5 Pergeseran Besar Perilaku Konsumen di Era Digital

Sabtu, 29 Agustus 2020 - 09:35 WIB
loading...
A A A
Orang menyangka bahwa dengan hadirnya platform digital seperti YouTube atau Netflix maka televisi (free-to-air) akan hilang dari muka bumi. Kenyataannya tidak demikian. Televisi tetap eksis bahkan tumbuh walaupun tidak setinggi media digital. End equilibrium-nya, keduanya hadir dan eksis secara beriringan.

Jadi, endgame dari revolusi digital yang kini masif terjadi bukanlah lonceng kematian bagi medium fisikal, tapi terbentuknya ekuilibrium baru di mana fisikal-digital bahu membahu untuk menghasilkan pengalaman terbaik dan ternyaman bagi konsumen. (Baca juga: Gunakan Teknologi tepat Guna, Pelayanan Posyandu Bisa Meningkat)

Apapun industrinya, apakah e-commerce, online learning, entertainment, remote working, atau telemedecine, ujung-ujungnya pengalaman ”phygital” (physical–digital) adalah yang dicari dan diinginkan. Dengan kata lain, omni-experience will be the king.

5. Go Confidential: “Privacy is the new urgency”

Beberapa waktu lalu publik dikejutkan dengan berita bocornya 91 juta data pengguna Tokopedia. Bocornya data pengguna ini juga dialami oleh Bhinneka dan Bukalapak pada 2019. Data yang diretas meliputi nama lengkap, tanggal lahir, nomor ponsel, lokasi, hingga jenis kelamin.

Di tengah euforia belanja online yang semakin masif, beberapa kejadian ini sontak membuat tingkat kepercayaan publik pada e-commerce menurun. Kejadian ini juga membuktikan lemahnya pengawasan dan sistem keamanan privasi pengguna.

Ke depan kasusnya tak hanya terjadi di e-commerce. Dengan meluas dan mendalamnya penggunaan platform digital oleh masyarakat—dari media sosial, layanan online streaming, remote working, belajar daring, hingga telemedicine—kasus peretasan akan meluas ke hampir seluruh platform digital yang sehari-hari kita gunakan.

Singkatnya, seiring adanya fenomena “digital everywhere”, perhatian terhadap privacy dan keamanan data pribadi pengguna pun meningkat tajam. Mereka mulai sadar bahwa data pribadi mereka sangat rawan disalahgunakan oleh pemilik platform. (Lihat videonya: Dua Kali Ditangkap Warga, Macan Tutul Jawa Dilepas Liarkan ke Habitatnya)

Kita tahu, di era digital “user data is the new oil”. Pemilik platform akan sejauh mungkin mengolah dan memanfaatkan data konsumen untuk melakukan kustomisasi dan personalisasi layanan ke konsumen. Tapi itu mengandung biaya mahal di sisi konsumen berupa lenyapnya privasi.

Karena itu, bisa dibaca trennya, meluas dan mendalamnya adopsi digital akibat pandemi akan mendorong konsumen semakin peduli terhadap privasi dan keamanan data pribadi: privacy is the urgency.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0233 seconds (0.1#10.140)