Duta Petani Milenial Jadi Magnet Generasi Milenial

Senin, 04 Mei 2020 - 21:30 WIB
loading...
Duta Petani Milenial...
Ilustrasi petani milenial. Foto/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yassin Limpo menegaskan generasi muda, atau yang biasa disebut generasi milenial, menjadi penentu kemajuan pertanian di masa depan. Estafet petani selanjutnya berada pada pundak generasi muda. Sebab, mereka mempunyai inovasi dan gagasan kreatif yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan pertanian.

Mentan SYL percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik.

"Generasi milenial adalah masa depan sektor pertanian. Generasi yang mampu memanfaatkan teknologi untuk pertanian. Dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, dunia dalam genggaman mereka," paparnya.

Pernyataan tersebut dipertegas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi. Menurutnya, keberadaan para petani milenial sangat diperlukan untuk menjadi pelopor sekaligus membuat jejaring usaha pertanian.

"Mereka (petani milenial) diharapkan mampu menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Apalagi, sudah banyak petani milenial yang kini telah menjadi pengusaha sektor pertanian dan mengembangkan usahanya dari hulu hingga hilir," ujarnya, Senin (4/5/2020).

Salah satu Duta Petani Milenial asal Semarang Shofyan Adi Cahyono adalah contohnya. Shofyan Adi Cahyono adalah sosok petani yang sukses dan menjadi magnet bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk terjun ke sektor pertanian. Seperti yang disampaikan Iswanto, Koordinator Jabatan Fungsional Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

"Bahkan sebutan Petani sekarang populer dipanjangkan menjadi Pemuda Tampan Masa Kini. Hal ini tak lepas dari kehadiran Shofyan Adi Cahyono sebagai Duta Petani Milenial yang memberi warna bagi generasi milenial Kabupaten Semarang untuk tampil mengambil peran di sektor pertanian," ujar Iswanto.

Iswanto juga menyebut contoh lahirnya petani milenial lainnya yang juga mengelola Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Tani Manunggal di Kecamatan Jambu, Hadi Suprapto.

"Saat ini, Hadi bersama anggotanya mengelola kopi mulai dari penanaman, panen, proses pembuatan jadi kopi bubuk kemasan, hingga warung kopi siap saji. Bahkan produk kopi Gunung Kelir sudah diekspor hingga Australia," ungkapnya.

Mereka juga merintis wisata edukasi proses pembuatan dan pengolahan kopi. Wisatawan bisa datang langsung ke lokasi ini untuk bersama-sama melakukan proses pengolahan dari biji kopi menjadi bubuk dan siap saji.

Ada juga nama Siwi Andriani, petani milenial yang sedang mengembangkan usaha tanaman Sri Rejeki atau yang dikenal dengan sebutan Aglaonema. Sebagai tanaman yang di nobatkan sebagai andalan Kabupaten Semarang, Aglaonema selama ini cocok dibudidayakan di wilayah Bandungan dan Ungaran serta Getasan yang berada di kaki gunung Merbabu dan Telomoyo.

Munculnya tren positif ini merupakan hasil pembinaan melalui kegiatan pelatihan, fasilitasi sarana rumah kemas dan sejumlah fasilitas lainnya. Ke depan, diharapkan lebih banyak petani milenial yang muncul dengan komoditas berbeda.
(bon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1309 seconds (0.1#10.140)