Mendag Akui Ada Pasar Rakyat yang Tutup Imbas Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menerangkan dampak penyebaran virus corona sangat berpengaruh kuat terhadap ekonomi masyarakat, baik daya beli yang menurun maupun para pedagang pasar rakyat dan ritel yang melemah transaksi penjualannya.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan pandemi corona tidak hanya memukul omset pedagang, tapi lebih jauh lagi, yaitu berimbas pada terancamnya nasib para pedagang di pasar. Ada beberapa pasar rakyat yang terpaksa tutup sehingga membuat para pedagang berhenti berjualan. Ini berdampak ganda kepada petani, nelayan, peternak dan industri kecil untuk menyalurkan barang hasil dagangannya.
"Pandemi Covid-19 ini membuat jumlah pembeli yang datang ke pasar turun drastis bahkan ada pasar rakyat yang tutup," kata Agus di Jakarta, Minggu (3/5/2020).
Dia mengatakan berdasarkan laporan sementara, dari 285 Kabupaten dan Kota, terjadi penurunan jumlah pedagang di pasar rakyat dengan rata-rata sebesar 29%. Penurunan juga terjadi pada omset pedagang sebesar rata-rata 39% sebagai imbas dari sepinya pembeli selama Covid-19 di Indonesia.
"Nasib serupa juga dirasakan pelaku usaha ritel yang omsetnya turun 90% dan penurunan pasokan barang sebesar 50%. Sehingga dampak lebih luasnya lagi, para pedagang akan mengalami penurunan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai kewajibannya, seperti pembayaran pajak, sewa, listrik dan gas, cicilan pinjaman, maupun gaji pegawai," katanya.
Sebagai informasi, data Biro Pusat Statistik tahun 2019, jumlah Pasar Rakyat di Indonesia tercatat 15.657 unit dengan jumlah pedagang sebanyak 2.818.260. Dalam tahun anggaran 2015–2019 melalui Program Nawacita Presiden Jokowi, Kementerian Perdagangan telah melakukan Pembangunan/Revitalisasi Pasar Rakyat sebanyak 5.248 unit yang didanai dari Dana Tugas Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus.
Pencapaian tersebut telah melampaui target Program Nawacita sebanyak 5.000 unit Pasar Rakyat. Program ini akan tetap berlanjut pada periode 2020–2024 ini.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan pandemi corona tidak hanya memukul omset pedagang, tapi lebih jauh lagi, yaitu berimbas pada terancamnya nasib para pedagang di pasar. Ada beberapa pasar rakyat yang terpaksa tutup sehingga membuat para pedagang berhenti berjualan. Ini berdampak ganda kepada petani, nelayan, peternak dan industri kecil untuk menyalurkan barang hasil dagangannya.
"Pandemi Covid-19 ini membuat jumlah pembeli yang datang ke pasar turun drastis bahkan ada pasar rakyat yang tutup," kata Agus di Jakarta, Minggu (3/5/2020).
Dia mengatakan berdasarkan laporan sementara, dari 285 Kabupaten dan Kota, terjadi penurunan jumlah pedagang di pasar rakyat dengan rata-rata sebesar 29%. Penurunan juga terjadi pada omset pedagang sebesar rata-rata 39% sebagai imbas dari sepinya pembeli selama Covid-19 di Indonesia.
"Nasib serupa juga dirasakan pelaku usaha ritel yang omsetnya turun 90% dan penurunan pasokan barang sebesar 50%. Sehingga dampak lebih luasnya lagi, para pedagang akan mengalami penurunan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai kewajibannya, seperti pembayaran pajak, sewa, listrik dan gas, cicilan pinjaman, maupun gaji pegawai," katanya.
Sebagai informasi, data Biro Pusat Statistik tahun 2019, jumlah Pasar Rakyat di Indonesia tercatat 15.657 unit dengan jumlah pedagang sebanyak 2.818.260. Dalam tahun anggaran 2015–2019 melalui Program Nawacita Presiden Jokowi, Kementerian Perdagangan telah melakukan Pembangunan/Revitalisasi Pasar Rakyat sebanyak 5.248 unit yang didanai dari Dana Tugas Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus.
Pencapaian tersebut telah melampaui target Program Nawacita sebanyak 5.000 unit Pasar Rakyat. Program ini akan tetap berlanjut pada periode 2020–2024 ini.
(bon)