Frustrasi dengan AS, Argentina Cari Perlindungan ke China

Senin, 07 Oktober 2024 - 15:59 WIB
loading...
Frustrasi dengan AS,...
Sempat mengkritik keras China selama kampanye, Presiden Argentina Javier Milei memberikan sinyal melakukan pendekatan yang berbeda. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Presiden Argentina , Javier Milei yang mengkritik keras China selama kampanye pemilihan presiden beberapa waktu lalu, berencana mengunjungi Beijing pada Januari 2025, mendatang. Hal ini menjadi sinyal perubahan pendekatan yang dilakukan Argentina terhadap negara adidaya Asia itu.



Dalam sebuah wawancara dengan televisi pekan kemarin, Milei menggambarkan China sebagai "mitra komersial yang sangat menarik" dan Ia mengaku "terkejut dalam artian secara positif dengan China". Pernyataan Milei sangat kontras dengan ucapan sebelumnya, dimana Ia menyebut China sebagai negara "pembunuh" sambil bersumpah untuk memprioritaskan hubungan dengan sekutu Barat.

Milei mengucapmkan terima kasih atas pembaruan kontrak pertukaran mata uang China, yang menurutnya memungkinkan Argentina untuk memenuhi kewajibannya kepada Dana Moneter Internasional (IMF) .



Pada bulan Juni, Beijing setuju untuk memperbarui tahapan pertukaran mata uang senilai 35 miliar yuan (Atau sekitar USD5 miliar) dengan bank sentral Argentina hingga Juli 2026. Pada saat itu, pemerintah di Buenos Aires menekankan, bahwa langkah ini menjadi "penting" untuk mengelola arus neraca pembayaran negara.

"Kami mengadakan pertemuan dengan duta besar (Wang Wei). Keesokan harinya, mereka membuka blokir pertukaran," cerita Milei.

China telah menginvestasikan sekitar USD155 miliar setara Rp2.421 triliun (Kurs Rp15.624 per USD) dalam proyek infrastruktur di wilayah Amerika Latin sejak 2005. Salah satu investasi ambisius China bernilai miliaran dolar yakni megaport Peru, yang bakal mengikat ekonomi kawasan lebih dekat dengan tetangganya.

Pejabat AS - termasuk Jenderal Laura Richardson, komandan Komando Selatan AS - telah memperingatkan pemerintah Amerika Latin untuk berhati-hati saat bersekutu dengan Beijing, lantaran tingkat keberhasilannya yang sedikit.

Kunjungan Milei yang direncanakan ke Beijing untuk Forum China-CELAC (Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia) datang sebagai syarat untuk kesepakatan China membuka blokir pertukaran mata uang, seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Patricio Giusto dari Observatorium Sino-Argentina di Buenos Aires menyarankan, bahwa perubahan sikap Milei mungkin karena kekecewaan dengan tanggapan AS terhadap tawaran awalnya.

"Saya pikir Milei tidak pernah memahami sifat dan dinamika kebijakan luar negeri AS," saran Giusto.

"Dia berpikir bahwa mengungkapkan keselarasan total akan cukup untuk mendapatkan dukungan keuangan dan investasi dari AS. Dan tidak bekerja seperti itu," sambungnya.

Giusto menambahkan, bahwa pragmatisme Milei dalam menghadapi tantangan ekonomi Argentina mungkin juga menjelaskan pergeseran tersebut. Meskipun berhasil mengendalikan inflasi yang tinggi, negara ini telah mengalami peningkatan kemiskinan ekstrem.

Data resmi dari Institut Statistik dan Sensus Nasional menunjukkan pada bulan September bahwa 52,9 persen orang Argentina miskin, meningkat 11 poin secara persentase dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2023, ketika Milei menjabat.

Duta Besar China untuk Buenos Aires, yakni Wang mengatakan, kepada media lokal bahwa produsen kendaraan listrik China mungkin mempertimbangkan untuk mendirikan pabrik di pusat industri Argentina di Cordoba.

"Perusahaan kendaraan listrik China akan mempertimbangkan untuk mendirikan pabrik di sini di Argentina," kata Wang.

"(Perusahaan kami) sudah hadir di Brasil dengan jalur produksi dan perakitan mereka, jadi mengapa mereka tidak bisa segera didirikan di Cordoba, selama ada kebijakan preferensial dari otoritas Cordoba untuk menarik perusahaan yang terlibat?"

Sementara investasi langsung di sektor kendaraan listrik mungkin menghadapi tantangan, Giusto menyarankan, bahwa perjalanan Milei ke Beijing berpotensi membuka investasi di bidang penting lainnya, seperti pertambangan lithium.

Argentina diketahui menguasai 21% dari deposit lithium yang diketahui di dunia, yang menjadi komponen penting dalam baterai mobil listrik.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0977 seconds (0.1#10.140)