internasional Kontemporer China yang berpusat di Beijing Chen Fengying menilai, di tengah pesatnya perkembangan industri hijau di China seperti sektor kendaraan listrik dan tenaga surya, AS khawatir akan kehilangan posisi terdepannya di puncak rantai nilai dalam perdagangan internasional. Akibatnya, AS terus menekan sekutunya termasuk Kanada untuk mengekang dan menekan industri-industri China yang sedang berkembang.

"Kami berharap Kanada tidak akan mengabaikan otonomi strategisnya sendiri, dan sebaliknya akan bertindak sebagai negara yang bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan-kebijakannya terhadap China dengan memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya sendiri dan merangsang vitalitas ekonomi Kanada," kata Li.

Li memperingatkan bahwa langkah Kanada untuk mempolitisasi isu-isu perdagangan akan menjadi bumerang karena konsumen di negara itu harus membayar harganya, dengan cara yang sama seperti yang telah dibayarkan konsumen AS setelah Negara Adi daya itu mengenakan tarif yang lebih tinggi pada produk-produk China beberapa tahun yang lalu.

"Ini ilusi Kanada bahwa Kanada dapat memperkuat ekonominya sendiri dengan tunduk kepada AS dan menahan perkembangan China," tegas Li.

Perdagangan antara China dan Kanada telah turun 0,5% (tahun-ke-tahun) dalam delapan bulan pertama tahun 2024 menjadi USD57,66 miliar. Terkait dengan itu, He Weiwen mengatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi Kanada untuk meninggalkan diskriminasi ideologisnya dan mentalitas politik blok untuk melanjutkan hubungan perdagangan nondiskriminatif dengan China berdasarkan aturan WTO.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0861 seconds (0.1#10.140)