Pengembangan SPKLU yang Masif Mendorong Masyarakat Menggunakan Kendaraan Listrik
loading...
A
A
A
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto menilai, infrastruktur yang dikembangkan PLN memacu industri otomotif bertumbuh. Pertumbuhan mobil listrik, kata dia, terus menunjukkan ntren meningkat tajam. “Tahun lalu share nya hanya 1,5 persen dari total penjualan mobil nasional, tahun ini sudah 4%,”ucapnya.
Hal itu menunjukkan, bahwa masyarakat semakin percaya diri untuk memiliki dan mengendari mobil listrik. “Jumlah SPKLU sudah ribuan. Kami saja bekerjasama dengan PLN mengembangkan 600 SPKLU. Jika digabung dengan SPKLU PLN maka jumlahnya ribuan dari ujung barat Jawa hingga ujung Timur. Sehingga masyarakat tak lagi khawatir kehabisan daya baterai mobilnya,”tutur Frans.
Dia mengatakan, tahun ini penjualan mobil listrik diproyeksikan mencapai 30 ribu unit. Melesat digandingkan tahun lalu yang mencapai 11.500 an unit. ‘Kami yakin dengan kuatnya infrastruktur, penggunaan mobil listrik akan terus meningkat,”katanya,
Frans mengapresiasi dukungan penuh PLN dalam mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik di tanah air. Ekosistem EV tidak bisa berjalan tanpa keberadaan listrik maupun charging station.Dengan dukungan kelistrikan PLN, Hyundai Motors Indonesia siap berkolaborasi dengan PLN menambah penyediaan hingga 1.500 charging unit yang tersebar di 1.000 titik lokasi.
Memacu Investasi dan Penggunaan Energi Bersih
Masifnya pembangunan infrastruktur kendaraan listrik oleh PLN memantik bergairahnya investasi di ekosistem kendaraan listrik. Industri pendukung pun agresif. Pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik terus melonjak meliputi industri pabrik sel baterai untuk kendaraan listrik senilai USD3,2 miliar (Rp51,2 triliun) yang akan menyerap 2.800 tenaga kerja, di mana dalam fase pertama memiliki kapasitas produksi 10GWh dengan nilai investasi USD1,2 miliar (Rp19,2 triliun). Investasi lainnya yaitu pak baterai (battery pack) senilai USD42,12 juta (Rp674,32 miliar) dan produksi kendaraan listrik USD1,22 miliar (Rp19,52 triliun).
Senior Researcher Kelompok Keilmuan Teknik Ketenaga Listrikan Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi menilai, ketersedian ribuann SPKLU memicu pabrikan-pabrikan mobil listrik untuk hadir di Indonesia. “Varian mobil listrik kii mulai dari yang murah hingga yang mahal ada. Pabrikan asal China seperti Wuling, BYD, Cherry terlihat agresif karena minat masyarakat menggunakan mobil listrik semakin tinggi,”ucapnya. Dengan biaya mobilitas yang lebih murah dan kemudahan dalam mengisi daya, kata Agus, mobil listrik kian menjadi primadona. “Di Jakarta bebas ganjil genap. Karenanya banyak masyarakat yang tak lagi memiliki banyak mobil. Ini tentu akan berkontribusi terhadap lingkungan,”katanya.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, pemilik mobil listrik kini semakin mudah mengisi daya. “Bisa dilakukan di rumah, di kota besar seperti Jakarta sangat mudah (mengisi daya),”paparnya.
Menurut Kukuh, teknologi mobil listrik akan terus berkembang. Terlebih perusahaan asal China mampu menyodorkan kendaraan dengan harga murah. ‘Produksi China mencapai 30 juta unit per tahun. Indonesia salah satu pasarnya,”tukasnya.
PLN sendiri, terus menggenjot pembangunan SPKLU. Selain berkontribusi terhadap ekosistem kendaraan listrik, pembangunan SPKLU itu juga untuk medorong penggunaan energi bersih. Hingga semester I tahun 2024, tercatat sudah tersedia 1.582 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di 1.131 lokasi di seluruh Indonesia. Juga 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 9.956 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 14.524 Home Charging yang digunakan untuk pengisian daya kendaraan listrik.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN berkomitmen mendukung akselerasi ekosistem kendaraan listrik dengan terus menambah charging station yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Hingga semester I tahun 2024 jumlah penggunaan listrik SPKLU juga mengalami pertumbuhan ditandai dengan konsumsi listrik yang meningkat sebesar 229% menjadi lebih dari 2.438,8 megawatt hour (MWh) dari sebelumnya sebesar 741,8 MWh di semester I tahun 2023.
“Dengan pertumbuhan EV yang semakin masif, tentu saja infrastruktur pendukung juga harus tersedia. PLN tidak bisa melakukannya sendirian, sehingga kami sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan seluruh mitra terkait percepatan transisi energi di sektor transportasi ini,” tutur Darmawan.
Hal itu menunjukkan, bahwa masyarakat semakin percaya diri untuk memiliki dan mengendari mobil listrik. “Jumlah SPKLU sudah ribuan. Kami saja bekerjasama dengan PLN mengembangkan 600 SPKLU. Jika digabung dengan SPKLU PLN maka jumlahnya ribuan dari ujung barat Jawa hingga ujung Timur. Sehingga masyarakat tak lagi khawatir kehabisan daya baterai mobilnya,”tutur Frans.
Dia mengatakan, tahun ini penjualan mobil listrik diproyeksikan mencapai 30 ribu unit. Melesat digandingkan tahun lalu yang mencapai 11.500 an unit. ‘Kami yakin dengan kuatnya infrastruktur, penggunaan mobil listrik akan terus meningkat,”katanya,
Frans mengapresiasi dukungan penuh PLN dalam mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik di tanah air. Ekosistem EV tidak bisa berjalan tanpa keberadaan listrik maupun charging station.Dengan dukungan kelistrikan PLN, Hyundai Motors Indonesia siap berkolaborasi dengan PLN menambah penyediaan hingga 1.500 charging unit yang tersebar di 1.000 titik lokasi.
Memacu Investasi dan Penggunaan Energi Bersih
Masifnya pembangunan infrastruktur kendaraan listrik oleh PLN memantik bergairahnya investasi di ekosistem kendaraan listrik. Industri pendukung pun agresif. Pengembangan ekosistem baterai dan kendaraan listrik terus melonjak meliputi industri pabrik sel baterai untuk kendaraan listrik senilai USD3,2 miliar (Rp51,2 triliun) yang akan menyerap 2.800 tenaga kerja, di mana dalam fase pertama memiliki kapasitas produksi 10GWh dengan nilai investasi USD1,2 miliar (Rp19,2 triliun). Investasi lainnya yaitu pak baterai (battery pack) senilai USD42,12 juta (Rp674,32 miliar) dan produksi kendaraan listrik USD1,22 miliar (Rp19,52 triliun).
Senior Researcher Kelompok Keilmuan Teknik Ketenaga Listrikan Institut Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi menilai, ketersedian ribuann SPKLU memicu pabrikan-pabrikan mobil listrik untuk hadir di Indonesia. “Varian mobil listrik kii mulai dari yang murah hingga yang mahal ada. Pabrikan asal China seperti Wuling, BYD, Cherry terlihat agresif karena minat masyarakat menggunakan mobil listrik semakin tinggi,”ucapnya. Dengan biaya mobilitas yang lebih murah dan kemudahan dalam mengisi daya, kata Agus, mobil listrik kian menjadi primadona. “Di Jakarta bebas ganjil genap. Karenanya banyak masyarakat yang tak lagi memiliki banyak mobil. Ini tentu akan berkontribusi terhadap lingkungan,”katanya.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, pemilik mobil listrik kini semakin mudah mengisi daya. “Bisa dilakukan di rumah, di kota besar seperti Jakarta sangat mudah (mengisi daya),”paparnya.
Menurut Kukuh, teknologi mobil listrik akan terus berkembang. Terlebih perusahaan asal China mampu menyodorkan kendaraan dengan harga murah. ‘Produksi China mencapai 30 juta unit per tahun. Indonesia salah satu pasarnya,”tukasnya.
PLN sendiri, terus menggenjot pembangunan SPKLU. Selain berkontribusi terhadap ekosistem kendaraan listrik, pembangunan SPKLU itu juga untuk medorong penggunaan energi bersih. Hingga semester I tahun 2024, tercatat sudah tersedia 1.582 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang tersebar di 1.131 lokasi di seluruh Indonesia. Juga 2.182 Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU), 9.956 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan 14.524 Home Charging yang digunakan untuk pengisian daya kendaraan listrik.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN berkomitmen mendukung akselerasi ekosistem kendaraan listrik dengan terus menambah charging station yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Hingga semester I tahun 2024 jumlah penggunaan listrik SPKLU juga mengalami pertumbuhan ditandai dengan konsumsi listrik yang meningkat sebesar 229% menjadi lebih dari 2.438,8 megawatt hour (MWh) dari sebelumnya sebesar 741,8 MWh di semester I tahun 2023.
“Dengan pertumbuhan EV yang semakin masif, tentu saja infrastruktur pendukung juga harus tersedia. PLN tidak bisa melakukannya sendirian, sehingga kami sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan seluruh mitra terkait percepatan transisi energi di sektor transportasi ini,” tutur Darmawan.