Rupiah Tembus Rp15.862, Terdampak Inflasi AS dan Stimulus China

Kamis, 14 November 2024 - 16:55 WIB
loading...
Rupiah Tembus Rp15.862,...
Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (14/11/2024). FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup melemah 78 poin atau 0,49 persen ke level Rp15.862 per USD setelah sebelumnya juga depresiasi.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah juga disebabkan sentimen eksternal seperti tanda-tanda inflasi AS yang kuat memicu ketidakpastian atas pemotongan suku bunga di masa mendatang, sementara investor menunggu lebih banyak langkah stimulus di China.

"Data inflasi indeks harga konsumen AS terbaca sesuai dengan ekspektasi untuk bulan Oktober, tetapi masih menunjukkan inflasi tetap kuat," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (14/11/2024).



Sementara, pembacaan tersebut masih memacu taruhan pada pemotongan suku bunga Desember oleh Federal Reserve, prospek suku bunga jangka panjang menjadi lebih tidak pasti, terutama dalam menghadapi kebijakan yang berpotensi inflasi di bawah Trump.

Pasar sekarang menunggu pidato Ketua Fed Jerome Powell untuk isyarat lebih lanjut tentang kebijakan moneter. Fed telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin minggu lalu, dan menegaskan kembali pendekatannya yang didorong data untuk pelonggaran di masa mendatang.

Pasar lokal menanggung beberapa kerugian setelah putaran terakhir langkah-langkah fiskal Beijing sebagian besar mengecewakan, dengan investor menunggu langkah-langkah yang lebih terarah yang ditujukan untuk mendukung belanja swasta dan pasar properti.

Bank Rakyat China diperkirakan akan memutuskan suku bunga acuan pinjamannya minggu depan, meskipun analis tidak yakin atas pemotongan lebih lanjut, setelah PBOC memangkas suku bunga lebih dari yang diharapkan pada bulan Oktober. Beijing diperkirakan akan menguraikan lebih banyak langkah stimulus selama dua pertemuan politik utama pada bulan Desember.



Sedangkan dari sentimen internal, ekonom menilai rencana Presiden Prabowo Subianto untuk mengubah kebijakan subsidi bahan bakar minyak menjadi bantuan langsung tunai (BLT) lebih tepat sasaran dan sudah baik. Ada sejumlah indikator yang membuat kebijakan itu cocok diterapkan mulai saat ini.

Dari sisi faktor harga minyak mentah dunia saat ini sedang mengalami pelemahan di bawah asumsi APBN. Di samping tekanan inflasi yang melandai, minyak mentah dunia terjadi over supply akibat menurunnya impor minyak mentah dari Tiongkok akibat melemah ekonominya.

Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup melemah di rentang Rp15.850 - Rp15.950 per USD.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1608 seconds (0.1#10.140)