Jokowi Pede Banget Indonesia Tidak Resesi, Ekonom: Jangan Halu, Pak!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis peluang ekonomi RI tidak terperosok ke jurang resesi pada kuartal III/2020 masih cukup besar. Optimisme Jokowi tersebut diucapkan saat rapat terbatas terkait Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Negara hari ini.
Mantan gubernur DKI itu juga bilang pentingnya terus mengungkit daya beli agar tidak masuk jurang resesi. Menanggapi hal tersebut, peneliti Indef, Nailul Huda menilai, presiden Jokowi hingga saat ini masih halu (halusinasi) bahwa Indonesia tidak akan kena resesi ekonomi di kuartal III. (Baca: Jokowi: Ungkit Terus Daya Beli Biar Nggak Masuk Jurang Resesi )
"Jika perhitungannya tidak dimanipulasi, saya sangat yakin kita menghadapi resesi di kuartal III ini," kata Huda saat dihubungi di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Menurut Huda, optimisme Jokowi ini berdasarkan daya beli. Padahal, kata dia, saat ini bisa dilihat daya beli masyarakat sangat terpuruk. "Kita tahu sendiri pengangguran juga naik akibat berhentinya produksi," tukasnya.
Akibat terhentinya produksi, banyak yang kehilangan penghasilan. "Jika tidak ada penghasilan, darimana mereka konsumsi?. Terlebih bantuan-bantuan juga tidak masif, ala kadarnya, dan cenderung asal-asalan," tuturnya.
Dia menyontohkan program kartu Prakerja dimana pemerintah menyebut sudah 22 juta orang yang mendaftar namun yang diterima hanya 5,6 juta atau 25 persen saja.
"Padahal jika semuanya diberikan dalam bentuk bantuan langsung tunai saya yakin jumlah penerimanya bisa mencapai 10 juta (50 persen)," beber dia. (Baca juga: Pak Jokowi! BLT Karyawan Nggak Efektif Dongkrak Ekonomi )
Selain itu, imbuh Huda, orang yang masih memiliki penghasilan saat ini juga cenderung mengerem atau tidak berani ke luar untuk berbelanja, ke mal, ataupun makan di restoran, apabila penanganan pandemi dari sisi kesehatan masih amburadul. "Mereka akan cenderung menahan belanjanya. Jadi menurut saya Pak Jokowi diberikan input yang salah dan cenderung halu," cetus Huda.
Mantan gubernur DKI itu juga bilang pentingnya terus mengungkit daya beli agar tidak masuk jurang resesi. Menanggapi hal tersebut, peneliti Indef, Nailul Huda menilai, presiden Jokowi hingga saat ini masih halu (halusinasi) bahwa Indonesia tidak akan kena resesi ekonomi di kuartal III. (Baca: Jokowi: Ungkit Terus Daya Beli Biar Nggak Masuk Jurang Resesi )
"Jika perhitungannya tidak dimanipulasi, saya sangat yakin kita menghadapi resesi di kuartal III ini," kata Huda saat dihubungi di Jakarta, Senin (14/9/2020).
Menurut Huda, optimisme Jokowi ini berdasarkan daya beli. Padahal, kata dia, saat ini bisa dilihat daya beli masyarakat sangat terpuruk. "Kita tahu sendiri pengangguran juga naik akibat berhentinya produksi," tukasnya.
Akibat terhentinya produksi, banyak yang kehilangan penghasilan. "Jika tidak ada penghasilan, darimana mereka konsumsi?. Terlebih bantuan-bantuan juga tidak masif, ala kadarnya, dan cenderung asal-asalan," tuturnya.
Dia menyontohkan program kartu Prakerja dimana pemerintah menyebut sudah 22 juta orang yang mendaftar namun yang diterima hanya 5,6 juta atau 25 persen saja.
"Padahal jika semuanya diberikan dalam bentuk bantuan langsung tunai saya yakin jumlah penerimanya bisa mencapai 10 juta (50 persen)," beber dia. (Baca juga: Pak Jokowi! BLT Karyawan Nggak Efektif Dongkrak Ekonomi )
Selain itu, imbuh Huda, orang yang masih memiliki penghasilan saat ini juga cenderung mengerem atau tidak berani ke luar untuk berbelanja, ke mal, ataupun makan di restoran, apabila penanganan pandemi dari sisi kesehatan masih amburadul. "Mereka akan cenderung menahan belanjanya. Jadi menurut saya Pak Jokowi diberikan input yang salah dan cenderung halu," cetus Huda.
(ind)