ITC Leadership Conclave 2024, Siapkan Pemimpin Mampu Bersaing di Era Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Leadership atau kepemimpinan memiliki peran yang startegis dan begitu krusial dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan era teknologi digital yang kian cepat, apalagi dengan kemajuan teknologi dengan kehadiran kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Merespons hal itu, gelaran "ITC Leadership Conclave 2024: Building New Stories, Navigating New Dynamics and Challenges" memberikan gambaran terhadap leadership yang mampu inovatif, adaptif dan kolaboratif.
ITC Leadership Conclave 2024 merupakan acara tahunan yang digelar International Test Center (ITC) dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di berbagai isu terkait. Forum ini memberi ruang mempertemukan pemimpin dari sektor pendidikan, korporasi, dan pemerintahan untuk berdiskusi dan berbagai strategi menghadapi tantangan kepemimpinan di era ketidakpastian.
Jenny Lee, CEO International Test Center mengungkapkan tantangan ke depan kita harus menghadapi perubahan dan tantangan masa depan secara berkolaborasi, tidak bisa lagi sendiri-sendiri. Di sini peran pemimpin menjadi sangat penting.
“Di tengah zaman ini, apabila pemimpinnya sendiri mampu melakukan perubahan, maka kesenjangan tersebut mampu diatasi. Tugas kami sebagai organisasi yang bergerak di transfer knowledge and management memperkecil gap tersebut," tegas Jenny Lee.
Adapun tujuan ITC Leadership Conclave, lanjut Jenny, para pemimpin ini berkumpul, saling membantu, dan berbagi strategi dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
Lebih jauh Jenny menyampaikan, ITC terus memberikan kesempatan untuk organisasi terus bertumbuh dengan learning organization.
"Tim ITC tidak hanya memberi teori, namun juga menjadi praktisi untuk berbagi pengetahuan," ujarnya.
Jenny menyampaikan kemajuan teknologi membantu dan menantang kita menjadi lebih baik dalam mengembangkan berbagai skill agar lebih mampu bersaing global selain faktor resiliensi turut menjadi unsur penting.
Memasuki tahun ke-13, Jenny menyampaikan ajang ITC Leadership Conclave menekankan unsur leadership dengan harapan dengan kepemimpinan yang kuat, maka organisasi dapat memiliki daya tahan, daya pikat, dan daya saing yang lebih kuat.
Jenny Lee mengatakan ITC sebagai lembaga yang fokus pada peningkatan kemampuan dan kepercayaan diri tenaga kerja Indonesia berkomitmen menyediakan solusi yang relevan dan berkelanjutan bagi para pemimpin di berbagai sektor.
Melalui produk dan layanan seperti TOEIC, TOEFL, literasi digital, serta program Knowledge Transfer, ITC mendukung pengembangan kompetensi kepemimpinan yang adaptif.
“Meskipun beberapa pekerjaan mungkin berkurang karena otomasi dan kecerdasan buatan, tetapi akan ada banyak peluang di sektor-sektor baru yang tumbuh. Tantangan utama kita adalah mempersiapkan tenaga kerja yang tangguh dan kompeten untuk bersaing di era digital,” kata Jenny Lee.
Dalam kesempatan sama, Prof. Hammam Riza, Presiden Collaborative Research and Industrial Innovation in Artificial Intelligence (KORIKA) berbagi pandangan mengenai pentingnya kepemimpinan tangguh dan inovatif di tengah perkembangan teknologi yang pesat dan perubahan global yang kompleks.
“Saat ini kita menyadari bahwa kita memasuki era digital sehingga membutuhkan tenaga kerja yang digital savy. Masih ada kesenjangan karena tenaga kerja (digital) yang dihasilkan masih sangat sedikit," ungkap Prof. Hammam.
"Untuk itu, semua kembali kepada leader. Leader-lah yang harus memberikan kesempatan kepada para pekerja yang ada sekarang untuk di-up sklling, sembari dia juga menciptakan posisi-posisi baru bagi yang mengerjakan perkerjaan digital," jelasnya.
Prof. Ammam menegaskan, seorang pemimpin harus memiliki mindset perubahan. "Dia harus membangun SDM melalui pelatihan, resklling dan upskilling," ujarnya.
Prof. Ammam mengingatkan perkembangan teknologi yang cepat, termasuk AI, perlu diimbangi dengan memegang teguh etika. "Etika menjadi bagian dari governance (tata kelola) yang berlaku di seluruh dunia. Aspek-aspek etika dari aplikasi AI perlu dipastikan tidak bias, diskriminasi, bersifat inklusi, dan dapat dipercaya,"ucapnya.
Prof. Amman optimis bahwa meminimalkan kesenjangan talenta digital dapat dilakukan dengan cepat melihat Gen Z saat ini sudah merupakan digital native, yang sudah terpapar dan memiliki kemampuan digital sejak awal.
Selain pembicara kunci, "ITC Leadership Conclave 2024" juga menghadirkan dua sesi diskusi panel membahas tantangan dan solusi kepemimpinan dari berbagai perspektif. Panel diskusi pertama mengangkat tajuk "Embracing Change: Crafting New Narratives of Generational Differences Affecting Recruitment, Retention, and Marketing".
Sesi membahas perbedaan antar-generasi mempengaruhi strategi perekrutan, retensi, dan pemasaran, serta bagaimana para pemimpin dapat menciptakan narasi baru yang lebih inklusif.
Sedangkan panel diskusi kedua menangkat tema "Leading through Uncertainty: Strategies for Adaptable Leadership". Sesi membahas bagaimana pemimpin dapat mengembangkan strategi kepemimpinan adaptif dalam menghadapi ketidakpastian global, perubahan regulasi, dan tantangan bisnis lain.
Merespons hal itu, gelaran "ITC Leadership Conclave 2024: Building New Stories, Navigating New Dynamics and Challenges" memberikan gambaran terhadap leadership yang mampu inovatif, adaptif dan kolaboratif.
ITC Leadership Conclave 2024 merupakan acara tahunan yang digelar International Test Center (ITC) dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di berbagai isu terkait. Forum ini memberi ruang mempertemukan pemimpin dari sektor pendidikan, korporasi, dan pemerintahan untuk berdiskusi dan berbagai strategi menghadapi tantangan kepemimpinan di era ketidakpastian.
Jenny Lee, CEO International Test Center mengungkapkan tantangan ke depan kita harus menghadapi perubahan dan tantangan masa depan secara berkolaborasi, tidak bisa lagi sendiri-sendiri. Di sini peran pemimpin menjadi sangat penting.
“Di tengah zaman ini, apabila pemimpinnya sendiri mampu melakukan perubahan, maka kesenjangan tersebut mampu diatasi. Tugas kami sebagai organisasi yang bergerak di transfer knowledge and management memperkecil gap tersebut," tegas Jenny Lee.
Adapun tujuan ITC Leadership Conclave, lanjut Jenny, para pemimpin ini berkumpul, saling membantu, dan berbagi strategi dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
Lebih jauh Jenny menyampaikan, ITC terus memberikan kesempatan untuk organisasi terus bertumbuh dengan learning organization.
"Tim ITC tidak hanya memberi teori, namun juga menjadi praktisi untuk berbagi pengetahuan," ujarnya.
Jenny menyampaikan kemajuan teknologi membantu dan menantang kita menjadi lebih baik dalam mengembangkan berbagai skill agar lebih mampu bersaing global selain faktor resiliensi turut menjadi unsur penting.
Memasuki tahun ke-13, Jenny menyampaikan ajang ITC Leadership Conclave menekankan unsur leadership dengan harapan dengan kepemimpinan yang kuat, maka organisasi dapat memiliki daya tahan, daya pikat, dan daya saing yang lebih kuat.
Jenny Lee mengatakan ITC sebagai lembaga yang fokus pada peningkatan kemampuan dan kepercayaan diri tenaga kerja Indonesia berkomitmen menyediakan solusi yang relevan dan berkelanjutan bagi para pemimpin di berbagai sektor.
Melalui produk dan layanan seperti TOEIC, TOEFL, literasi digital, serta program Knowledge Transfer, ITC mendukung pengembangan kompetensi kepemimpinan yang adaptif.
“Meskipun beberapa pekerjaan mungkin berkurang karena otomasi dan kecerdasan buatan, tetapi akan ada banyak peluang di sektor-sektor baru yang tumbuh. Tantangan utama kita adalah mempersiapkan tenaga kerja yang tangguh dan kompeten untuk bersaing di era digital,” kata Jenny Lee.
Dalam kesempatan sama, Prof. Hammam Riza, Presiden Collaborative Research and Industrial Innovation in Artificial Intelligence (KORIKA) berbagi pandangan mengenai pentingnya kepemimpinan tangguh dan inovatif di tengah perkembangan teknologi yang pesat dan perubahan global yang kompleks.
“Saat ini kita menyadari bahwa kita memasuki era digital sehingga membutuhkan tenaga kerja yang digital savy. Masih ada kesenjangan karena tenaga kerja (digital) yang dihasilkan masih sangat sedikit," ungkap Prof. Hammam.
"Untuk itu, semua kembali kepada leader. Leader-lah yang harus memberikan kesempatan kepada para pekerja yang ada sekarang untuk di-up sklling, sembari dia juga menciptakan posisi-posisi baru bagi yang mengerjakan perkerjaan digital," jelasnya.
Prof. Ammam menegaskan, seorang pemimpin harus memiliki mindset perubahan. "Dia harus membangun SDM melalui pelatihan, resklling dan upskilling," ujarnya.
Prof. Ammam mengingatkan perkembangan teknologi yang cepat, termasuk AI, perlu diimbangi dengan memegang teguh etika. "Etika menjadi bagian dari governance (tata kelola) yang berlaku di seluruh dunia. Aspek-aspek etika dari aplikasi AI perlu dipastikan tidak bias, diskriminasi, bersifat inklusi, dan dapat dipercaya,"ucapnya.
Prof. Amman optimis bahwa meminimalkan kesenjangan talenta digital dapat dilakukan dengan cepat melihat Gen Z saat ini sudah merupakan digital native, yang sudah terpapar dan memiliki kemampuan digital sejak awal.
Selain pembicara kunci, "ITC Leadership Conclave 2024" juga menghadirkan dua sesi diskusi panel membahas tantangan dan solusi kepemimpinan dari berbagai perspektif. Panel diskusi pertama mengangkat tajuk "Embracing Change: Crafting New Narratives of Generational Differences Affecting Recruitment, Retention, and Marketing".
Sesi membahas perbedaan antar-generasi mempengaruhi strategi perekrutan, retensi, dan pemasaran, serta bagaimana para pemimpin dapat menciptakan narasi baru yang lebih inklusif.
Sedangkan panel diskusi kedua menangkat tema "Leading through Uncertainty: Strategies for Adaptable Leadership". Sesi membahas bagaimana pemimpin dapat mengembangkan strategi kepemimpinan adaptif dalam menghadapi ketidakpastian global, perubahan regulasi, dan tantangan bisnis lain.
(tar)