Infrastruktur Kendaraan Listrik Harus Jadi Perhatian Pemerintah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penggunaan kendaraan listrik diyakini merupakan solusi untuk mengurangi dampak polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil. Untuk itu, pemerintah diminta harus memperhatikan faktor kesiapan infrastruktur pengisian daya listrik.
“Menurut saya, kalau hanya melihat dari rencana PLN saja, sangat tidak mencukupi untuk bisa mencapai target penjualan kendaraan listrik sebesar 20% pada tahun 2025,” ujar Clean Energy Specialist & Idoan Marciano, Energy and Electric Vehicles Technology Specialist, Institute for Essential Services Reform (IESR) Julius C Adiatma dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin. (Baca: Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia)
Dia mengatakan, lembaganya menghitung bahwa idealnya pada 2025 sudah tersedia sedikitnya 100.000 unit stasiun pengisian daya listrik umum (SPLU) di seluruh Indonesia. SPLU ini sangat penting untuk menyukseskan penggunaan kendaraan listrik.
“Kita bisa melihat dari studi-studi lain yang ada, untuk konteks Indonesia, sektor transportasi ini kontribusinya sangat signifikan, mencapai sekitar 70–80% dari polusi udara di daerah perkotaan. Ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kualitas udara yang buruk ini mengakibatkan berkurangnya rata-rata usia harapan hidup di Indonesia sepanjang 1,2 tahun,” kata Julius. (Baca juga: Pertanyakan BLT, Warga Aceh Utara Luka Parah Dibacok Kepala Desa)
Menurut Julius, kualitas bahan bakar di Indonesia sangat tidak baik. Beberapa di antaranya bahkan memiliki kandungan sulfur sangat tinggi yang polutif dan membahayakan kesehatan. Kendaraan listrik tidak akan menghasilkan polusi udara sehingga sangat cocok digunakan di daerah perkotaan di Indonesia.
“Tapi, kan tidak mungkin kita mengganti semua kendaraan yang ada saat ini dengan kendaraan listrik dalam semalam. Jadi, sepanjang proses peralihan itu, yang bisa memakan waktu belasan hingga puluhan tahun, pemerintah harus berani menerapkan aturan kualitas bahan bakar itu,” katanya.
Menurut Julius, langkah PT Transjakarta yang memulai uji coba bus listrik di ibu kota dalam mengurangi polusi udara itu sangat baik. “Inisiatif yang dilakukan Transjakarta ini sangat positif dan harus kita berikan apresiasi,” katanya. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tak Dikenal)
Dia berharap pemerintah bisa mempercepat proses perizinan untuk tipe dan merek bus yang lain supaya bisa dipakai uji coba. “Jadi ada perbandingan beberapa merek bus listrik karena masing-masing pasti performanya berbeda-beda,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) sedang melakukan uji coba bus listrik rute Balai Kota–Blok M dengan mengangkut pelanggan selama tiga bulan sejak pekan pertama bulan Juli lalu. (Rakhmat Baihaqi)
“Menurut saya, kalau hanya melihat dari rencana PLN saja, sangat tidak mencukupi untuk bisa mencapai target penjualan kendaraan listrik sebesar 20% pada tahun 2025,” ujar Clean Energy Specialist & Idoan Marciano, Energy and Electric Vehicles Technology Specialist, Institute for Essential Services Reform (IESR) Julius C Adiatma dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin. (Baca: Dokter Yunani Ungkap Rahasia Vaksin Covid-19 Buatan Rusia)
Dia mengatakan, lembaganya menghitung bahwa idealnya pada 2025 sudah tersedia sedikitnya 100.000 unit stasiun pengisian daya listrik umum (SPLU) di seluruh Indonesia. SPLU ini sangat penting untuk menyukseskan penggunaan kendaraan listrik.
“Kita bisa melihat dari studi-studi lain yang ada, untuk konteks Indonesia, sektor transportasi ini kontribusinya sangat signifikan, mencapai sekitar 70–80% dari polusi udara di daerah perkotaan. Ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kualitas udara yang buruk ini mengakibatkan berkurangnya rata-rata usia harapan hidup di Indonesia sepanjang 1,2 tahun,” kata Julius. (Baca juga: Pertanyakan BLT, Warga Aceh Utara Luka Parah Dibacok Kepala Desa)
Menurut Julius, kualitas bahan bakar di Indonesia sangat tidak baik. Beberapa di antaranya bahkan memiliki kandungan sulfur sangat tinggi yang polutif dan membahayakan kesehatan. Kendaraan listrik tidak akan menghasilkan polusi udara sehingga sangat cocok digunakan di daerah perkotaan di Indonesia.
“Tapi, kan tidak mungkin kita mengganti semua kendaraan yang ada saat ini dengan kendaraan listrik dalam semalam. Jadi, sepanjang proses peralihan itu, yang bisa memakan waktu belasan hingga puluhan tahun, pemerintah harus berani menerapkan aturan kualitas bahan bakar itu,” katanya.
Menurut Julius, langkah PT Transjakarta yang memulai uji coba bus listrik di ibu kota dalam mengurangi polusi udara itu sangat baik. “Inisiatif yang dilakukan Transjakarta ini sangat positif dan harus kita berikan apresiasi,” katanya. (Lihat videonya: Polsek Ciracas Dibakar Gerombolan Orang Tak Dikenal)
Dia berharap pemerintah bisa mempercepat proses perizinan untuk tipe dan merek bus yang lain supaya bisa dipakai uji coba. “Jadi ada perbandingan beberapa merek bus listrik karena masing-masing pasti performanya berbeda-beda,” katanya.
Seperti diketahui, saat ini PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) sedang melakukan uji coba bus listrik rute Balai Kota–Blok M dengan mengangkut pelanggan selama tiga bulan sejak pekan pertama bulan Juli lalu. (Rakhmat Baihaqi)
(ysw)