Canggih! Digitalisasi Labuan Bajo, Turis Wajib Daftar Online dan CCTV Dipasang di Berbagai Penjuru

Selasa, 15 September 2020 - 07:35 WIB
loading...
Canggih! Digitalisasi...
Perkuat keamanan dan kenyamanan, pengunjung Taman Nasional (TN) Komodo harus melakukan registrasi online. Foto/Dok Kemenparekraf
A A A
JAKARTA - Labuan Bajo yang tengah dikembangkan pemerintah menjadi destinasi premium terus berbenah dengan memperkuat aspek digitalisasi dan keamanan yang berstandar internasional.

Penguatan sistem digital tersebut diantaranya penerapan sistem registrasi online bagi turis atau calon pengunjung Taman Nasional (TN) Komodo sebagai ekowisata unggulan di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Shana Fatina mengatakan, penerapan registrasi online bagi calon wisatawan yang akan berkunjung ke Labuan Bajo khususnya TN Komodo tidak hanya berkaitan erat dengan carrying capacity dalam mewujudkan konsep pengelolaan destinasi premium, tapi juga bagian penerapan sistem keamanan dan keselamatan yang baik. (Baca juga: Imbas PSBB Jakarta, Disparbud KBB Pantau Wisatawan yang Berlibur ke Lembang )

Hal itu bertujuan agar kelestarian TN Komodo terjaga sebagai wilayah konservasi nasional tanpa menghilangkan kesempatan bagi wisatawan untuk tetap berkunjung dengan rasa aman dan nyaman sehingga benar-benar mendapat pengalaman pariwisata yang berkualitas.

"Registrasi online ini juga akan mendukung penguatan safety and security yang menjadi faktor penting dalam dunia pariwisata juga ekonomi kreatif terutama di era adaptasi kebiasaan baru saat ini," ujarnya dalam siaran pers, Senin (14/9/2020).

Dia melanjutkan, registrasi online, dengan wilayah konservasi dari TN Komodo sebagai dasar, nantinya sebagai wujud pembangunan sistem digital pariwisata terpadu yang terintegrasi dalam satu big data.

Menurut Shana, sistem digital pariwisata ini diharapkan akan menjadi rumah bagi pariwisata Flores dan NTT secara keseluruhan. Sistem ini dimaksudkan selain untuk mendata identitas para pengunjung yang datang dan melacak riwayat perjalanan para pengunjung, juga memperkuat penerapan tatanan normal baru di sektor pariwisata.

"Dengan sistem itu ketika ada keadaan darurat kami terbantu sekali. Dulu kalau ada kecelakaan kapal, atau kecelakaan diving kita kesulitan mencari tahu siapa operatornya mereka laporannya kemana. Dengan sistem registrasi online ini dan dikombinasikan dengan konsep panic button dari Kemenparekraf akan lebih mudah orang memberi sinyal saat kondisi darurat dan akan langsung terhubung ke instansi yang terkait," tuturnya. (Baca juga: Bali Jadi Pembuka Gelaran ICTM, Kemenparekraf Pastikan Penerapan Protokol Kesehatan )

Shana menjelaskan, simulasi terhadap kondisi darurat tersebut awalnya akan disimulasikan pada April 2020 namun tertunda akibat kondisi pandemi Covid-19.

Meski demikian, pihaknya bersama pihak-pihak terkait telah menyusun action plan untuk di lapangan dan dalam waktu dekat akan mengaplikasikan modul pertama di lapangan dengan pengoperasian command center dan bertahap dengan berbagai fasilitas pendukung pada tahun depan. "Kami akan pasang CCTV di titik keramaian dan ditargetkan selesai sebelum G20 di akhir 2022 dengan standar internasional," ungkapnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1693 seconds (0.1#10.140)