Pengamat Minta Merger BJBR dan BEKS Tidak Tergesa Gesa
loading...
A
A
A
BANDUNG - Rencana merger bank bjb (BJBR) dan Bank Banten (BEKS) diminta tidak dilakukan secara tergesa-gesa, agar aksi korporasi ini memberi manfaat bagi kedua belah pihak.
Pengamat Ekonomi Tubagus Raditya mengatakan, sebaiknya setiap pihak menahan diri untuk melakukan merger. Apalagi saat ini, bank bjb masih melakukan tahapan persiapan due diligence (uji kelayakan), yang diperkirakan memakan waktu 2 hingga 3 bulan.
"Jangan terlalu dini membicarakan proses merger, karena ini menjadi sebuah bahasa yang kurang tepat, sehingga mengganggu harga saham bank bjb. Jadi jangan dulu bicara tentang merger, kalau LOI iya betul. tahapan-tahapannya untuk keputusan merger itu masih ada 2 sampai 3 bulan lagi," kata Raditya di Bandung, Selasa (5/5/2020).
Dia menyebutkan, proses persiapan due diligence yang akan dilakukan pun harus berjalan secara cermat, rinci, dan transparan. Serta, dilakukan oleh perusahaan atau institusi yang kredibel.
Sehingga, ketika hasil due diligence itu dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), keputusan atau kesepakatan yang diambil bisa tepat dan menguntungkan kedua belah pihak secara merata.
Sebaliknya, apabila hasil due diligence itu ternyata tidak menguntungkan untuk bank bjb, kata Raditya, maka opsi yang tepat adalah melakukan akuisisi ketimbang merger. "Kalau memang ini melihat ternyata entitasnya sama, sama-sama untung, bisa merger," ujarnya.
Isu merger saat ini, kata dia, bisa berdampak buruk terhadap pedagangan saham bank bjb. Maka dari itu, semua pihak harus menanggapi isu tersebut dengan bijak, agar tidak kemudian memberikan efek buruk terhadap harga saham bank bjb.
Diketahui, harga saham bank bjb semenjak 21 April berada di angka Rp940 per lembar saham. Kemudian turun menjadi Rp935 dan naik lagi menjadi Rp945 per saham. Saat ini hingga perdagangan 30 April, harga saham bank bjb terus turun menjadi Rp805.
"Apakah ini juga memengaruhi? Ini yang harus kita jaga. Jangan sampai isu merger ini menjadi tekanan terhadap harga saham di bank bjb di bursa," ungkapnya.
Dosen Ekonomi dan Pasar Modal Universitas Langlangbuana Asep Saepudin menjelaskan, saat ini bank bjb memang memerlukan pertumbuhan termasuk pertumbuhan non-organik, antara lain melalui akuisisi ataupun merger dengan bank lain.
Pengamat Ekonomi Tubagus Raditya mengatakan, sebaiknya setiap pihak menahan diri untuk melakukan merger. Apalagi saat ini, bank bjb masih melakukan tahapan persiapan due diligence (uji kelayakan), yang diperkirakan memakan waktu 2 hingga 3 bulan.
"Jangan terlalu dini membicarakan proses merger, karena ini menjadi sebuah bahasa yang kurang tepat, sehingga mengganggu harga saham bank bjb. Jadi jangan dulu bicara tentang merger, kalau LOI iya betul. tahapan-tahapannya untuk keputusan merger itu masih ada 2 sampai 3 bulan lagi," kata Raditya di Bandung, Selasa (5/5/2020).
Dia menyebutkan, proses persiapan due diligence yang akan dilakukan pun harus berjalan secara cermat, rinci, dan transparan. Serta, dilakukan oleh perusahaan atau institusi yang kredibel.
Sehingga, ketika hasil due diligence itu dibawa ke Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), keputusan atau kesepakatan yang diambil bisa tepat dan menguntungkan kedua belah pihak secara merata.
Sebaliknya, apabila hasil due diligence itu ternyata tidak menguntungkan untuk bank bjb, kata Raditya, maka opsi yang tepat adalah melakukan akuisisi ketimbang merger. "Kalau memang ini melihat ternyata entitasnya sama, sama-sama untung, bisa merger," ujarnya.
Isu merger saat ini, kata dia, bisa berdampak buruk terhadap pedagangan saham bank bjb. Maka dari itu, semua pihak harus menanggapi isu tersebut dengan bijak, agar tidak kemudian memberikan efek buruk terhadap harga saham bank bjb.
Diketahui, harga saham bank bjb semenjak 21 April berada di angka Rp940 per lembar saham. Kemudian turun menjadi Rp935 dan naik lagi menjadi Rp945 per saham. Saat ini hingga perdagangan 30 April, harga saham bank bjb terus turun menjadi Rp805.
"Apakah ini juga memengaruhi? Ini yang harus kita jaga. Jangan sampai isu merger ini menjadi tekanan terhadap harga saham di bank bjb di bursa," ungkapnya.
Dosen Ekonomi dan Pasar Modal Universitas Langlangbuana Asep Saepudin menjelaskan, saat ini bank bjb memang memerlukan pertumbuhan termasuk pertumbuhan non-organik, antara lain melalui akuisisi ataupun merger dengan bank lain.