Wamendag: Bintan Bisa Jadi Pemasok Sayur dan Buah ke Singapura
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangkaian rapat koordinasi pimpinan kementerian dan lembaga (Rakorpim) di Bintan belum lama ini, rombongan menteri dan pimpinan lembaga melakukan pelepasan ekspor produk olahan kelapa di Pelabuhan Bintan Industrial Estate (BIE) ke Eropa. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga yang ikut melepas ekspor mengatakan bahwa potensi pertanian dan perkebunan Bintan untuk ekspor sangat tinggi.
Terlebih jika dikaitkan dengan letak Bintan yang relatif dekat dengan Singapura, potensi untuk ekspor ini makin tinggi. Menurutnya, faktor lokasi ini harus dimanfaatkan secara optimal.
(Baca Juga: Ekspor Produk Pertanian Tak Goyah Dihantam Pandemi, Airlangga: Luar Biasa)
"Kita tahu bahwa Singapura membutuhkan produk-produk bahan makanan maupun makanan olahan. Bintan punya lahan perkebunan yang cukup luas. Lokasi keduanya sangat dekat, jadi itu harus dimanfaatkan secara optimal. Kedekatan itu bisa meningkatkan daya saing dengan pemasok dari negara lain," kata Wamendag dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/9/2020).
Wamendag melihat potensi yang cukup besar ada di produk pertanian, khususnya buah dan sayur. Untuk itu ia akan mengintensifkan koordinasi dengan Pemkab Bintan dan Kementerian Pertanian agar bisa mendorong produksi dan ekspor produk pertanian yang berkualitas di Bintan.
"Jadi, ada lembaga dan kementerian yang fokus pada produksi untuk menghasilkan produk berkualitas. Nah kementerian perdagangan fokus pada perdagangannya, baik dalam logistik, fasilitasi ekspor dan juga pembukaan pasar. Saya kira itu semua bisa disinergikan dengan baik," katanya.
Jerry selanjutnya menguraikan bahwa ia melihat tantangan dalam upaya meningkatkan ekspor buah dan sayur ke Singapura terletak pada banyak aspek. Dalam aspek perdagangan ia melihat ada faktor kesepakatan kontrak, pemenuhan kualifikasi dan spesifikasi produk, faktor logistik dan faktor transportasi.
Dalam faktor kesepakatan kontrak, ini tidak saja melibatkan pengusaha dan pengusaha tetapi juga antarnegara. Untuk itu, ia ingin memastikan bahwa tidak ada hambatan perdagangan dari Singapura dalam produk hortikultura Indonesia. Apalagi, dikaitkan dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang seharusnya membuat arus barang dan jasa makin mudah. Selain itu ia juga menekankan perlunya petani dan pengusaha kita memenuhi kontrak yang biasanya perlu kesepakatan jangka panjang.
Faktor kedua yaitu pemenuhan kualifikasi dan spesifikasi, Kemendag bersama Kementan dan pemkab Bintan diharapkan bisa menjalin sinergi agar produk-produk Indonesia bisa memenuhi standard yang diharapkan.
"Kemendag punya basis data dan juga pendampingan bagi pelaku usaha untuk hal ini. Kita semua di Kemendag siap untuk melakukan pendampingan dan konsultasi kapanpun diharapkan. Nanti bersama dengan pemkab dan pihak terkait kita terus bantu petani dan pengusaha yang bergerak di bidang itu," katanya.
Terlebih jika dikaitkan dengan letak Bintan yang relatif dekat dengan Singapura, potensi untuk ekspor ini makin tinggi. Menurutnya, faktor lokasi ini harus dimanfaatkan secara optimal.
(Baca Juga: Ekspor Produk Pertanian Tak Goyah Dihantam Pandemi, Airlangga: Luar Biasa)
"Kita tahu bahwa Singapura membutuhkan produk-produk bahan makanan maupun makanan olahan. Bintan punya lahan perkebunan yang cukup luas. Lokasi keduanya sangat dekat, jadi itu harus dimanfaatkan secara optimal. Kedekatan itu bisa meningkatkan daya saing dengan pemasok dari negara lain," kata Wamendag dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/9/2020).
Wamendag melihat potensi yang cukup besar ada di produk pertanian, khususnya buah dan sayur. Untuk itu ia akan mengintensifkan koordinasi dengan Pemkab Bintan dan Kementerian Pertanian agar bisa mendorong produksi dan ekspor produk pertanian yang berkualitas di Bintan.
"Jadi, ada lembaga dan kementerian yang fokus pada produksi untuk menghasilkan produk berkualitas. Nah kementerian perdagangan fokus pada perdagangannya, baik dalam logistik, fasilitasi ekspor dan juga pembukaan pasar. Saya kira itu semua bisa disinergikan dengan baik," katanya.
Jerry selanjutnya menguraikan bahwa ia melihat tantangan dalam upaya meningkatkan ekspor buah dan sayur ke Singapura terletak pada banyak aspek. Dalam aspek perdagangan ia melihat ada faktor kesepakatan kontrak, pemenuhan kualifikasi dan spesifikasi produk, faktor logistik dan faktor transportasi.
Dalam faktor kesepakatan kontrak, ini tidak saja melibatkan pengusaha dan pengusaha tetapi juga antarnegara. Untuk itu, ia ingin memastikan bahwa tidak ada hambatan perdagangan dari Singapura dalam produk hortikultura Indonesia. Apalagi, dikaitkan dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang seharusnya membuat arus barang dan jasa makin mudah. Selain itu ia juga menekankan perlunya petani dan pengusaha kita memenuhi kontrak yang biasanya perlu kesepakatan jangka panjang.
Faktor kedua yaitu pemenuhan kualifikasi dan spesifikasi, Kemendag bersama Kementan dan pemkab Bintan diharapkan bisa menjalin sinergi agar produk-produk Indonesia bisa memenuhi standard yang diharapkan.
"Kemendag punya basis data dan juga pendampingan bagi pelaku usaha untuk hal ini. Kita semua di Kemendag siap untuk melakukan pendampingan dan konsultasi kapanpun diharapkan. Nanti bersama dengan pemkab dan pihak terkait kita terus bantu petani dan pengusaha yang bergerak di bidang itu," katanya.