IHSG Akhir Tahun Ditargetkan Menurun Seiring Berlarutnya Perang Dagang AS-China

Minggu, 08 Desember 2019 - 07:27 WIB
IHSG Akhir Tahun Ditargetkan Menurun Seiring Berlarutnya Perang Dagang AS-China
IHSG Akhir Tahun Ditargetkan Menurun Seiring Berlarutnya Perang Dagang AS-China
A A A
JAKARTA - Pada pekan depan, pasar menanti kejelasan negosiasi perang datang antara China dan Amerika Serikat (AS), terlebih lagi kedua negara memiliki waktu kurang dari 7 hari untuk mencapai kesepakatan perdagangan fase pertama sebelum penerapan tarif tambahan 15% senilai USD156 miliar terhadap impor barang China oleh AS.

Trump menyatakan bahwa sesuatu dapat terjadi mengenai tarif tersebut, tetapi kedua pihak belum membahas hal itu. Di sisi lain juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan kedua belah pihak tetap berkomunikasi erat terkait perdagangan.

"Bervariasinya berita global dan regional ditambah beberapa kasus di dalam negeri membuat kami menurunkan target IHSG di akhir tahun ke level 6.220. IHSG pekan depan kami perkirakan akan bergerak di level support 6.131 sampai 6.095 dan resistance di level 6.200 sampai 6.250," ujar Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (7/12/2019). Dia merekomendasikan agar para investor melakukan Buy on Weakness (BoW) ketika pasar melemah.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan China menegaskan, Washington harus memotong tarif impor ingin mencapai kesepakatan perdagangan sementara. "Ini menjadi rumit karena Kantor Berita yang dikenal sebagai pendukung setiap Presiden Trump, Fox News, melaporkan Gedung Putih masih berencana untuk terus maju dengan tarif yang dijadwalkan pada 15 Desember untuk barang-barang China," terang Hans.

Hal ini terlepas dari upaya baru-baru ini dengan "gencatan" perdagangan "fase pertama". "Artinya AS akan tetap mengenakan tarif atas produk China pada 15 Desember biarpun ada gencatan perdagangan fase pertama," lanjutnya.

Awal pekan pasar bergejolak tertekan setelah Trump mengatakan dalam wawancara kepada wartawan di London, "Dalam beberapa hal, saya suka gagasan menunggu sampai setelah pilpres untuk kesepakatan China, tetapi mereka ingin membuat kesepakatan sekarang dan kita akan melihat apakah kesepakatan itu benar terjadi,".

Menunggu sampai Pemilu 2020 artinya menunggu sampai November 2020. Pemerintah China dikabarkan sudah menyiapkan skenario terburuk tekait komentar tersebut. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menyatakan jika tidak ada kemajuan perundingan perdagangan, maka tarif impor bagi produk China diantaranya ponsel, laptop dan mainan akan berlaku efektif 15 Desember.

Berlarutnya perang dagang ditambah kenaikan tarif antar kedua negara serta potensi pelebaran perang dagang ke wilayah lain akan membawa dunia masuk ke jurang resesi yang panjang.

"Di akhir pekan lalu, pasar kembali menaikan optimisme setelah kantor berita Bloomberg narasumber yang memahami perundingan perang dagang, mengatakan kedua negara semakin dekat dekat untuk menyetujui jumlah tarif yang akan ditarik kembali dalam apa yang disebut kesepakatan perdagangan fase-pertama," beber Hans.

Presiden Trump juga mengatakan perundingan perdagangan dengan China berjalan sangat baik. Hal ini sangat berbeda dengan komentar penundaan kesepakatan perang dagang yang Trump kemukakan sebelumnya.

Potensi perang dagang melembar ke zona Euro. Perwakilan Perdagangan Amerika mengatakan dapat mengenakan bea masuk hingga 100% pada produk tertentu dari Prancis senilai 2,4 miliar dolar AS. Hal ini menyusul keputusan Perancis untuk mengenakan pajak pada perusahaan digital.

Hal ini dianggap kantor Perdagangan AS pajak Perancis berbahaya bagi perusahaan teknologi AS. Negara-negara Eropa lainnya termasuk Inggris juga dikabarkan memiliki rencana untuk mengenakan pajak digital.

"Ini tentu membuat potensi perluasan perang dagang antar kedua wilayah. Dikabarkan Perancis dan Uni Eropa berjanji untuk membalas tarif potensial AS untuk barang-barang Perancis," ungkapnya.

Selain itu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengatakan bahwa pemerintahan Trump tidak mengesampingkan penetapan tarif pada mobil-mobil Eropa yang diimpor, meski tidak mengumumkan keputusan pada November tentang apakah akan mengenakan bea masuk tambahan pada mobil-mobil dari wilayah tersebut.

"Twit dari Presiden Trump kembali menggoyang pasar, dan memperlebar perang dagang ke Amerika Latin. Trump mengatakan AS akan mengembalikan bea masuk pada baja dan aluminium dari Brasil dan Argentina. Kedua negara Amarika Latin ini dianggap mendevaluasi mata uang dan menyebabkan komoditas kedua Negara menjadi lebih murah dan merugikan petani Amerika," ujar Hans.

AS akan mengembalikan tarif pada komoditas baja dan aluminium yang dikirim ke AS. Konkret terkait tarif ini masih akan menjadi perhatian pasar. Selain itu aksi balasan atas pengenaan tarif dari negara Amerika Latin tentu menjadi perhatian pasar.

Isu perkiraan masalah dukungan AS untuk demonstrasi di Hong Kong mampu menggagalkan negosiasi perang dagang AS dan China. Wall Street Journal menunjukkan bahwa para pejabat di Beijing memilih memisahkan geopolitik dari perdagangan, dan tidak melihat berlakunya RUU Hong Kong secara langsung merugikan perkembangan perjanjian fase satu.

"Kami perkirakan pasar juga masih akan memantau proses pemakzulan terhadap Trump. Kesaksian Gordon Sondland, Duta Besar AS untuk Uni Eropa mengatakan Presiden mengarahkan pengacara pribadinya Rudy Giuliani untuk mengejar 'quid pro quo' dengan Ukraina," tutur Hans.

Sebelumnya, Ketua DPR AS Nancy Pelosi, mengatakan Trump telah mengakui suap dalam skandal Ukraina dan menuduhnya melakukan pelanggaran yang bisa berujung pada pemakzulan di bawah Konstitusi AS.

Proses ini bisa menggagalkan peluang Trump maju dan terpilih kembali sebagai Presiden AS, dan dikhawatirkan dapat membuat Trump bertindak keras dalam melakukan perundingan perdagangan dengan China.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6896 seconds (0.1#10.140)