Indonesia Temukan Varietas Sawit dengan Potensi Produksi CPO Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III resmi merilis NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2, varietas kultur jaringan kelapa sawit yang memiliki potensi produktivitas crude palm oil (CPO) sangat tinggi yang mencapai 12 ton per hektare per tahun.
Potensi produktivitas CPO varietas NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2, sekitar 30% hingga 40% lebih tinggi dibanding rata-rata varietas yang beredar saat ini yang berkisar 7-8 ton per hektare per tahun. Capaian itu menjadi potensi besar peningkatan produktivitas CPO, bahkan tanpa ekstensifikasi lahan yang tentu berdampak pada visi ketahanan pangan Indonesia.
Direktur Utama PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani mengatakan, bahwa keberadaan NUSAKlon menjadi jawaban akan program pemerintah dalam mewujudkan food and energy security lantaran produktivitasnya jauh lebih tinggi dan berbuahnya juga jauh lebih cepat.
"Buahnya pun memiliki daging tebal dan potensi rendemen tinggi sehingga potensi produktivitas CPOnya bisa sampai 12 ton. Ini akan menjadi salah satu solusi untuk Indonesia di masa mendatang dalam mewujudkan ketahanan energi dan pangan," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/12) di Jakarta.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN RI, Aminuddin Ma’ruf yang menyaksikan peluncuran Nusaklon 1 dan Nusaklon 2 menyatakan bahwa keberadaan varietas ini akan kian memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama CPO global.
Selain mampu menghasilkan produktivitas CPO yang tinggi, NUSAKlon turut memiliki ragam keunggulan lainnya, mulai dari pertumbuhan vegetatif yang seragam, persentase potensi rendemen yang tinggi, hingga kualitas kandungan minyak, baik oleat, karoten, vitamin dan skualena yang lebih baik.
"Semoga NUSAKlon mampu meningkatkan produktivitas CPO Indonesia sehingga program pemerintah dalam kemandirian pangan dapat kita wujudkan dalam tempo singkat," kata Aminuddin.
Sementara itu Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa turut menjelaska, NUSAKlon yang mulai dikembangkan sejak 2009 mulai dilakukan pengujian lapangan sejak 2016 di Kebun Benih Kelapa Sawit Adolina yang dikelola oleh PTPN IV melalui Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PPKS.
Hasil penelitian dan pengembangan yang berlangsung secara berkelanjutan selama 18 tahun itu pun berhasil mendapatkan varietas yang akan mengubah wajah perkebunan sawit Indonesia di masa mendatang.
"Varietas ini bahkan punya pelepah yang lebih pendek, sehingga potensi untuk jumlah tanam per hektar tentu juga meningkat. Insya Allah, dengan NUSAKlon, program B100 bukan lagi mimpi," tutur Jatmiko.
Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara, dr. Iman Yani Harahap mengatakan, perjuangan para peneliti dan pemulia tanaman terjawab dengan peluncuran varietas NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2. Para peneliti berjuang karena dari 12 ton CPO per hektare dari dua varietas yang rilis ini menjadi kebutuhan ke depan.
"Untuk ketahanan pangan dan energi ini bisa kita wujudkan dengan seluruh stakeholder di industri kelapa sawit baik perkebunan rakyat perkebunan negara maupun di swasta," kata Iman.
Potensi produktivitas CPO varietas NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2, sekitar 30% hingga 40% lebih tinggi dibanding rata-rata varietas yang beredar saat ini yang berkisar 7-8 ton per hektare per tahun. Capaian itu menjadi potensi besar peningkatan produktivitas CPO, bahkan tanpa ekstensifikasi lahan yang tentu berdampak pada visi ketahanan pangan Indonesia.
Direktur Utama PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani mengatakan, bahwa keberadaan NUSAKlon menjadi jawaban akan program pemerintah dalam mewujudkan food and energy security lantaran produktivitasnya jauh lebih tinggi dan berbuahnya juga jauh lebih cepat.
"Buahnya pun memiliki daging tebal dan potensi rendemen tinggi sehingga potensi produktivitas CPOnya bisa sampai 12 ton. Ini akan menjadi salah satu solusi untuk Indonesia di masa mendatang dalam mewujudkan ketahanan energi dan pangan," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/12) di Jakarta.
Hal senada disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN RI, Aminuddin Ma’ruf yang menyaksikan peluncuran Nusaklon 1 dan Nusaklon 2 menyatakan bahwa keberadaan varietas ini akan kian memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen utama CPO global.
Selain mampu menghasilkan produktivitas CPO yang tinggi, NUSAKlon turut memiliki ragam keunggulan lainnya, mulai dari pertumbuhan vegetatif yang seragam, persentase potensi rendemen yang tinggi, hingga kualitas kandungan minyak, baik oleat, karoten, vitamin dan skualena yang lebih baik.
"Semoga NUSAKlon mampu meningkatkan produktivitas CPO Indonesia sehingga program pemerintah dalam kemandirian pangan dapat kita wujudkan dalam tempo singkat," kata Aminuddin.
Sementara itu Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa turut menjelaska, NUSAKlon yang mulai dikembangkan sejak 2009 mulai dilakukan pengujian lapangan sejak 2016 di Kebun Benih Kelapa Sawit Adolina yang dikelola oleh PTPN IV melalui Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PPKS.
Hasil penelitian dan pengembangan yang berlangsung secara berkelanjutan selama 18 tahun itu pun berhasil mendapatkan varietas yang akan mengubah wajah perkebunan sawit Indonesia di masa mendatang.
"Varietas ini bahkan punya pelepah yang lebih pendek, sehingga potensi untuk jumlah tanam per hektar tentu juga meningkat. Insya Allah, dengan NUSAKlon, program B100 bukan lagi mimpi," tutur Jatmiko.
Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara, dr. Iman Yani Harahap mengatakan, perjuangan para peneliti dan pemulia tanaman terjawab dengan peluncuran varietas NUSAKlon 1 dan NUSAKlon 2. Para peneliti berjuang karena dari 12 ton CPO per hektare dari dua varietas yang rilis ini menjadi kebutuhan ke depan.
"Untuk ketahanan pangan dan energi ini bisa kita wujudkan dengan seluruh stakeholder di industri kelapa sawit baik perkebunan rakyat perkebunan negara maupun di swasta," kata Iman.
(akr)