Antam Perluas Bisnis kembangankan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam terus memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery) di Indonesia. Anak perusahaan dari PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID itu tidak hanya berfokus pada sektor hulu, tetapi juga terus memperluas bisnisnya ke sektor hilir guna mendukung transisi energi global yang berkelanjutan.
Corporate Secretary Antam Syarief Faisal Alkadrie menegaskan, perusahaan bersama mitra strategis berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian proyek-proyek penting yang mendukung ekosistem baterai ini.
Corporate Secretary Antam Syarief Faisal Alkadrie menyampaikan, perusahaan bersama mitra strategis akan mengakselerasi pencapaian berbagai milestone penting pada 2024. Hal ini termasuk penyiapan lahan untuk pembangunan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL), penyelesaian studi kelayakan, serta pengurusan izin-izin terkait.
"Langkah Antam dalam pengembangan ekosistem EV Battery dan hilirisasi nikel mencerminkan peran penting perusahaan dalam mendukung transisi energi global serta memaksimalkan potensi sumber daya mineral Indonesia untuk pasar kendaraan listrik dunia," ujar Syarief.
Salah satu proyek strategis Antam yang kini tengah berjalan adalah proyek hilirisasi nikel di Buli, Halmahera Timur. Proyek ini melibatkan konsorsium internasional CBL (CATL, Brunp, Lygend) dan mencakup pembangunan berbagai fasilitas, seperti tambang bijih nikel, pabrik RKEF, pabrik HPAL, serta pabrik material dan daur ulang baterai.
Perkembangan proyek ini cukup signifikan. Hingga Juni 2024, proyek RKEF berada pada tahap persiapan pre-EPC (Engineering, Procurement, and Construction) dan Pre-Project Financing, sementara proyek HPAL sedang dalam proses pembentukan perusahaan patungan (joint venture). Pabrik RKEF diharapkan mulai beroperasi pada 2027, sementara HPAL ditargetkan beroperasi setahun kemudian, pada 2028.
Untuk mewujudkan proyek-proyek besar ini, Antam membutuhkan investasi signifikan. Proyek RKEF diperkirakan membutuhkan dana sekitar US$ 400 juta hingga US$ 500 juta, dengan belanja modal sebesar US$ 8.000 hingga US$ 9.000 per ton nikel. Proyek HPAL, di sisi lain, memerlukan investasi sebesar US$ 250 juta hingga US$ 300 juta, dengan belanja modal per ton mencapai US$ 24.000 hingga US$ 30.000.
Sebagai bagian dari strategi hilirisasi nikel, Antam juga memperluas kapasitas pengolahannya dengan mengakuisisi smelter dari Tsingshan Group. Pada Mei 2024, anak perusahaan Antam, PT Gag Nikel, menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dengan Newton International Investment Pte. Ltd., anak usaha Tsingshan. Akuisisi ini diharapkan memperkuat posisi Antam dalam rantai nilai industri nikel global.
Selain fokus pada nikel, Antam juga terlibat dalam proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Proyek ini telah mencapai 89% penyelesaian dan dijadwalkan memulai commissioning pada akhir 2024, dengan target operasi komersial pada semester pertama 2025. SGAR memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton per tahun, dengan nilai investasi sebesar US$ 800 juta hingga US$ 900 juta.
Baca Juga : Bahlil Merasa Dipermainkan: Indonesia akan Tentukan Sendiri Harga Timah, Nikel dan Batubara
"Dengan langkah-langkah strategis ini, Antam semakin memperkuat posisinya dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik, serta berperan aktif dalam transisi energi global dan pengembangan industri mineral di Indonesia," pungkas Syarief.
Corporate Secretary Antam Syarief Faisal Alkadrie menegaskan, perusahaan bersama mitra strategis berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian proyek-proyek penting yang mendukung ekosistem baterai ini.
Corporate Secretary Antam Syarief Faisal Alkadrie menyampaikan, perusahaan bersama mitra strategis akan mengakselerasi pencapaian berbagai milestone penting pada 2024. Hal ini termasuk penyiapan lahan untuk pembangunan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL), penyelesaian studi kelayakan, serta pengurusan izin-izin terkait.
"Langkah Antam dalam pengembangan ekosistem EV Battery dan hilirisasi nikel mencerminkan peran penting perusahaan dalam mendukung transisi energi global serta memaksimalkan potensi sumber daya mineral Indonesia untuk pasar kendaraan listrik dunia," ujar Syarief.
Salah satu proyek strategis Antam yang kini tengah berjalan adalah proyek hilirisasi nikel di Buli, Halmahera Timur. Proyek ini melibatkan konsorsium internasional CBL (CATL, Brunp, Lygend) dan mencakup pembangunan berbagai fasilitas, seperti tambang bijih nikel, pabrik RKEF, pabrik HPAL, serta pabrik material dan daur ulang baterai.
Perkembangan proyek ini cukup signifikan. Hingga Juni 2024, proyek RKEF berada pada tahap persiapan pre-EPC (Engineering, Procurement, and Construction) dan Pre-Project Financing, sementara proyek HPAL sedang dalam proses pembentukan perusahaan patungan (joint venture). Pabrik RKEF diharapkan mulai beroperasi pada 2027, sementara HPAL ditargetkan beroperasi setahun kemudian, pada 2028.
Untuk mewujudkan proyek-proyek besar ini, Antam membutuhkan investasi signifikan. Proyek RKEF diperkirakan membutuhkan dana sekitar US$ 400 juta hingga US$ 500 juta, dengan belanja modal sebesar US$ 8.000 hingga US$ 9.000 per ton nikel. Proyek HPAL, di sisi lain, memerlukan investasi sebesar US$ 250 juta hingga US$ 300 juta, dengan belanja modal per ton mencapai US$ 24.000 hingga US$ 30.000.
Sebagai bagian dari strategi hilirisasi nikel, Antam juga memperluas kapasitas pengolahannya dengan mengakuisisi smelter dari Tsingshan Group. Pada Mei 2024, anak perusahaan Antam, PT Gag Nikel, menandatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dengan Newton International Investment Pte. Ltd., anak usaha Tsingshan. Akuisisi ini diharapkan memperkuat posisi Antam dalam rantai nilai industri nikel global.
Selain fokus pada nikel, Antam juga terlibat dalam proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Proyek ini telah mencapai 89% penyelesaian dan dijadwalkan memulai commissioning pada akhir 2024, dengan target operasi komersial pada semester pertama 2025. SGAR memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta ton per tahun, dengan nilai investasi sebesar US$ 800 juta hingga US$ 900 juta.
Baca Juga : Bahlil Merasa Dipermainkan: Indonesia akan Tentukan Sendiri Harga Timah, Nikel dan Batubara
"Dengan langkah-langkah strategis ini, Antam semakin memperkuat posisinya dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik, serta berperan aktif dalam transisi energi global dan pengembangan industri mineral di Indonesia," pungkas Syarief.
(fch)