Dividen Turun Signifikan, BUMN Ini Tetap Pede Lunasi Utang Triliunan
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) memproyeksikan pajak dan dividen yang akan disetor kepada negara pada 2020 menurun signifikan. Angka itu diprediksi lebih rendah dari setoran tahun sebelumnya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman mengatakan, pada 2019 dividen yang diberikan perseroan ke negara mencapai Rp974 miliar. Sementara setoran pajak mencapai Rp7,2 triliun. Sehingga total kontribusi perusahaan BUMN itu kepada negara mencapai Rp8,2 triliun pada tahun lalu.
"Tahun 2019 membukukan angka yang cukup baik yakni Rp8,2 triliun. Namun tentunya, di tahun 2020 akan mengalami penurunan sedikit," ujar Bakir dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Jakarta, Kamis (1/10/2020). (Baca juga: Minim, Setoran Dividen BUMN Tahun Depan Hanya Rp26,1 Triliun )
Meski begitu, manajemen perusahaan plat merah itu tidak menyebut berapa nilai proyeksi pajak dan dividen yang nantinya diberikan. Penurunan itu dikarenakan laba bersih perseroan terkontraksi akibat pandemi Covid-19.
Meski Bakir agak pesimis dengan nilai dividen dan pajak dari Pupuk Indonesia untuk negara pada tahun ini, dia optimis bahwa pihaknya bisa melunasi utang perusahaan periode 2017-2018 pada awal Oktober ini.
Di mana, utang yang akan dilunasi tersebut merupakan utang subsidi pupuk yang bila dijumlahkan hingga tahun 2020 ini mencapai Rp17 triliun.
"Ini sekarang Rp17,3 triliun, namun demikian untuk tahun 2017 dan 2018 ini sudah sampai di final step di Kementerian Keuangan. Kami sangat optimis yang 2017 dan 2018 ini bisa terbayarkan pada awal Oktober 2020, sehingga posisinya akan kembali ke posisi Rp12 triliun yang belum terbayarkan ke pemerintah," ujar dia.
Bakir memang menjelaskan, kondisi dan kinerja keuangan Pupuk Indonesia hingga Agustus tahun ini masih cukup baik. Meski begitu, jika dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi penurunan. (Baca juga: Hore! Utang Motor Sekarang Nggak Perlu Bayar Uang Muka )
Hal tersebut dikarenakan pendapatan perseroan menurun akibat harga komoditas yang menurun. Selain itu, laba bersih juga ikut anjlok karena HPP naik dan harga jual menurun, akibatnya sangat mempengaruhi arus kas operasional.
"Mungkin laba setelah pajak akan ada sekitar Rp2,5-2,6 triliun di akhir tahun. Bila dibandingkan dengan tahun 2019, prognosis kami memang menurun untuk laba, tapi masih positif. Ini dikarenakan memang harga amoniak atau urea yang memang cenderung menurun karena Covid-19. Namun, kami tetap positif," tuturnya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Achmad Bakir Pasaman mengatakan, pada 2019 dividen yang diberikan perseroan ke negara mencapai Rp974 miliar. Sementara setoran pajak mencapai Rp7,2 triliun. Sehingga total kontribusi perusahaan BUMN itu kepada negara mencapai Rp8,2 triliun pada tahun lalu.
"Tahun 2019 membukukan angka yang cukup baik yakni Rp8,2 triliun. Namun tentunya, di tahun 2020 akan mengalami penurunan sedikit," ujar Bakir dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR, Jakarta, Kamis (1/10/2020). (Baca juga: Minim, Setoran Dividen BUMN Tahun Depan Hanya Rp26,1 Triliun )
Meski begitu, manajemen perusahaan plat merah itu tidak menyebut berapa nilai proyeksi pajak dan dividen yang nantinya diberikan. Penurunan itu dikarenakan laba bersih perseroan terkontraksi akibat pandemi Covid-19.
Meski Bakir agak pesimis dengan nilai dividen dan pajak dari Pupuk Indonesia untuk negara pada tahun ini, dia optimis bahwa pihaknya bisa melunasi utang perusahaan periode 2017-2018 pada awal Oktober ini.
Di mana, utang yang akan dilunasi tersebut merupakan utang subsidi pupuk yang bila dijumlahkan hingga tahun 2020 ini mencapai Rp17 triliun.
"Ini sekarang Rp17,3 triliun, namun demikian untuk tahun 2017 dan 2018 ini sudah sampai di final step di Kementerian Keuangan. Kami sangat optimis yang 2017 dan 2018 ini bisa terbayarkan pada awal Oktober 2020, sehingga posisinya akan kembali ke posisi Rp12 triliun yang belum terbayarkan ke pemerintah," ujar dia.
Bakir memang menjelaskan, kondisi dan kinerja keuangan Pupuk Indonesia hingga Agustus tahun ini masih cukup baik. Meski begitu, jika dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi penurunan. (Baca juga: Hore! Utang Motor Sekarang Nggak Perlu Bayar Uang Muka )
Hal tersebut dikarenakan pendapatan perseroan menurun akibat harga komoditas yang menurun. Selain itu, laba bersih juga ikut anjlok karena HPP naik dan harga jual menurun, akibatnya sangat mempengaruhi arus kas operasional.
"Mungkin laba setelah pajak akan ada sekitar Rp2,5-2,6 triliun di akhir tahun. Bila dibandingkan dengan tahun 2019, prognosis kami memang menurun untuk laba, tapi masih positif. Ini dikarenakan memang harga amoniak atau urea yang memang cenderung menurun karena Covid-19. Namun, kami tetap positif," tuturnya.
(ind)