3 Pengusaha Mi Instan Terkaya Indonesia di 2024, Jawaranya Bos Indomie Berharta Rp204,6 T
loading...
A
A
A
Produk mi instan Sarimi menjadi pendatang baru dan bersaing dengan Supermie dan Indomie saat itu yang lebih dulu hadir. Singkat cerita, kemudian Sarimi dalam setahun menguasai 40% pasar dengan harga yang lebih terjangkau.
Keperkasaan Salim Group kemudian melahirkan perkawinan antara Indomie dan Sarimi, yang pada akhirnya perusahaan patungan itu juga mencaplok brand terkenal lain, Supermi pada 1986. Hingga dalam perjalannya PT Indofood Interna dikuasai Salim Group hingga mendominasi pasar mi instan dengan 3 merek, terutama Indomie yang paling dikenal masyarakat.
Anthoni Salim saat ini mengepalai Grup Salim, dengan beragam investasi seperti di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Salim juga menjabat sebagai CEO Indofood, salah satu pembuat mi instan terbesar di dunia.
Harta kekayaan itu diperoleh dari Mayora Group yang merupakan salah satu produsen mi instan dengan beragam produk inovatif, seperti Bakmi Mewah dan Mi Gelas. Dahulu mereka juga memproduksi Miduo yang dikenal sebagai pelopor dua keping mi dalam satu kemasan pada 1995, dan mi instan dengan merek Roma.
Jogi Hendra Atmadja adalah bos grup Mayora, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia yang menjual kopi, sereal, permen, biskuit dan banyak lagi. Grup Mayora mempunyai beragam brand, termasuk Kopiko, Danisa dan Roma, serta sudah dipasarkan lebih dari 100 negara.
Keluarganya mulai membuat biskuit di rumah pada tahun 1948 dan secara resmi mendirikan grup Mayora pada tahun 1977. Atmadja dan keluarganya memiliki saham pengendali di Mayora Indah yang diperdagangkan secara publik, yang menjadi perusahaan andalan di grup tersebut.
Sekarang dikelola dan dimiliki oleh Husain dan dua saudara lelakinya, kelompok ini dikenal dengan produk makanan dan minumannya. Husain dan adiknya Pudjiono mengelola Grup ABC, yang membuat baterai ABC, minuman energi Kratingdaeng, dan minuman kesehatan ANDA.
Saudaranya Hamid mengelola kelompok barang-barang konsumennya, yang memperkenalkan merek-merek baru seperti teh rasa Vit-Amin, wafer Chizmill dan minuman herbal Jagak.
Keperkasaan Salim Group kemudian melahirkan perkawinan antara Indomie dan Sarimi, yang pada akhirnya perusahaan patungan itu juga mencaplok brand terkenal lain, Supermi pada 1986. Hingga dalam perjalannya PT Indofood Interna dikuasai Salim Group hingga mendominasi pasar mi instan dengan 3 merek, terutama Indomie yang paling dikenal masyarakat.
Anthoni Salim saat ini mengepalai Grup Salim, dengan beragam investasi seperti di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Salim juga menjabat sebagai CEO Indofood, salah satu pembuat mi instan terbesar di dunia.
2. Jogi Hendra Atmadja & family
Pengusaha dan pemilik kelompok usaha Mayora Group, Jogi Hendra Atmadja adalah orang terkaya nomor 11 di Indonesia per akhir tahun 2024 berdasarkan perhitungan Forbes. Nilai kekayaan Jogi Hendra mencapai USD4,4 miliar atau setara Rp70,3 triliun.Harta kekayaan itu diperoleh dari Mayora Group yang merupakan salah satu produsen mi instan dengan beragam produk inovatif, seperti Bakmi Mewah dan Mi Gelas. Dahulu mereka juga memproduksi Miduo yang dikenal sebagai pelopor dua keping mi dalam satu kemasan pada 1995, dan mi instan dengan merek Roma.
Jogi Hendra Atmadja adalah bos grup Mayora, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia yang menjual kopi, sereal, permen, biskuit dan banyak lagi. Grup Mayora mempunyai beragam brand, termasuk Kopiko, Danisa dan Roma, serta sudah dipasarkan lebih dari 100 negara.
Keluarganya mulai membuat biskuit di rumah pada tahun 1948 dan secara resmi mendirikan grup Mayora pada tahun 1977. Atmadja dan keluarganya memiliki saham pengendali di Mayora Indah yang diperdagangkan secara publik, yang menjadi perusahaan andalan di grup tersebut.
3. Husain Djojonegoro & family
Husain memiliki kekayaan USD1,33 miliar atau setara dengan Rp21,2 triliun. Ia merupakan orang terkaya di Indonesia pada posisi ke-40 pada tahun 2024 versi Forbes. Almarhum ayah Husain Djojonegoro, Chandra dan pamannya, Chu Sok Sam, memulai Orang Tua Group pada tahun 1948 dengan menjual anggur herbal.Baca Juga
Sekarang dikelola dan dimiliki oleh Husain dan dua saudara lelakinya, kelompok ini dikenal dengan produk makanan dan minumannya. Husain dan adiknya Pudjiono mengelola Grup ABC, yang membuat baterai ABC, minuman energi Kratingdaeng, dan minuman kesehatan ANDA.
Saudaranya Hamid mengelola kelompok barang-barang konsumennya, yang memperkenalkan merek-merek baru seperti teh rasa Vit-Amin, wafer Chizmill dan minuman herbal Jagak.