OJK Dorong Pemulihan Ekonomi dari Daerah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berinisiatif melakukan program strategis yang fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mengungkit potensi ekonomi di daerah, pengembangan UMKM dan layanan keuangan dari hulu sampai hilir, serta meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Hal ini untuk mewujudkan visi industri jasa keuangan yang dapat memajukan kesejahteraan umum.
“Kami meyakini bahwa masih banyak potensi di daerah untuk dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Potensi pertumbuhan ada di daerah untuk tumbuh lebih cepat lagi,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Jakarta kemarin. (Baca: Berikut Beberapa Doa Memohon Kelancaran Rezeki)
Menurut dia, berbagai program telah dilakukan OJK dengan mendorong perluasan akses keuangan di daerah dan masyarakat atau usaha kecil dan ultramikro, misalnya bank wakaf mikro (BWM), program Jaring, Laku Pandai, TPAKD, BUMDesa center, dan pilot project KUR kluster di berbagai daerah.
“Kami menginisiasi pengembangan BUMDes melalui program BUMDesa Center yang kini telah terbentuk 29 BUMDesa Center di Sumsel, Kaltim, Jawa, NTT, dan Papua. Saat ini kami juga menyinergiskan program BUMDesa Center dengan program bank wakaf mikro,” kata Wimboh.
Selain itu, OJK berinovasi untuk melayani masyarakat di berbagai daerah guna mendapatkan akses pembiayaan yang cepat, mudah, dan murah melalui program kerja sama dengan pemerintah daerah dalam forum TPAKD melalui skema kredit/pembiayaan melawan rentenir (K/PMR).
Hingga 22 September lalu telah terdapat 19 TPAKD yang mengimplementasikan skema K/PMR ini mulai dari Kabupaten Wonogiri, Kota Surakarta, Provinsi Sumut, NTT, Kabupaten Tabalong Kalsel, Malang, Lombok Timur dan lainnya, dengan nilai penyaluran Rp585,7 miliar. (Baca juga: Bantuan Kuota Data Diminta Pakai Sistem Akumulasi)
Wimboh mengungkapkan, untuk mendorong perkembangan UMKM, OJK mengeluarkan program digitalisasi UMKM dengan aplikasi Go Digital UMKM, sehingga dapat bertahan di era new normal, sejalan dengan kecenderungan masyarakat untuk bertransaksi digital kian yang meningkat dan menjadi suatu kebiasaan baru di masa pendemi ini.
Saat ini OJK dalam tahap mengembangkan ekosistem digital bank wakaf mikro melalui aplikasi BWM Mobile, sehingga nasabah BWM yang merupakan pelaku usaha mikro dapat melakukan kegiatan operasional secara digital saat halaqah (pertemuan) mingguan, pembayaran dengan QRIS, maupun transaksi melalui layanan digital perbankan serta jaringan pemasaran para pelaku UMKM yang terhubung dengan marketplace maupun BUMDes.
"OJK juga senantiasa menaikkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat sejak dini karena hal ini berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Edukasi keuangan menjadi tonggak utama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dengan terus-menerus melakukan program edukasi secara virtual di masa pandemi ini," papar Wimboh.
Inklusi keuangan sejak dini diterapkan dalam program Satu Rekening Satu Pelajar (Kejar) sebagai salah satu bentuk Aksi Pelajar Indonesia Menabung dalam rangka implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26/2019 tentang Hari Indonesia Menabung. Wimboh berharap, ke depan setiap pelajar di Indonesia memiliki rekening. Saat ini, sudah terdapat 33,9 juta rekening pelajar. (Baca juga: Penggunaan Masker Kurangi Resiko Tertular Covid-19)
Sektor Perbankan
Sementara itu, kondisi industri perbankan saat ini masih terjaga, didukung permodalan yang tinggi dan likuiditas yang amat memadai di tengah intermediasi perbankan mengalami tekanan sejalan melambatnya perekonomian domestik. Wimboh mengatakan, likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Permodalan industri perbankan terus mengalami peningkatan, tercatat di bulan Agustus mencapai 23,2% (Juli: 22,96%).
Alat likuid yang dimiliki perbankan terus mengalami peningkatan dengan masih tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan lemahnya demand kredit. Per 23 September 2020, rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK terpantau pada level 148,01% dan 31,68%, jauh di atas ambang batas masing-masing sebesar 50% dan 10%. Adapun LDR tercatat 85,1%. “Untuk permodalan bank angkanya sangat cukup tidak perlu khawatir, 23,2% itu jauh di atas batas minimum 12%,” katanya.
Intermediasi perbankan pun masih tumbuh positif secara year on year, walaupun kembali mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Hingga Agustus lalu pertumbuhan kredit tercatat 1.04% yoy, didorong oleh pelemahan penyaluran kredit baru oleh bank umum swasta nasional. (Baca juga: Navalny Sebut Putin Berada di Balik Peracunan Dirinya)
Kredit pada bank persero dan bank pembangunan daerah (BPD) masih tumbuh cukup baik. Hal ini menandakan sektor swasta masih berhati-hati atau “wait and see” terhadap outlook risiko ke depan. “Kita akan dorong perbankan mempercepat proses kredit-kredit baru sehingga bisa mengompensasi penurunan kredit di Januari sampai Juni,” kata Wimboh.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja (KMK) masih terkontraksi -0,95% (yoy), sedangkan kredit investasi masih positif 4,56% (yoy). Penurunan kredit modal kerja di Agustus 2020 lalu lebih disebabkan oleh penurunan baki debet KMK beberapa debitur besar.
Berbagai kebijakan stimulus yang diberikan OJK dan pemerintah mampu memberikan dampak positif pada segmen UMKM, tecermin dari kenaikan pertumbuhan yang positif menjadi sebesar 0,18% (MoM Juli-Agustus 2020). Meski secara keseluruhan kredit segmen UMKM yang terkontraksi dari Maret 2020 hingga Juni 2020 membuat kredit UMKM masih terkontraksi -2,35%. (Lihat videonya: Harga Tes Swab akan Segera Dievaluasi)
Dengan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh OJK dan anggota KSSK lain, secara umum profil risiko perbankan masih terjaga pada level yang manageable dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 3,22% (Juli: 3,22%). (Hatim Varabi)
Lihat Juga: Diberdayakan oleh BRI, Petani Mangga Bondowoso Sukses Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup
“Kami meyakini bahwa masih banyak potensi di daerah untuk dapat mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Potensi pertumbuhan ada di daerah untuk tumbuh lebih cepat lagi,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Jakarta kemarin. (Baca: Berikut Beberapa Doa Memohon Kelancaran Rezeki)
Menurut dia, berbagai program telah dilakukan OJK dengan mendorong perluasan akses keuangan di daerah dan masyarakat atau usaha kecil dan ultramikro, misalnya bank wakaf mikro (BWM), program Jaring, Laku Pandai, TPAKD, BUMDesa center, dan pilot project KUR kluster di berbagai daerah.
“Kami menginisiasi pengembangan BUMDes melalui program BUMDesa Center yang kini telah terbentuk 29 BUMDesa Center di Sumsel, Kaltim, Jawa, NTT, dan Papua. Saat ini kami juga menyinergiskan program BUMDesa Center dengan program bank wakaf mikro,” kata Wimboh.
Selain itu, OJK berinovasi untuk melayani masyarakat di berbagai daerah guna mendapatkan akses pembiayaan yang cepat, mudah, dan murah melalui program kerja sama dengan pemerintah daerah dalam forum TPAKD melalui skema kredit/pembiayaan melawan rentenir (K/PMR).
Hingga 22 September lalu telah terdapat 19 TPAKD yang mengimplementasikan skema K/PMR ini mulai dari Kabupaten Wonogiri, Kota Surakarta, Provinsi Sumut, NTT, Kabupaten Tabalong Kalsel, Malang, Lombok Timur dan lainnya, dengan nilai penyaluran Rp585,7 miliar. (Baca juga: Bantuan Kuota Data Diminta Pakai Sistem Akumulasi)
Wimboh mengungkapkan, untuk mendorong perkembangan UMKM, OJK mengeluarkan program digitalisasi UMKM dengan aplikasi Go Digital UMKM, sehingga dapat bertahan di era new normal, sejalan dengan kecenderungan masyarakat untuk bertransaksi digital kian yang meningkat dan menjadi suatu kebiasaan baru di masa pendemi ini.
Saat ini OJK dalam tahap mengembangkan ekosistem digital bank wakaf mikro melalui aplikasi BWM Mobile, sehingga nasabah BWM yang merupakan pelaku usaha mikro dapat melakukan kegiatan operasional secara digital saat halaqah (pertemuan) mingguan, pembayaran dengan QRIS, maupun transaksi melalui layanan digital perbankan serta jaringan pemasaran para pelaku UMKM yang terhubung dengan marketplace maupun BUMDes.
"OJK juga senantiasa menaikkan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat sejak dini karena hal ini berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Edukasi keuangan menjadi tonggak utama untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan dengan terus-menerus melakukan program edukasi secara virtual di masa pandemi ini," papar Wimboh.
Inklusi keuangan sejak dini diterapkan dalam program Satu Rekening Satu Pelajar (Kejar) sebagai salah satu bentuk Aksi Pelajar Indonesia Menabung dalam rangka implementasi Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26/2019 tentang Hari Indonesia Menabung. Wimboh berharap, ke depan setiap pelajar di Indonesia memiliki rekening. Saat ini, sudah terdapat 33,9 juta rekening pelajar. (Baca juga: Penggunaan Masker Kurangi Resiko Tertular Covid-19)
Sektor Perbankan
Sementara itu, kondisi industri perbankan saat ini masih terjaga, didukung permodalan yang tinggi dan likuiditas yang amat memadai di tengah intermediasi perbankan mengalami tekanan sejalan melambatnya perekonomian domestik. Wimboh mengatakan, likuiditas dan permodalan perbankan berada pada level yang memadai. Permodalan industri perbankan terus mengalami peningkatan, tercatat di bulan Agustus mencapai 23,2% (Juli: 22,96%).
Alat likuid yang dimiliki perbankan terus mengalami peningkatan dengan masih tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan lemahnya demand kredit. Per 23 September 2020, rasio alat likuid/non-core deposit dan alat likuid/DPK terpantau pada level 148,01% dan 31,68%, jauh di atas ambang batas masing-masing sebesar 50% dan 10%. Adapun LDR tercatat 85,1%. “Untuk permodalan bank angkanya sangat cukup tidak perlu khawatir, 23,2% itu jauh di atas batas minimum 12%,” katanya.
Intermediasi perbankan pun masih tumbuh positif secara year on year, walaupun kembali mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Hingga Agustus lalu pertumbuhan kredit tercatat 1.04% yoy, didorong oleh pelemahan penyaluran kredit baru oleh bank umum swasta nasional. (Baca juga: Navalny Sebut Putin Berada di Balik Peracunan Dirinya)
Kredit pada bank persero dan bank pembangunan daerah (BPD) masih tumbuh cukup baik. Hal ini menandakan sektor swasta masih berhati-hati atau “wait and see” terhadap outlook risiko ke depan. “Kita akan dorong perbankan mempercepat proses kredit-kredit baru sehingga bisa mengompensasi penurunan kredit di Januari sampai Juni,” kata Wimboh.
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja (KMK) masih terkontraksi -0,95% (yoy), sedangkan kredit investasi masih positif 4,56% (yoy). Penurunan kredit modal kerja di Agustus 2020 lalu lebih disebabkan oleh penurunan baki debet KMK beberapa debitur besar.
Berbagai kebijakan stimulus yang diberikan OJK dan pemerintah mampu memberikan dampak positif pada segmen UMKM, tecermin dari kenaikan pertumbuhan yang positif menjadi sebesar 0,18% (MoM Juli-Agustus 2020). Meski secara keseluruhan kredit segmen UMKM yang terkontraksi dari Maret 2020 hingga Juni 2020 membuat kredit UMKM masih terkontraksi -2,35%. (Lihat videonya: Harga Tes Swab akan Segera Dievaluasi)
Dengan berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh OJK dan anggota KSSK lain, secara umum profil risiko perbankan masih terjaga pada level yang manageable dengan rasio NPL gross tercatat sebesar 3,22% (Juli: 3,22%). (Hatim Varabi)
Lihat Juga: Diberdayakan oleh BRI, Petani Mangga Bondowoso Sukses Perluas Lahan dan Tingkatkan Taraf Hidup
(ysw)