Efisiensi Proyek Pipa Minyak Rokan, Bisnis PGN Dinilai Bakal Lebih Kuat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dimulainya pembangunan proyek pipa minyak menuju wilayah kerja Rokan diharapkan menjadi momentum bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk meningkatkan efisiensi di proyek-proyek infrastruktur lainnya.
Keberhasilan PGN memangkas biaya proyek pipa Rokan hingga senilai USD150 juta atau sekitar Rp2,1 triliun dinilai sebagai bukti bahwa ruang efisiensi di proyek infrastruktur migas masih terbuka lebar.
"Kemampuan PGN untuk memangkas biaya pembangunan infrastruktur pipa ke blok Rokan adalah prestasi luar biasa dan bisa memperkuat bisnis perseroan. Selama ini kita belum pernah mendengar pembangunan infrastruktur pipa bisa dihemat hingga sebesar itu," ujar Analis Finvesol Consulting Indonesia Fendi Susiyanto, di Jakarta, kemarin. (Baca: Kasus Corona terus Meningkat, Penerapan PSBB Dinilai Pilihan Tepat)
Fendi menjelaskan, dalam situasi pandemi Covid-19 ini konsumsi energi cenderung menurun, termasuk gas bumi. Meski demikian, sebagai pionir pembangunan infrastruktur pipa, PGN bisa mengoptimalkan meningkatnya kebutuhan energi di masa depan dengan membangun proyek-proyek infrastruktur yang lebih efisien. Apalagi, sebagai bagian dari PT Pertamina, PGN memiliki potensi pasar yang riil dan besar.
"Sinergi dengan Pertamina seperti yang dilakukan dengan membangun pipa ke Rokan bukti adanya peluang itu. Jika efisiensi bisa dilakukan di proyek-proyek lain, tentunya akan memberikan value besar bagi bisnis PGN di masa depan," kata Fendi.
Direktur Utama PGN Suko Hartono mengungkapkan biaya pembangunan proyek pipa minyak ke blok Rokan berhasil dipangkas dari semula USD450 juta menjadi USD300 juta. Efisiensi biaya ini diperoleh dari optimasi dari tahapan penetapan Final Investment Decision (FID) dan proses procurement.
"Hal ini merupakan upaya bersama dewan pengawas dan manajemen PGN dalam mengawal proyek pipanisasi minyak Rokan Hulu dapat berjalan efektif dan efisien di tengah tantangan ekonomi global dan pandemi," kata Suko.
Rabu (9/9/2020), PT Pertagas, anak usaha PGN, telah memulai pembangunan pipa minyak sepanjang kurang lebih 360 kilometer dengan diameter 4-24 inch. Proyek yang ditargetkan rampung pada tahun 2021 melalui lima Kabupaten di Riau, yaitu Kabupaten Dumai, Bengkalis, Siak, Kampar, dan Rokan Hilir. First welding (pengelasan perdana) telah dilakukan di Kelurahan Kandis Kota, Kandis, Kabupaten Siak. (Baca juga: Tim Repsol Honda Suram Tanpa Marquez)
Sebelumnya di tahun 2018 Kementerian ESDM memutuskan Pertamina sebagai pengelola blok Rokan setelah memenangkan tender dengan CPI. Dalam penawarannya Pertamina setuju untuk membayar biaya bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar USD784 juta atau setara Rp11,3 triliun dan komitmen kerja pasti senilai USD500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun.
Pengelolaan Pertamina di Blok Rokan tersebut juga menandai berakhirnya pengelolaan Chevron di Rokan selama lebih dari setengah abad.
Keberhasilan PGN memangkas biaya proyek pipa Rokan hingga senilai USD150 juta atau sekitar Rp2,1 triliun dinilai sebagai bukti bahwa ruang efisiensi di proyek infrastruktur migas masih terbuka lebar.
"Kemampuan PGN untuk memangkas biaya pembangunan infrastruktur pipa ke blok Rokan adalah prestasi luar biasa dan bisa memperkuat bisnis perseroan. Selama ini kita belum pernah mendengar pembangunan infrastruktur pipa bisa dihemat hingga sebesar itu," ujar Analis Finvesol Consulting Indonesia Fendi Susiyanto, di Jakarta, kemarin. (Baca: Kasus Corona terus Meningkat, Penerapan PSBB Dinilai Pilihan Tepat)
Fendi menjelaskan, dalam situasi pandemi Covid-19 ini konsumsi energi cenderung menurun, termasuk gas bumi. Meski demikian, sebagai pionir pembangunan infrastruktur pipa, PGN bisa mengoptimalkan meningkatnya kebutuhan energi di masa depan dengan membangun proyek-proyek infrastruktur yang lebih efisien. Apalagi, sebagai bagian dari PT Pertamina, PGN memiliki potensi pasar yang riil dan besar.
"Sinergi dengan Pertamina seperti yang dilakukan dengan membangun pipa ke Rokan bukti adanya peluang itu. Jika efisiensi bisa dilakukan di proyek-proyek lain, tentunya akan memberikan value besar bagi bisnis PGN di masa depan," kata Fendi.
Direktur Utama PGN Suko Hartono mengungkapkan biaya pembangunan proyek pipa minyak ke blok Rokan berhasil dipangkas dari semula USD450 juta menjadi USD300 juta. Efisiensi biaya ini diperoleh dari optimasi dari tahapan penetapan Final Investment Decision (FID) dan proses procurement.
"Hal ini merupakan upaya bersama dewan pengawas dan manajemen PGN dalam mengawal proyek pipanisasi minyak Rokan Hulu dapat berjalan efektif dan efisien di tengah tantangan ekonomi global dan pandemi," kata Suko.
Rabu (9/9/2020), PT Pertagas, anak usaha PGN, telah memulai pembangunan pipa minyak sepanjang kurang lebih 360 kilometer dengan diameter 4-24 inch. Proyek yang ditargetkan rampung pada tahun 2021 melalui lima Kabupaten di Riau, yaitu Kabupaten Dumai, Bengkalis, Siak, Kampar, dan Rokan Hilir. First welding (pengelasan perdana) telah dilakukan di Kelurahan Kandis Kota, Kandis, Kabupaten Siak. (Baca juga: Tim Repsol Honda Suram Tanpa Marquez)
Sebelumnya di tahun 2018 Kementerian ESDM memutuskan Pertamina sebagai pengelola blok Rokan setelah memenangkan tender dengan CPI. Dalam penawarannya Pertamina setuju untuk membayar biaya bonus tanda tangan (signature bonus) sebesar USD784 juta atau setara Rp11,3 triliun dan komitmen kerja pasti senilai USD500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun.
Pengelolaan Pertamina di Blok Rokan tersebut juga menandai berakhirnya pengelolaan Chevron di Rokan selama lebih dari setengah abad.